Virus HIV (Human Immunodeviciency Virus ) merupakan penyebab penyakit AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome dimana terjadi penurunan kekebalan tubuh akibat daya tahan tubuh yang rusak akibat infeksi.
Penyakit AIDS mengganggu imun. Meningkatnya infeksi HIV mengakibatkan tubuh menjadi rentan terkena infeksi yang berkembang menjadi AIDS.
Gejala yang ditimbulkan dari infeksi virus HIV akan terlihat dalam rentang waktu 8 hingga 10 tahun yang dibagi menjadi stadium infeksi.
Infeksi HIV merupakan virus Ribonucleic Acid (RNA) yang menyebabkan menurunnya sel CD4 tempat fungsi imunologik. Virus HIV menginfeksi sel antibodi seperti limfosit T4 dengan mengikat CD4 sehingga virus berhasil masuk ke dalam sel target dan bergabung dengan DNA.
Sel HIV akan berkembang biak dan menimbulkan infeksi HIV secara menahun dan seumur hidup.
Sel yang telah hidup akan akan mereplikasi sehingga merusak sel limfosit T4 secara perlahan. Infeksi virus tidak langsung menimbulkan gejala, bahkan tidak terdeteksi di laboratorium selama 3 bulan.
Gejala minimal yang berlangsung setelah 6 minggu terpapar infeksi seperti demam, diare, dan batuk. Gejala dapat menghilang sementara sebelum akan kembali aktif selama 8 tahun kedepan.
Tetapi ini tidak menutup kemungkinan terjadi gejala infeksi HIV yang lebih cepat.
Apa saja gejala HIV?
HIV mungkin tidak menyebabkan gejala sejak dini. Orang yang memiliki gejala dapat salah mengira mereka terkena flu atau mono. Gejala awal yang umum diantaranya:
- Demam.
- Sakit tenggorokan.
- Sakit kepala.
- Nyeri otot dan nyeri sendi.
- pembengkakan kelenjar getah bening
- Ruam kulit.
Gejala dapat muncul dari beberapa hari hingga beberapa minggu setelah seseorang terinfeksi pertama kali. Gejala awal biasanya hilang dalam 2 hingga 3 minggu.
Setelah gejala awal hilang, orang yang terinfeksi mungkin tidak memiliki gejala lagi selama bertahun-tahun. Setelah titik tertentu, gejala muncul kembali dan kemudian tetap ada.
Faktor resiko HIV
HIV dapat ditularkan melalui pertukaran berbagai cairan tubuh dari orang yang terinfeksi, seperti darah, ASI, semen, dan cairan vagina.
Individu tidak dapat terinfeksi melalui kontak sehari-hari seperti mencium, berpelukan, berjabat tangan, atau berbagi benda pribadi, makanan, atau air.
Perilaku dan kondisi yang menempatkan individu pada risiko lebih besar tertular HIV termasuk:
1. Melakukan seks anal atau vaginal tanpa kondom;
2. Mengalami infeksi menular seksual lainnya seperti sifilis, herpes, klamidia, gonore, dan vaginosis bakteri;
3. Berbagi jarum, jarum suntik yang terkontaminasi, dan peralatan suntik lainnya serta solusi obat saat menyuntikkan narkoba;
4. Menerima suntikan yang tidak aman, transfusi darah, transplantasi jaringan, prosedur medis yang melibatkan pemotongan atau penindikan yang tidak steril; dan
5. Mengalami cedera akibat jarum suntik yang tidak disengaja, termasuk di antara petugas kesehatan.
Apakah bisa Virus HIV menular di kolam renang ?
Ada banyak mitos tentang HIV / AIDS di luar sana. Banyak orang tidak yakin apa arti kolam renang bagi mereka yang terinfeksi HIV. Apakah virus menyebar melalui air? Bisakah kita mengenali HIV dari seseorang yang luka terbuka atau luka?
HIV sangat rentan dengan banyak zat umum, seperti air panas, sabun, pemutih dan alkohol, akan membunuhnya.
Udara tidak membunuh HIV, tetapi paparan udara mengeringkan cairan yang mengandung virus, dan akan menghancurkan atau memecah banyak virus dengan sangat cepat.
Dalam kondisi tertentu, virus dapat bertahan hidup di luar tubuh selama beberapa minggu.
Kelangsungan hidup tergantung pada cairan tubuh yang mana, volume cairan tubuh, konsentrasi virus di dalamnya, suhu, keasaman, dan paparan sinar matahari dan kelembaban.
Penularan HIV belum dilaporkan sebagai akibat dari kontak dengan tumpahan darah, air mani atau cairan tubuh lainnya.
HIV tidak dapat bertahan hidup di luar tubuh, oleh karena itu, penyebaran HIV tidak dapat menyebar melalui air, atau udara dalam hal ini, dan karena itu virus ini tidak dapat menyebar dari satu orang ke orang lain di kolam renang.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.