Rekor terlama tanpa tidur adalah sekitar 264 jam, atau 11 hari berturut-turut. Meskipun tidak jelas berapa lama manusia dapat bertahan hidup tanpa tidur, akan tetapi efek dari kurang tidur akan mulai terlihat.
Setelah hanya tiga atau empat malam tanpa tidur, Anda bisa mulai berhalusinasi. Kurang tidur yang lama dapat menyebabkan:
Baca terus untuk mengetahui bagaimana kekurangan tidur dapat mempengaruhi tubuh Anda, dan berapa banyak waktu tidur yang sebenarnya Anda perlukan agar dapat berfungsi dengan baik.
Apa yang terjadi setelah 24 jam tanpa tidur?
Tidak tidur selama 24 jam merupakan hal yang mustahil terjadi. Anda mungkin melewatkan tidur untuk bekerja, menjejali tes, atau merawat anak yang sakit. Meskipun mungkin tidak menyenangkan untuk terjaga sepanjang malam, hal ini tidak akan berdampak signifikan pada kesehatan Anda secara keseluruhan.
Beberapa efek dari tidak tidur selama 24 jam, termasuk:
- kantuk
- sifat lekas marah
- gangguan pengambilan keputusan
- gangguan penilaian
- persepsi yang berubah
- defisit memori
- gangguan penglihatan dan pendengaran
- penurunan koordinasi tangan-mata
- meningkatkan ketegangan otot
- tremor
- peningkatan risiko kecelakaan
Apa yang terjadi setelah 36 jam tanpa tidur?
Tetap terjaga selama 36 jam dapat memiliki efek intens pada tubuh Anda.
Siklus tidur-bangun Anda membantu mengatur pelepasan hormon tertentu, termasuk kortisol, insulin, dan hormon pertumbuhan manusia. Akibatnya, dengan melewati waktu tidur dapat mengubah beberapa fungsi tubuh, termasuk:
- nafsu makan
- metabolisme
- suhu
- suasana hati
- level stres
Beberapa efek dari tidak tidur selama 36 jam, yaitu:
- kelelahan ekstrim
- ketidakseimbangan hormon
- motivasi menurun
- kurang fokus
- gangguan bicara, seperti pilihan kata yang buruk dan intonasi
Apa yang terjadi setelah 48 jam tanpa tidur?
Setelah dua malam terlewat dari tidur, kebanyakan orang mengalami kesulitan untuk tetap terjaga. Mereka mungkin mengalami periode tidur ringan yang bisa bertahan hingga 30 detik. Selama ini "microsleeps," otak berada dalam kondisi seperti tidur. Microsleeps terjadi tanpa sadar.
Tetap terjaga selama 48 jam juga dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh. Aktivitas marker peradangan, yang membantu tubuh Anda mencegah dan menargetkan penyakit, mulai beredar di tingkat yang lebih tinggi.
Beberapa sumber penelitian telah menunjukkan bahwa aktivitas sel pembunuh alami (NK) berkurang dengan kurang tidur. Sel-sel NK merespons ancaman langsung terhadap kesehatan Anda, seperti virus atau bakteri.
Apa yang terjadi setelah 72 jam tanpa tidur?
Setelah 72 jam tanpa tidur, kebanyakan orang mengalami keinginan besar untuk tidur.
Melewati tiga hari tanpa tidur akan berdampak pada kemampuan berpikir, terutama fungsi eksekutif seperti multitasking, mengingat detail, dan memperhatikan. Tingkat kurang tidur ini dapat membuat Anda kesulitan untuk melihat bahkan tugas-tugas sederhana sampai selesai.
Emosi juga terpengaruh. Orang-orang yang telah mengalami kekurangan tidur ini mungkin mudah tersinggung. Mereka mungkin mengalami perasaan depresi, kecemasan, atau paranoia.
Selain itu, beberapa hari kurang tidur dapat secara signifikan mengubah persepsi. Anda mungkin mengalami halusinasi, yang terjadi ketika Anda melihat sesuatu yang tidak ada di sana.
Ilusi juga merupakan gejala umum yang sering muncul. Ilusi adalah kondisi dimana seseorang akan salah menafsirkan tentang sesuatu yang nyata.
Bisakah asupan makanan dan air memengaruhi ini?
Kurang tidur dapat mengubah nafsu makan dan jenis makanan yang Anda inginkan. Sumber penelitian menyarankan bahwa kurang tidur dikaitkan dengan peningkatan nafsu makan dan peningkatan keinginan untuk makanan yang berhubungan dengan penambahan berat badan.
Makan dengan baik dapat mengimbangi beberapa efek dari kurang tidur, tetapi hanya sampai batas tertentu. Karena tubuh Anda menghemat energi, pilihlah makanan rendah lemak dan kaya protein, seperti mentega kacang, keju cottage, atau tahu.
Hindari protein berlemak, seperti steak atau keju, karena dapat membuat Anda lebih mengantuk.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.