Asam clodronic merupakan salah satu obat yang digunakan untuk mencegah resorbsi (penyerapan kembali) kalsium di tulang.
Asam clodronic merupakan bagian dari golongan diphosphonate yang mengatur metabolisme kalsium di dalam tubuh. Asam clodronic juga berperan penting dalam penanganan kasus kanker tulang.
Asam clodronic merupakan generasi pertama bisphosphonate. Biphosphonate sendiri dapat mengikat mineral yang ada di tulang. Bifosfonat merupakan jenis obat yang sering digunakan pada penyakit osteoporosis dengan mengurangi penyerapan kembali tulang oleh osteoklas.
Bisfosfonat menghambat osteoklas dlam memproduksi enzim.
Sama halnya dengan bifosfonat, asam clodronic memiliki efek kerja dalam metabolisme kalsium dan menghambat penyerapan kalsium dan kalsifikasi jaringan. Asam clodronic juga berfungsi untuk menurunkan rasa nyeri pada tulang saat terjadinya hiperkalsemia.
Asam cloronic menghambat aktivitas osteoklas. Osteoklas adalah sel besar di tulang yang dapat memecah jaringan tulang. Di dalam tulang manusia, osteoklas memiliki osteoclast-inducing cytokines untuk mengubah makrofag menjadi osteoklas.
Maka dari itu telah disimpulkan bahwa asam clodronic bermanfaat untuk:
- Penderita hiperkalsemia (peningkatan kadar kalsium di dalam darah)
- Mengurangi nyeri pada tulang
- Menjaga stabilitas kadar kalsium
- Menguatkan area tulang yang lemah
Asam Clodronic sebagai terapi Osteoporosis
Asam Clodronic menjadi obat utama pada penanganan osteoporosis. Osteoporosis sendiri banyak terjadi pada usia tua dengan resiko lebih tinggi terjadi pada wanita daripada pria.
Osteoporosis disebabkan oleh menipisnya densitas tulang yang semakin parah dan menimbulkan tulang rapuh dan keropos. Tulang mudah sekali patah atau rapuh akibat tarauma kecil.
Pengaruh hormon estrogen yang menurun pada wanita menjadi penyebab utama terjadinya osteoporosis. Resiko osteoporosis semakin meningkat pada wanita di masa menopause.
Sedangkan pada pria, pengaruh hormon testosteron yang menurun juga menjadi pemicu terjadinya osteoporosis. Resiko lain seperti kurangnya asupan kalsium dan fosfat di masa muda menyebabkan densitas tulang yang semakin menurun seiring bertambahnya usia.
Gejala yang dialami pada osteoporosis antara lain:
- Nyeri leher
- Tinggi badan yang menurun
- Mudah terjadi keropos tulang akibat trauma
- Nyeri punggung
Asam Clodronic Sebagai Anti Inflamasi
Tidak hanya sebatas terapi penyakit osteoporosis, Asam clodronic juga berperan sebagai anti inflamasi serta anti nyeri.
Obat ini terbilang aman dalam mekanismenya mengurangi rasa nyeri tulang pada penderita osteoporosis. Ini disebabkan asam clodronic sendiri memiliki penghambat COX-2 atau cyclo-oxygenase 2 dan menghambat pelepasan sitokin seperti pada IL-1b, IL-6, dan TNF gamma.
Efek samping Asam Clodronic
Obat asam clodronic dapat memberikan efek samping yang ringan hingga berat. Tetapi efek samping ini dapat di minimalisir sesuai dengan dosis pemberian. Efek samping yang dapat muncul selama konsumsi asam clodronic antara lain:
- Badan lemas
- Diare
- Tinja lunak
- Nyeri otot
- Mati rasa pada daerah persendian kecil
- Hipokalsemia (kadar kalsium dalam darah menurun)
Terdapat beberapa cara yang dapat membantu untuk mengurangi efek samping. Pada efek samping diare, disarankan untuk membatasi jumlah asupan cairan setiap harinya. Pemberian obat anti diare oleh dokter juga dapat membantu.
Nyeri perut hingga rasa tidak nyaman juga dapat dirasakan terutama pagi dan malam hari. Pada kondisi ini dapat disarankan untuk membagi dosis obat menjadi dua kali minum dalam satu hari.
Perhatian khusus selama mengonsumsi Asam Clodronic
- Asam clodronic dilaporkan dapat memicu terjadinya fraktur femur atipikal
- Obat asam clodronic tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan obat non steroid anti inflamasi (NSAID).
- Obat asam clodronic tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan antasid
- Hingga saat ini belum ada standar keamanan pada penggunaan obat asam clodronic bagi ibu hamil atau menyusui sehingga untuk sementara tidak boleh diberikan.
Dosis Asam Clodronic
Asam clodronic tersedia dalam bentuk tablet oral dan injeksi. Dosis yang diberikan pada kasus hiperkalsemia diberikan secara oral yaitu dengan dosis 2 gram hingga 3 gram per hari.
Untuk menstabilkan kadar kalsium, dibutuhkan dosis 1,6 gram saja. Pada kasus osteoporosis akibat perubahan hormon, cukup berikan 800 miligram per hari.
Untuk injeksi intravena, dosis yang diberikan yaitu sebanyak 100 miligram seminggu sekali terutama pada penderita osteoporosis posmenopause. Terapi diberikan minimal selama 1 tahun.