Keriput atau kerutan sebetulnya hal normal pada wajah manusai. Akan tetapi, begitu muncul, kerutan kerap membuat wajah tampak lelah atau lebih tua. Maka tak heran jika suntik botox banyak diminati untuk mengurangi munculnya keriput sehingga wajah tampak awet muda. Namun, apakah suntik botox itu aman? Cari tahu pada ulasan berikut ini.
Sekilas tentang suntik botox
Suntik botox adalah perawatan kecantikan yang memanfaatkan toksin atau racun dari bakteri Clostridium botulinum untuk mengatasi kerutan di wajah. Botox bekerja dengan cara memblokir sinyal saraf di otot dimana bakteri tersebut disuntikkan, kemudian otot wajah tersebut akan beku sementara. Inilah yang akan membuat kerutan jadi lebih elastis, menipis, atau bahkan hilang.
Booking Klinik Botox via HonestDocs
Dapatkan diskon hingga 70% paket botox hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!
Toksin botulinum yang digunakan adalah toksin A dan B. Suntikan botox A sering disebut dengan nama merek dagang mereka, seperti Botox®, Dysport® atau Xeomin®. Sedangkan suntikan botox B dikenal dengan merk dagang Myobloc.
Baca selengkapnya: Sebelum Menjajal, Kenali Dulu Seluk Beluk Suntik Botox
Beberapa fakta tentang suntik botox
- Ada 7 jenis toksin botulinum, namun hanya toksin A dan B yang digunakan di dunia medis;
- Toxin ini mulai diperkenalkan oleh dokter German bernama Muller dengan nama “sausage poison” atau botulus atau toksin berbentuk sosis;
- Toksin botulinum adalah bahan yang telah dikenal selama lebih dari satu abad dan digunakan untuk tujuan medis selama lebih dari 50 tahun. Mulanya, penggunaan toksin botulinum digunakan untuk mata malas (strabismus) dan blepharospasm (ketidakmampuan untuk menggerakkan kelopak mata dengan cara tertentu) pada tahun 1989;
- Toksin botulinum adalah protein Neurotoxin yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum. Protein neurotoxin merupakan sejenis protein yang meracuni saraf. Toksin yang paling sering digunakan adalah tipe A dan B yang biasanya dipakai di dunia medis dan kecantikan;
- Pada tahun 2002, penggunaan botox telah disetujui oleh FDA (badan BPOM dari Amerika) untuk mengurangi garis kerutan di daerah (glabella) antara mata di dahi dan telah digunakan dengan sukses pada lebih dari 11 juta pasien sejak saat itu;
- Pada tahun 2004, botox disetujui oleh FDA untuk mengobati suatu kelainan kelebihan keringat (hiperhidrosis), dan disetujui untuk pengobatan sakit kepala migrain pada tahun 2010;
- Kesalahpahaman yang umum diperbincangkan adalah suntik botox benar-benar melumpuhkan otot-otot di wajah. Meskipun, hal ini dapat terjadi dengan dosis botox yang ekstrem, kebanyakan dokter berusaha menyuntikkan dengan dosis yang memungkinkan pasien hanya mendapatkan efek yang diinginkan tanpa menimbulkan komplikasi lebih lanjut;
- Efek samping suntik botox umumnya terjadi karena adanya kesalahan dari operator, baik dari pemberian botox yang sudah kedaluwarsa sampai salah dalam teknik penyuntikan;
Risiko suntik botox
Meski bisa menjadi salah satu pilihan tepat untuk mengatasi kerutan di wajah, perhatikan juga efek samping dan risiko suntik botox, yaitu:
1. Kelopak mata yang “jatuh”
Risiko untuk melakukan suntik botox umumnya sangat kecil. Efek samping suntik botox yang utama terdiri dari sakit kepala, nyeri, dan penyakit seperti flu. Dalam kasus yang jarang terjadi, mungkin terjadi kekakuan pada otot daerah mata yang menyebabkan kelopak mata jatuh.
Penting bagi ahli bedah kosmetik untuk menilai kelopak mata pasien sebelum menyuntikkan karena pasien mungkin bukan kandidat yang baik jika pasien memiliki bentuk kelopak mata yang tampak terlalu menurun.
Ptosis (kelopak mata sulit membuka) dapat terjadi pada hingga 5% pasien, tetapi sangat jarang jika ahli bedah kosmetik melakukan prosedur skrining terlebih dahulu. Komplikasi-komplikasi ini biasanya merupakan kejadian yang sangat jarang dan efek ptosis bisa menghilang seiring dengan waktu.
Booking Klinik Botox via HonestDocs
Dapatkan diskon hingga 70% paket botox hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!
2. Racun botulinum dapat menyebar ke sistem saraf pusat
Baru-baru ini, timbul kekhawatiran tentang retrograde transmisi toksin botulinum. Artinya, racun dapat melakukan perjalanan kembali ke sistem saraf pusat dan dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang.
Akan tetapi, masih ada keraguan akan hasil penelitian ini. Pasalnya, studi yang dilakukan di Italia oleh Flavia Antonucci dilakukan menggunakan racun yang tidak dipersiapkan secarah khusus seperti pada botox yang digunakan pada wajah.
Selain itu, penelitian tersebut dilakukan pada hewan dan dengan suntikan toksin ke satu area dan dalam konsentrasi hampir 150 kali lebih besar dari suntikan normal untuk indikasi kosmetik, yang mana suntikan untuk indikasi kosmetik tersebar di beberapa situs. Namun, ada kekhawatiran yang cukup bahwa FDA menerapkan persyaratan REMS (Risk Evaluation and Mitigation Strategy) untuk semua persiapan toksin botulinum yang secara khusus membahas masalah penyebaran toksin dan risiko masalah, yang mengarah ke kematian.
Selain itu, walaupun botox dinilai aman sejak belasan tahun, namun belum ada studi yang spesifik mempelajari efek samping jangka panjang suntik botox pada wajah.
3. Tidak untuk kondisi tertentu
Botox tidak boleh digunakan untuk orang-orang yang mengalami kondisi berikut:
- Alergi terhadap telur, karena botox disiapkan dengan basis albumin (telur);
- Sedang hamil, karena botox sangat berbahaya bagi janin (kategori kehamilan C);
- Infeksi pada daerah yang akan dilakukan suntikan;
- Kelainan neuromuskular;
- Penggunaan obat aminoglikosida, calcium chanel blocker, polymyxins, atau lincosamide;
- Menyusui;
- Peradangan kulit;
- Berusia > 65.
Apa yang harus dilakukan jika muncul komplikasi suntik botox?
Botox pada area dibawah alis dapat mengakibatkan komplikasi kelopak mata yang turun (ptosis) yang berlangsung selama 48 jam hingga 14hari. Namun, jika kelopak mata menurun setelah prosedur Botox dan tak kunjung membaik, segera beri tahu ahli bedah kosmetik yang menangani Anda.
Begitu juga jika Anda mengalami nyeri, ruam, hingga kesulitan bernapas setelah suntik botox, segera konsultasikan ke dokter bedah atau spesialis kulit. Memar umumnya hilang dalam waktu 1-2 minggu. Dokter juga dapat memberikan perawatn topikal vitamin K untuk mendukung hasil perawatan suntik botox Anda.
Baca juga: Sama-sama Bikin Cantik, Apa Bedanya Suntik Botox dan Filler?
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.