Benostan adalah obat yang digunakan untuk mengobati nyeri ringan sampai sedang pada sakit gigi dan setelah cabut gigi, sakit kepala, sakit telinga, nyeri otot, nyeri sendi, demam, nyeri setelah operasi, termasuk nyeri haid. Obat ini memiliki kandungan utama berupa asam mefenamat yang ampuh meringankan nyeri dan peradangan.
Asam mefenamat bekerja dengan cara menghambat kerja enzim siklooksigenase (COX). Enzim ini berfungsi untuk membantu pembentukan prostaglandin saat terjadinya luka. Peningkatan prostaglandin dapat menyebabkan rasa sakit dan peradangan.
Dengan menghalangi kerja enzim siklooksigenase, prostaglandin lebih sedikit diproduksi, yang berarti rasa sakit dan peradangan akan mereda. Namun, obat ini tidak selektif untuk menghentikan peradangan, sehingga memiliki efek samping yaitu memicu produksi asam lambung.
Mengenai Benostan
Pabrik
Bernofarm
Golongan
Resep dokter
Kemasan
- Dos 10 x 10 tablet 500 mg
- Suspensi 60 ml
Kandungan
- Asam mefenamat 500 mg / kapsul
- Asam mefenamat 50mg/5ml
Manfaat Benostan
Kegunaan dan manfaat Benostan adalah untuk mengurangi nyeri ringan sampai sedang seperti:
- Sakit gigi dan setelah cabut gigi
- Sakit kepala
- Sakit telinga
- Nyeri otot
- Nyeri sendi
- Demam
- Nyeri setelah operasi
- Nyeri haid
- Mencegah migrain berkaitan dengan menstruasi (pengobatan dalam jangka pendek, tidak lebih dari 7 hari)
- Perimenstrual migraine headache prophylaxis, pengobatan dimulai 2 hari sebelum timbulnya menstruasi dilanjutkan selama terjadinya menstruasi.
- Penyakit asam urat
Dosis benostan
Benostan diberikan dengan dosis sebagai berikut:
Anak
- Untuk nyeri pada anak usia 14-18 tahun: 500 mg secara oral diikuti oleh 250 mg setiap 6 jam sesuai kebutuhan, tidak melebihi 7 hari.
Dewasa
- Untuk nyeri: 500 mg secara oral, selanjutnya 250 mg setiap 6 jam sesuai kebutuhan, tidak melebihi 7 hari.
- Untuk dismenore: 500 mg secara oral, selanjutnya 250 mg setiap 6 jam dimulai saat timbulnya menstruasi.
- Penyesuaian dosis: dosis yang lebih rendah harus dipertimbangkan pada orang tua, ibu hamil atau menyusui, gangguan hati atau ginjal parah.
Benostan sebaiknya diminum setelah makan atau bersama makanan. Pasien harus cukup terhidrasi (cukup cairan) sebelum menggunakan Benostan.
Efek Samping Benostan
Berbagai efek samping Benostan yang mungkin terjadi antara lain:
- Efek samping yang relatif ringan seperti sakit kepala, gugup, dan muntah.
- Efek samping yang serius dapat berupa diare, hematemesis (muntah darah), hematuria (darah dalam urin), penglihatan kabur, ruam kulit, gatal dan bengkak, sakit tenggorokan, dan demam.
- Risiko infark miokardial dan stroke yang bisa berakibat fatal, terutama jika digunakan dalam jangka waktu lama
- Gangguan pada saluran gastrointestinal misalnya perdarahan, ulserasi, dan perforasi lambung atau usus yang bisa berakibat fatal.
- Gangguan berat pada organ hati seperti penyakit kuning dan hepatitis. Jika tes hati yang abnormal menetap atau memburuk, jika tanda-tanda dan gejala yang konsisten dengan penyakit hati klinis terjadi, atau jika manifestasi sistemik terjadi (misalnya: eosinofilia, ruam, dan lain-lain), pemakaian Benostan harus dihentikan.
- Anemia juga dilaporkan terjadi pada pasien yang menggunakan NSAID termasuk Benostan. Pasien pada pengobatan jangka panjang, kadar hemoglobin dan hematokrit harus diperiksa jika mereka menunjukkan tanda-tanda gejala anemia.
- Reaksi dermatologis seperti dermatitis eksfoliatif, sindrom Stevens-Johnson, dan nekrolisis epidermal toksik, yang dapat berakibat fatal, dapat terjadi selama pemakaian Pengobatan harus dihentikan jika tanda - tanda seperti ruam atau hipersensitivitas muncul.
Interaksi Obat Benostan
Potensi interaksi obat terjadi ketika digunakan bersamaan dengan obat lain, sehingga dapat mengubah cara kerja obat. Sebagai akibatnya, obat tidak dapat bekerja dengan maksimal atau bahkan menimbulkan racun yang membahayakan tubuh.
Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui obat apa saja yang sedang Anda konsumsi dan beri tahukan pada dokter. Jenis obat yang dapat berinteraksi dengan Benostan adalah:
- Antikoagulan (misalnya warfarin), aspirin, kortikosteroid (misalnya prednisone), heparin, atau selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) (misalnya fluoxetine): meningkatkan risiko perdarahan lambung.
- Magnesium hidroksida (misalnya antasida) atau probenesid: meningkatkan efek samping Benostan.
- Siklosporin, lithium, methotrexate, kuinolon (misalnya ciprofloxacin), atau sulfonilurea (misalnya glipizide): meningkaktkan efek samping obat.
- Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor (misalnya enalapril) atau diuretik (misalnya furosemide, hydrochlorothiazide): menurunkan efektivitas obat.
Perhatian
- Sebaiknya hindari penggunaan untuk anak usia < 14 tahun karena keamanan dan kemanjuran pada anak belum diketahui.
- Tidak untuk pasien yang sedang hamil terutama trimester ketiga.
- Tidak untuk ibu menyusui karena Benostan ditemukan dalam ASI.
- Hati-hati penggunaan pada lansia karena mereka lebih sensitif terhadap efek obat ini, terutama perdarahan perut dan masalah ginjal
- Hindari mengemudi atau menjalankan mesin setelah minum obat karena Benostan menyebabkan pusing dan mengantuk.
- Jangan menggunakan Benostan untuk pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap Benostan, aspirin atau NSAID lainnya (misalnya, ibuprofen, celecoxib).
- Jangan menggunakan Benostan pada pasien yang memiliki fungsi hati dan ginjal yang buruk, sedang atau pernah memiliki sakit jantung, menderita asma, urtikaria, atau radang / tukak pada lambung atau usus.
- Jika pasien menderita hipertensi, tekanan darah harus dipantau selama pengobatan.
- Pasien yang akan atau telah menjalani operasi by-pass jantung sebaiknya jangan menggunakan Benostan.
- Karena NSAID dapat menyebabkan retensi cairan dan edema, perhatian harus diberikan pada pasien dengan gagal jantung atau yang sudah pernah mengalami retensi cairan.
Toleransi terhadap kehamilan
FDA di Amerika Serikat (setara dengan BPOM Indonesia) ke dalam kategori C dengan penjelasan sebagai berikut :
Penelitian pada reproduksi hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin dan tidak ada studi yang memadai dan terkendali dengan baik pada manusia. Namun jika potensi keuntungan dapat dijamin, penggunaan obat pada ibu hamil dapat dilakukan meskipun potensi risiko sangat besar.
Hasil studi pada hewan tidak selalu bisa dijadikan ukuran aman atau tidaknya penggunaan obat pada manusia. Oleh karena penelitian secara klinis yang terkendali dengan baik belum dilakukan, penggunaan obat-obat yang mengandung asam mefenamat untuk ibu hamil harus dikonsultasikan dengan dokter.
KATEGORI D saat trisemester ketiga atau menjelang persalinan