Chlordiazepoxide adalah obat yang digunakan untuk mengobati gangguan kecemasan atau untuk bantuan gejala kegelisahan jangka pendek, gejala penarikan alkoholisme akut dan / atau penyalahgunaan obat, serta ketakutan dan kecemasan pra operasi. Chlordiazepoxide termasuk obat penenang dan hipnotis dari kelas benzodiazepine.Chlordiazepoxide meningkatkan aktivitas penghambat GABA transmitter di berbagai bagian sistem saraf pusat dengan meningkatkan permeabilitas membrane neuronal terhadap ion klorida yang menyebabkan hiperpolarisasi dan stabilisasi. Obat ini juga memiliki efek sebagai relaksan otot dan antikonvulsan.Obat ini biasanya digunakan dalam bentuk garamnya yaitu Chlordiazepoxide hydrochloride. Chlordiazepoxide hydrochloride adalah senyawa psikofarmakologis yang paling aman yang tersedia, seperti yang ditunjukkan oleh bukti klinis yang luas. Obat ini mampu melewati sawar plasenta, dan masuk ke air susu ibu.
Indikasi
Kegunaan Chlordiazepoxide adalah untuk pengobatan kondisi-kondisi berikut :
- Diindikasikan untuk pengelolaan gangguan kecemasan (anxiety) atau untuk bantuan gejala kegelisahan jangka pendek.
- Untuk mengobati gejala penarikan alkoholisme akut dan / atau penyalahgunaan obat.
- Obat ini juga digunakan untuk meredakan kecemasan sebelum menjalani operasi.
Efektivitas Chlordiazepoxide HCl dalam penggunaan jangka panjang, yaitu lebih dari 4 bulan, belum ditetapkan oleh studi klinis yang sistematis. Dokter akan melakukan evaluasi secara berkala efektivitas obat tersebut untuk setiap pasien secara individual.
Kontraindikasi
- Kontraindikasi pada pasien dengan riwayat hipersensitif/alergi obat Chlordiazepoxide HCl atau obat-obat kelas benzodiazepine secara umum.
- Jangan digunkan pada pasein insufisiensi paru akut, depresi berat, pasien dengan kelemahan respek neuromuskular, psikosis kronis, atau porfiria.
- Sebaiknya tidak digunkan untuk ibu hamil atau ibu menyusui.
Efek samping Chlordiazepoxide
Berikut adalah beberapa efek samping Chlordiazepoxide :
- Efek samping Chlordiazepoxide yang mungkin terjadi misalnya ketergantungan fisik dan psikologis.
- Obat ini juga menyebabkan withdrawal syndrome. Semakin tinggi dosis dan semakin lama obat diminum, semakin besar risikonya mengalami gejala withdrawal syndrome yang tidak menyenangkan. Bahkan gejala withdrawal syndrome dapat terjadi pada dosis standar dan juga penggunaan jangka pendek.
- Obat ini juga menyebabkan efek samping berupa mengganggu kinerja psikomotor, agresi (pada individu yang memiliki kecenderungan tersebut terutama jika pasien juga menggunakan alkohol).
- Efek samping yang umum dari obat kelas benzodiazepine adalah efek sedasi.
- Kadang bisa menyebabkan dislasi darah, sakit kuning, dan disfungsi hepar.
- Efek samping yang berpotensi fatal namun frekuensi kejadiannya jarang adalah anemia hipoplasia atau hemolitik.
Perhatian
Hal-hal yang perlu diperhatikan pasien selama menggunakan obat Chlordiazepoxide adalah sebagai berikut :
- Gunakan obat ini sesuai anjuran dokter. Jangan melebihi dosis, menambah durasi, atau menghentikan pengobatan di tengah jalan.
- Obat ini bisa menyebabkan withdrawal syndrome, dimana risikonya meningkat jika digunakan dalam dosis tinggi atau penggunaan jangka panjang. Oleh karena itu, pengobatan hanya digunakan secara jangka pendek, dihentikan sesegera mungkin secara bertahap.
- Jangan menggunakan obat ini bersamaan dengan obat golongan opioid karena bisa menyebabkan efek samping yang sangat buruk, misalnya kesulitan bernapas bahkan kematian.
- Hindari penggunaan alkohol selama menggunakan obat ini.
- Obat ini menyebabkan kantuk. Jangan mengemudi atau mengoperasikan mesin yang membutuhkan konsentrasi tinggi selama menggunakan obat ini.
- Obat ini rentan menyebabkan ketergantungan fisik dan psikologis. Gunakan obat ini hanya untuk jangka pendek, hindari penggunaan yang berkepanjangan.
- Hati-hati jika digunakan untuk pasien yang mengalami disfungsi hati atau ginjal.
- Pada pasien lanjut usia dan pasien yang lemah, disarankan agar menggunakan dosis efektif terkecil untuk mencegah pengembangan ataksia (10 mg atau kurang per hari sebagai dosis awal, bisa ditingkatkan secara bertahap sesuai kebutuhan dan toleransi).
- Karena respon pasien anak yang bervariasi terhadap obat sistem saraf pusat, terapi harus dimulai dengan dosis terendah. Karena data klinis penggunaan Chlordiazepoxide HCl pada pasien anak usia di bawah 6 tahun terbatas, penggunaan pada kelompok usia ini tidak dianjurkan.
Penggunaan Obat Chlordiazepoxide Untuk Ibu Hamil
FDA (badan pengawas obat dan makanan amerika serikat) mengkategorikan Chlordiazepoxide kedalam kategori D dengan penjelasan sebagai berikut :
Terbukti beresiko terhadap janin manusia berdasarkan bukti-bukti empiris yang didapatkan dari investigasi, pengalaman marketing maupun studi terhadap manusia. Namun jika potensi keuntungan bisa dijamin penggunaan obat pada ibu hamil bisa dilakukan meskipun potensi risiko sangat besar.
Peningkatan risiko malformasi kongenital yang terkait dengan penggunaan obat penenang ringan (Chlordiazepoxide, diazepam dan meprobamate) selama trimester pertama kehamilan telah ditemukan dalam beberapa penelitian. Oleh sebab itu sebaiknya penggunaan obat Chlordiazepoxide untuk ibu hamil terutama pada trimester pertama harus dihindari.
Interaksi obat
Berikut adalah interaksi obat yang mungkin terjadi jika digunakan bersamaan dengan obat-obat lain :
- Cimetidine menghambat proses metabolisme Chlordiazepoxide sehingga meningkatkan kadar serumnya.
- Bisa meningkatkan efek obat-obat neuroleptik mayor.
- Alkohol mempotensiasi efek obat-obat depresan sistem saraf pusat.
- Jus anggur dapat meningkatkan kadar serum dan toksisitas.
- Penggunaan obat benzodiazepine bersamaan dengan obat opioid (misalnya codeine, oxycodone, dan morphine) menyebabkan efek samping yang sangat buruk bahkan sampai kematian. Hindari penggunaan secara bersamaan.
Dosis Chlordiazepoxide
Chlordiazepoxide diberikan dengan dosis sebagai berikut :
- Premedikasi sebelum anestesi (Intramuskular)
Dewasa : 50-100 mg diberikan 1 jam sebelum operasi.
- Insomnia (oral)
Dewasa : 10-30 mg sebelum tidur.
- Kejang otot (oral)
Dewasa : 10-30 mg/hari dalam dosis terbagi.
- Kegelisahan (oral)
Dewasa : 30 mg/hari dalam dosis terbagi, bisa ditingkatkan sampai 100 mg/hari jika parah.
- Gejala akut penarikan alkohol (oral)
Dewasa : 25-100 mg/hari diulang seperlunya. Dosis maksimal : 300 mg/hari.
- Kecemasan akut (Parenteral)
Dewasa : Dosis awal, 50-100 mg diikuti 25-50 mg 3-4 kali sehari jika diperlukan. Bisa diberikan via Intramuskular yang dalam atau Intravena lamban.
- Gejala penarikan alkohol yang parah (Parenteral)
Dewasa : Dosis awal, 50-100 mg, jika diperlukan, ulangi dosis setelah 2-4 jam. Bisa diberikan via Intramuskular yang dalam atau Intravena lamban.
Penyesuaian dosis :
- Lansia dan pasien yang lemah : Pengurangan dosis mungkin diperlukan.
Terkait
- Merk-merk obat dengan kandungan zat aktif Chlordiazepoxide
Dalam pemilihan obat, manfaat yang diperoleh harus dipastikan lebih besar daripada risiko yang mungkin dialami pasien. Oleh karena itu, penggunaan obat Chlordiazepoxide hydrochloride harus sesuai dengan yang dianjurkan.