Sebuah penelitian mengatakan ada 10% anak pada usia sekolah menderita ADHD. Namun, sampai sekarang masih banyak orang yang belum terlalu paham dengan ADHD bahkan tidak jarang ADHD adalah autisme, padahal ADHD dan autisme adalah dua hal yang berbeda.
Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD merupakan gangguan perilaku pada anak yang terjadi pada periode yang panjang dan ditandai dengan adanya perilaku hiperaktif, impulsif dan kesulitan memusatkan perhatian.
ADHD dapat bertahan hingga usia remaja hingga dewasa walaupun sejak kecil sudah terserang ADHD.
Cara melawan ADHD yang paling baik adalah dengan menggunakan kombinasi terapi dan obat obatan. Ini adalah jalan satu satunya menangani ADHD.
Anak dengan ADHD membutuhkan perhatian dan komitmen karena akan sangat menguras waktu, emosi dan keuangan.
Meskipun tidak dapat sepenuhnya disembuhkan, ADHD dapat diberikan penanganan untuk menekan gejala gejalanya seperti hiperaktif ataupun impulsif dengan menggunakan kombinasi antara terapi dan obat sehingga penderita ADHD bisa beraktivitas seperti biasa.
Teknik penanganan ADHD yang biasa digunakan
1. Menggunakan Obat obatan
Methylphenidate adalah obat yang paling sering digunakan menangani ADHD. Fungsi utama methylphenidate adalah untuk menyeimbangkan senyawa kimia di otak untuk meringankan gejala ADHD.
Methylphenidate cukup aman apabila dikonsumsi anak-anak, tetapi dokter akan terus melakukan pemantauan untuk mengetahui efek samping, seperti masalah jantung. Jika anak tersebut memiliki efek samping ini atau mempunyai resiko yang cukup tinggi terhadap efek samping ini, maka dokter akan menggantinya dengan obat lain, seperti :
- Atomoxetine.
- Amitriptyline.
- Obat-obatan alfa-agonis, seperti clonidine.
2. Psikoterapi
Selain menggunakan obat, teknik penanganan ADHD yang biasa digunakan adalah dengan menggunakan psikoterapi, karena sangat membantu beberapa gejala yang muncul bersamaan dengan ADHD seperti misalnya depresi. Jenis psikoterapi yang dapat dijadikan pilihan adalah :
Cognitive Behavioural Therapy atau Terapi Perilaku Kognitif
Terapi ini sangat berperan dalam mengubah dan membentuk pola pikir positif supaya mereka bisa berhadapan dengan masalah atau berada dalam satu keadaan tertentu.
Pelatihan interaksi sosial
Terapi ini sangat baik untuk membantu penderita ADHD dapat mempelajari perilaku sosial yang tepat dalam satu keadaan tertentu.
Terapi psikoedukasi
Penderita ADHD akan diundang untuk berbagi cerita dan kesulitan yang dialami saat mengikuti terapi ini, salah satu yang paling sering diceritakan adalah sulitnya mengatasi gejala ADHD.
Penderita ADHD diharapkan dapat menemukan cara yang paling sesuai dengan mereka supaya dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi.
Tidak hanya pendeita saja yang harus melakukan adaptasi utnuk menerima ADHD, tapi keluarga dan orang terdekat juga harus melakukan beberapa terapi supaya bisa beradaptasi dengan penderita ADHD.
Karena itu, mereka akan mendapatkan satu program terapi khusus supaya bisa memahami keadaan ini.
Materi yang akan didapatkan dari program pelatihan ini mencakup pengaturan sistem pujian untuk mendorong anak-anak, menghukum anak-anak yang berkelakuan buruk atau kasar, dan bagaimana mengarahkan kegiatan anak-anak sesuai dengan kemampuan mereka.
Untuk membantu anak-anak mengendalikan gejala ADHD yang muncul, orang tua bisa berperan aktif dengan melakukan gaya hidup sehat untuk anak-anak, termasuk:
- Membiasakan anak dengan makan makanan sehat dan bergizi tinggi.
- Pastikan anak memiliki waktu istirahat atau tidur yang cukup.
- Batasi waktu penggunaan televisi, ponsel atau komputer.
- Olahraga sehat minimal 60 menit setiap harinya.
ADHD tidak dapat disembuhkan, tetapi jika dapat diketahui sejak dini dan mendapatkan pengobatan dengan tepat, maka penderita ADHD akan semakin cepat melakukan adaptasi dengan kondisi mereka dan melakukan kegiatan sehari-hari yang normal.
Komplikasi
Penderita ADHD harus secepatnya mendapatkan penanganan medis, karna apabila tidak diobati sangat memungkinkan mengalami hal hal seperti berikut ini :
- Memiliki kesulitan untuk dapat berkonsentrasi saat sedang belajar terutama saat di kelas, sehingga secara langsunt mempengaruhi prestasi akademik.
- Memiliki masalah berinteraksi dengan lingkungan sekitar terutama dengan teman sebaya.
- Sangat beresiko minum minuman beralkohol dan menggunakan narkoba saat tumbuh dewasa.
- Memiliki resiko tinggi mengalami cedera selama aktivitas sehari-hari.
- Minder
Penelitian juga menyebutkan penderita ADHD memiliki resiko tinggi mengalami gangguan mental lain, seperti depresi, gangguan kecemasan, bipolar, Sindrom Tourette, dan Oppositional defiant disorder (ODD).
Oleh karena itu sangat penting untuk melakukan pemeriksaan sejak dini supaya dapat ditangani secepatnya.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.