Buventol adalah obat yang digunakan untuk mengobati penyakit pada saluran pernafasan seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Buventol termasuk obat golongan agonis adrenoreseptor beta-2 selektif kerja pendek pada otot-otot bronkus (short acting beta-adrenergic receptor agonist). Obat ini merupakan obat yang berfungsi membuka saluran pernafasan bronkus (bronkodilator) dengan melemaskan otot-otot di sepanjang saluran pernafasan.
Berikut ini adalah informasi lengkap buventol yang disertai tautan merk-merk obat lain dengan nama generik yang sama.
Mengenai Buventol
Golongan
Harus dengan resep dokter
Kemasan
buventol dipasarkan dengan kemasan sebagai berikut :
- Easy healer 200 mg / dosis. Serbuk inhalasi 200 dosis. Kemasan starter : 1 perangkat inhaler dalam dos dan 1 tutup pelindung. Kemasan user : 1 perangkat inhaler dalam dos. Simpan serbuk inhalasi di tempat kering, tidak lebih dari 25°C. dianjurkan gunakan tutup pelindung.
Kandungan
tiap kemasan buventol mengandung zat aktif (nama generik) sebagai berikut :
- Tiap 200 mg / dosis : salbutamol sulfat setara salbutamol 200 mcg dan laktosa secukupnya.
Manfaat Buventol
Kegunaan buventol (salbutamol) adalah untuk pengobatan kondisi-kondisi berikut :
- Buventol (salbutamol) umumnya digunakan untuk mengobati bronkospasme (misalnya penyakit asma karena alergi tertentu, asma bronkial, bronkitis asmatis, emfisema pulmonum), dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
- Obat ini bisa digunakan untuk mengobati hiperkalemia akut karena kemampuannya merangsang aliran kalium ke dalam sel sehingga konsentrasi kalium dalam darah berkurang.
- Untuk pengobatan kejang bronkus pada pasien yang memiliki penyakit jantung atau tekanan darah tinggi, buventol (salbutamol) lebih dipilih karena bekerja lebih lama dan lebih aman, dibanding beta-2 adrenergic lainnya.
Efek samping buventol
Secara umum obat ini bisa ditoleransi dengan baik. Berikut adalah beberapa efek samping buventol (salbutamol) yang mungkin terjadi :
- Efek samping yang umum adalah nadi meningkat, nyeri dada, denyut jantung cepat, tremor terutama pada tangan, kram otot, sakit kepala dan gugup.
- Efek samping lain yang sering terjadi diantaranya : pelebaran pembuluh darah jaringan, aritmia (gangguan irama jantung) , ganguan tidur dan gangguan tingkah laku.
- Efek samping yang lebih berat tetapi kejadiannya jarang misalnya bronkospasme paradoksikal, urtikaria (biduran) , angioedema (pembengkakan pembuluh darah akibat reaksi berat) , dan hipotensi (tekanan darah menurun).
- Seperti agonis adrenoseptor beta-2 lainnya, salbutamol juga bisa menyebabkan hipokalemia (kalium darah menurun) terutama jika diberikan pada dosis tinggi.
- Penggunaan dosis tinggi telah dilaporkan memperburuk diabetes melitus dan ketoasidosis.
Dosis buventol
Buventol (salbutamol) diberikan dengan dosis sebagai berikut :
- Bronkospasme akut
- asma serangan akut 2-4 mg 3-4 kali sehari, dapat ditingkatkan hingga 8 mg 3-4 kali sehari
- Profilaksis asma karena olahraga : dengan alat inhalasi atau dry powder inhaler : 2 hirupan tiap 10-15 menit sebelum olahraga, pada anak 1 hirupan sebelum olahraga
- Pada asma berat dengan menggunakan alat inhalasi dengan dosis awal : 4 hirupan, kemudian dilanjutkan 2 hirupan tiap 2 menit tergantung respon terapi. maksimal 10 hirupan.
- Aerosol dosis terukur atau inhalasi serbuk kering 90-100mcg (1 hingga 2 hirupan) maksmilam 800mcg setiap hari. Anak 6-12 tahun diberikan 1 hirup dapat ditingkatkan 2 hirupan bila diperlukan maksimal 400mcg.
Interaksi obat
Berikut adalah interaksi obat-obat dengan kandungan zat aktif salbutamol dengan obat-obat lain :
- Pemberian bersamaan dengan bronkodilator simpatomimetik kerja pendek lain tidak boleh dilakukan karena bisa memberikan efek yang sangat buruk pada sistem kardiovaskular.
- Obat-obat beta-2 antagonis menghambat kerja salbutamol.
- Obat-obat golongan beta-blocker non-selektif seperti propranolol, tidak bisa diberikan bersamaan dengan salbutamol, karena obat beta bloker meningkatkan efek penyempitan saluran bronkus pada pasien asma.
- Monoamine oksidase inhibitor atau antidepresan trisiklik dapat memperkuat efek salbutamol pada sistem kardiovaskular. Diantaranya bisa memicu hipertensi berat.
- Bila diberikan bersama atomoksetin, resiko efek samping pada sistem kardiovaskular meningkat.
- salbutamol dapat menurunkan konsentrasi digoksin dalam plasma.
- Pemberian bersamaan dengan metildopa dapat menyebabkan hipotensi akut (penurunan tekanan darah terlalu cepat dalam waktu singkat) .
Kontraindikasi
- Jangan menggunakan obat ini untuk pasien yang memiliki riwayat hipersensitif (alergi) pada salbutamol atau obat agonis adrenoreseptor beta-2 lainnya.
- pasien dengan risiko penyakit jantung iskemik, kehamilan kurang dari 22 minggu, kehamilan dengan tisiko seperti infeksi , perdarahan, plasenta previa, preeklamsia berat, eklamsia berat dan ibu dengan abortus iminens (keguguran dipertahankan).
Perhatian
Hal-hal yang perlu diperhatikan pasien jika menggunakan buventol (salbutamol) adalah sebagai berikut :
- Hentikan pemakaian dengan segera jika anda mengalami reaksi alergi, seperti ruam, gatal, sakit tenggorokan, demam, arthralgia, pucat, atau tanda-tanda lainnya, karena bisa berakibat yang lebih fatal.
- Obat ini bisa menyebabkan bronkospasme paradoks yang bisa mengancam nyawa. Jika bronkospasme terjadi segera hentikan pemakaian obat dan hubungi dokter.
- Pada dosis tinggi atau penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan hipokalemia, terutama pada pasien dengan gagal ginjal dan orang-orang yang sedang menggunakan obat diuretik tertentu atau obat turunan xanthine.
- Seperti semua amina simpatomimetik, obat ini harus digunakan secara hati-hati pada pasien dengan gangguan kardiovaskular terutama insufisiensi koroner, aritmia jantung, dan hipertensi.
- Pasien dengan hipertiroidisme juga harus hati-hati menggunakan obat ini.
- Seperti obat-obat agonis adrenoseptor beta-2 obat ini harus digunakan dengan hati-hati pada penderita diabetes melitus karena beresiko terjadinya ketoasidosis. Pemantauan kadar glukosa darah perlu dilakukan.
- Belum diketahui apakah salbutamol diekskresikan dalam air susu ibu. Pada studi hewan obat ini telah diketahui memiliki potensi tumorigenicity sehingga sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan obat pilihan yang lebih aman atau diberikan dengan jarak yang cukup antara menyusui dan penggunaan obat.
- Keamanan dan efektivitas pada pasien usia 4 tahun atau kurang belum diketahui.
Penggunaan buventol oleh ibu hamil
FDA (badan pengawas obat dan makanan amerika serikat) mengkategorikan salbutamol kedalam kategori C dengan penjelasan sebagai berikut :
Penelitian pada reproduksi hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin dan tidak ada studi yang memadai dan terkendali dengan baik pada manusia, namun jika potensi keuntungan dapat dijamin, penggunaan obat pada ibu hamil dapat dilakukan meskipun potensi resiko sangat besar.
Penelitian pada hewan memang tidak selalu bisa digunakan sebagai acuan keamanan obat oleh manusia. Namun efek buruk obat ini pada janin hewan harus menjadi perhatian serius jika ingin menggunakan obat ini pada wanita hamil.
Penggunaan salbutamol oleh ibu hamil hanya untuk tujuan tertentu misalnya mencegah kelahiran prematur bilamana manfaat yang diperoleh lebih besar daripada resiko yang mungkin terjadi.