Tahukah Anda bahwa penyakit TBC tidak hanya menyerang paru-paru (TB Paru), melainkan juga organ-organ lain dalam tubuh, seperti tulang, organ pencernaan, kelenjar getah bening (TBC Kelenjar), bahkan menyerang otak.
Para ahli menyebutkan bahwa bakteri tuberkulosis ini berpotensi bisa tumbuh di mana saja pada bagian tubuh, pada kesempatan kali ini akan kita pelajari secara khusus mengenai TBC kelenjar, atau secara singkat disebut dengan TB kelenjar.
Seperti kita ketahui bahwa kelenjar getah bening tersebar banyak dalam tubuh kita, namun ada titik-titik tertentu yang lebih banyak sebut saja kelenjar getah bening di leher, ketiak, lipat paha, dan disekitar organ-organ dalam. Semua bisa terserang TBC, namun yang paling sering adalah kelenjar getah bening di leher.
Ada penamaan khusus untuk kasus TBC kelenjar getah bening di leher, yaitu scrofula. Jika kita urai dengan penamaan ilmiah, disebut dengan Limfadenitis Tuberkulosa (radang kelenjar getah bening oleh bakteri tuberkulosa).
Ini merupakan infeksi TBC di luar paru-paru kita sebut juga dengan istilah TB Ekstra Paru (Extrapulmonary Tuberculosis) yang mencakup TB Kelenjar, TBC usus, TBC tulang, dan lain-lain.
Baca juga: 7 Gejala Khas Penyakit TBC Paru
Ciri-Ciri Gejala Penyakit TBC Kelenjar
Sekarang, bagaimana kita bisa mencurigai bahwa kelenjar getah bening yang membengkak itu disebabkan oleh penyakit TBC?
Pertama-tama ketahuilah bahwa, pembengkakan kelenjar getah bening akan terlihat berupa benjolan, satu atau beberapa, yang terdapat pada daerah leher, ketiak, lipat paha, dan daerah lainnya.
Ada banyak penyakit penyebab yang membuat kelenjar getah bening bengkak, paling sering karena infeksi. Secara kasat mata memang tidak bisa kita pastikan apa penyebabnya, namun kita bisa setidaknya mencurigainya.
Berikut, kami informasikan mengenai ciri-ciri pembengkakan kelenjar getah bening yang disebabkan oleh infeksi tuberkulosis:
- Tanda-tanda yang paling menonjol adalah benjolan tanpa rasa sakit yang berlangsung lama, terdapat pada daerah kelenjar getah bening yang terkena, misalnya di leher atau di ketiak.
- Benjolan terus-menerus tumbuh baik ukuran maupun jumlahnya. Di dalam kelenjar getah bening yang terkena ada proses kematian sel-sel atau disebut area necrosis yang bisa membentuk cairan kental berupa nanah. Benjolan atau massa ini disebut sebagai "abses dingin", karena tidak seperti abses lainnya, pada TBC kelenjar tidak ada warna kemerahan lokal yang menyertainya atau rabaan hangat pada pembengkakan.
- Seiring perkembangan penyakit, kulit menjadi terlibat, massa semakin besar menyebar ke kulit dan bisa pecah, membentuk saluran dan luka terbuka (koreng).
- Pada penyakit TBC kelenjar, selain pembengkakan biasanya disertai dengan Gejala Penyakit TBC lainnya, seperti demam, menggigil, lemah dan penurunan berat badan di sekitar 43% pasien.
Dari kecurigaan berdasarkan ciri-ciri di atas, dokter akan melakukan pemeriksaan guna memastikannya (Pengakan Diagnosis) dengan melakukan biopsi aspirasi jarum atau biopsi eksisi, yakni mengambil sebagian kecil jaringan untuk dilakukan pemeriksaan di laboratorium.
Langkah Pengobatan TBC kelenjar
Pada zaman dahulu sangat populer dilakukan penanganan TBC kelenjar dengan cara operasi (Eksisi), namun ternyata memiliki angka kekambuhan yang tinggi serta pembentukan fistula (lubang). Selain itu, operasi bisa menyebarkan penyakit ke organ lain.
Pendekatan terbaik dalam pengobatan TBC kelenjar adalah dengan menggunakan cara konvensional yaitu membunuh kuman tuberkulosis dengan antibiotik.
Kelompok obat (paket) yang digunakan untuk membasmi kuman TBC disebut OAT (Obat Anti Tuberkulosis) yang terdiri dari obat rifampisin bersama dengan pirazinamid, isoniazid, etambutol, dan streptomisin. Lebih lanjut akan dijelaskan oleh dokter yang menangani.
Dengan perawatan yang memadai, TBC kelenjar dapat disembuhkan hingga 100%. Disarankan juga bagi orang-orang yang memiliki kontak dekat dengan orang yang sakit, seperti anggota keluarga atau yang tinggal dalam satu rumah, untuk dilakukan pemeriksaan terhadap penyakit TBC karena ini merupakan penyakit yang menular.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.