Sistem kekebalan tubuh manusia bekerja dengan cara yang kompleks sekaligus unik. Kalian tentu tidak asing dengan penyakit HIV/AIDS dimana sistem kekebalan tubuh seseorang yang menurun sehingga menyebabkan tubuh mengalami berbagai macam gangguan akibat infeksi. Jika kekebalan tubuh menurun adalah hal yang buruk, apakah kekebalan tubuh yang meningkat (lebih dari yang dibutuhkan) adalah hal yang baik? Jawabannya adalah tidak. Sistem kekebalan tubuh yang bekerja terlalu aktif dapat menyebabkan masalah kesehatan lain mulai dari penyakit persendian seperti Osteoarthritis hingga penyakit yang mengancam nyawa seperti lupus.
Kekebalan tubuh yang berlebihan tidak hanya menyerang patogen penyebab infeksi, tetapi dapat menyebabkan masalah kesehatan dengan menyerang jaringan dan organ tubuh orang itu sendiri. Oleh karena itu, dalam ilmu kesehatan, dikenal dengan obat-obatan yang berfungsi untuk menurunkan kekebalan tubuh agar kekebalan tubuh tidak menimbulkan masalah kesehatan. Salah satu obat-obatan yang sering digunakan adalah Azathioprine.
Apa itu obat Azathioprine dan apa kegunaannya?
Azathioprine pertama kali dibuat pada tahun 1957. Azathioprine (AZA), dijual dengan merek dagang Imuran yang merupakan obat imunosupresif.
Obat ini digunakan untuk mengobati rheumatoid arthritis, granulomatosis dengan polyangitis, penyakit celiac, peradangan dinding usus, vaskulitis, myasthenia gravis dan penyakit lupus eritematosus sistemik. Obat ini tersedia dalam sediaan tablet yang dapat diminum atau disuntikkan ke dalam pembuluh darah.
Selain digunakan untuk melemahkan sistem pertahanan tubuh untuk mencegah penyakit, Azathioprine sering digunakan untuk melemahkan sistem pertahanan tubuh dalam proses transplantasi organ. Saat seseorang menerima donor organ dari orang lain, maka tubuh akan mengenali bahwa organ tersebut adalah benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
Oleh karena itu saat seseorang menerima donor organ dari seseorang maka sistem kekebalan tubuh orang tersebut harus dilemahkan terlebih dahulu agar tubuh dapat menerima organ tersebut dan proses tranplantasi dapat berjalan seperti yang diinginkan. Donor organ yang paling sering dilakukan bersamaan dengan penggunaan obat ini adalah donor ginjal.
Bagaimana menggunakan obat ini dengan baik dan benar?
Perlu diingat informasi di bawah ini bukanlah informasi pengganti anjuran dokter. Untuk lebih jelasnya, agar dokter dapat mengerti keadaan Anda secara menyeluruh dan agar Anda mendapat pengobatan yang optimal, konsultasikan kondisi Anda sebelum menggunakan obat ini ke tenaga medis profesional.
Ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang tertera pada kemasan Azathioprine sebelum mulai mengonsumsinya.
Azathioprine dapat dikonsumsi secara oral dengan atau tanpa makanan. Jika terjadi gangguan pada perut, sebaiknya obat ini dikonsumsi dengan makanan untuk mengurangi iritasi perut.
Untuk mencegah penolakan transplantasi, pemakaian Azathioprine dimulai satu hingga tiga hari sebelum transplantasi dan pada hari pelaksanaan transplantasi. Azathioprine tersedia dalam sediaan tablet dengan dosis 50mg.
Dosis awal yang digunakan untuk mencegah penolakan transplantasi organ adalah 3 hingga 5 mg / kg (oral) setiap hari, dimulai pada saat transplantasi atau dalam beberapa kasus 1 hingga 3 hari sebelum transplantasi.
Dosis awal untuk mengobati rheumatoid arthritis adalah 1,0 mg / kg (50 hingga 100 mg, oral) sebagai dosis tunggal atau dua kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan sebanyak 0,5 mg / kg setiap hari hingga dosis maksimum 2,5 mg / kg per hari.
Dosis untuk penggunaan lainnya dapat bervariasi sesuai dengan penyakit apa yang sedang dirawat; secara umum, penggunaan harus diberikan dengan resep dokter oleh spesialis medis yang berpengalaman.
Efek samping apa saja yang ditimbulkan dari penggunaan Azathioprine?
Efek samping serius yang paling sering terjadi dari penggunaan Azathioprine melibatkan sel-sel darah dan sistem pencernaan. Azathioprine dapat menyebabkan penurunan jumlah sel darah putih yang serius, sehingga meningkatkan risiko infeksi. Efek ini terbalik ketika dosis Azathioprine dikurangi atau dihentikan sementara. Azathioprine dapat menyebabkan mual, muntah, dan kehilangan nafsu makan, yang dapat hilang ketika dosis harian dikurangi.
Azathioprine juga dapat menyebabkan toksisitas hati (misalnya, kurang dari 1% pasien rheumatoid arthritis). Seseorang yang memakai Azathioprine membutuhkan tes darah secara teratur untuk memantau jumlah sel darah dan tes hati untuk memantau efek samping Azathioprine.
Efek samping lain yang jarang terjadi termasuk kelelahan, rambut rontok, nyeri sendi, dan diare.
Penggunaan Azathioprine pada kehamilan adalah termasuk Kategori D yakni ada bukti positif mengenai risiko pada janin manusia, tetapi manfaat dari penggunaan obat ini pada wanita hamil dapat diterima meskipun berisiko pada janin (misalnya jika obat diperlukan untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa atau untuk penyakit serius dimana obat yang lebih aman tidak dapat digunakan atau tidak efektif).
Obat atau suplemen apa saja yang dapat berinteraksi dengan Azathioprine?
Allopurinol (Zyloprim) yang digunakan untuk mengobati peningkatan kadar asam urat darah dan mencegah penyakit sendi akibat asam urat meningkatkan kadar Azathioprine dalam darah yang dapat meningkatkan risiko efek samping dari Azathioprine. Oleh karena itu, penting untuk mengurangi dosis Azathioprine sekitar 1/3 hingga 1/4 pada pasien yang mengonsumsi Allopurinol.
Penggunaan angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor untuk mengontrol tekanan darah tinggi pada pasien yang menggunakan Azathioprine telah dilaporkan menyebabkan anemia (tingkat sel darah merah yang rendah) dan leukopenia berat (rendahnya tingkat sel darah putih). Azathioprine mengurangi tingkat darah dari pengencer darah, warfarin (Coumadin), dan dengan demikian dapat mengurangi efek pengenceran darah dari warfarin.