Cobalt (kobalt) adalah logam yang terdapat di alam, biasanya digunakan untuk membuat baja. Logam yang satu ini juga dapat ditemukan pada banyak bahan lainnya seperti keramik, semen, cat, barang dari kulit, dan produk logam lainnya.
Dalam dunia medis, kobalt pernah digunakan untuk mengatasi beberapa jenis anemia yang berbeda. Ketika kadar oksigen dalam tubuh berkurang, cobalt lah yang mendukung produksi sel darah merah untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh.
Akan tetapi, ternyata masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan khasiat tersebut. Selain itu, penggunaan cobalt dalam dosis besar atau jangka panjang lebih dari 90 hari dapat memberikan efek sebaliknya, yakni membahayakan kesehatan.
Mengenai Cobalt
Golongan
Logam
Kemasan
-
Kandungan
Cobalt
Manfaat Cobalt
Kobalt adalah logam abu-abu yang juga menjadi bagian dari vitamin B12. Jenis vitamin ini berperan penting untuk pembuatan sel darah merah sekaligus menjaga kesehatan sistem saraf.
Cobalt memiliki beberapa tugas yang sama dengan mangan dan zinc di dalam tubuh. Logam yang satu ini dapat menggantikan peran mangan dalam mengaktifkan beberapa jenis enzim. Mendukung kerja zinc, kobalt juga mampu menggerakkan sejumlah reaksi biokimia dalam tubuh.
Logam kobalt pernah digunakan untuk membantu mengatasi rendahnya sel darah merah pada pasien anemia akibat penyakit kronis. Akan tetapi, para ahli masih terus melakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan manfaat cobalt pada kesehatan.
Dalam dunia medis, manfaat cobalt diyakini mampu mencegah anemia pernisiosa. Akan tetapi, para ahli masih membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan khasiat tersebut.
Efek samping Cobalt
Secara umum, obat maupun suplemen mengandung cobalt aman dikonsumsi selama mengikuti dosis dan aturan penggunaan. Meski begitu, sama seperti mineral lainnya, cobalt juga dapat menimbulkan efek samping bagi tubuh. Akan tetapi, reaksinya bisa jadi berbeda-beda, tergantung dari dosis obat, usia, dan daya tahan tubuh masing-masing orang.
Peningkatan kadar sel darah merah (polycythemia) dapat menjadi salah satu pertanda ada banyak kobalt dalam tubuh. Bila tidak segera diatasi, hal ini berpotensi menyebabkan gagal jantung kongestif.
Tingginya kadar kobalt dalam tubuh umumnya ditandai dengan gejala-gejala berikut:
- Kelelahan;
- Neuropati perifer;
- Kehilangan pendengaran atau penglihatan;
- Pembesaran jantung (kardiomiopati);
- Hipotiroid;
- Gula darah naik;
- Pembesaran kelenjar tiroid.
Lindungi diri Anda agar jangan sampai menghirup debu cobalt. Pasalnya, partikel kobalt yang terhirup dapat menumpuk di paru-paru dan terserap ke aliran darah hingga ke seluruh tubuh. Tergantung dari organ yang dituju, penumpukan cobalt dapat meningkatkan risiko gangguan paru, penyakit jantung, hilang pendengaran, hingga gangguan penglihatan.
Dosis Cobalt
Dosis cobalt bisa jadi berbeda-beda pada setiap orang. Hal ini tergantung dari usia, jenis kelamin, tingkat keparahan penyakit, dan kebutuhan masing-masing orang.
Beberapa studi kecil melaporkan bahwa penggunaan kobalt klorida 1 mg per hari selama 90 hari tergolong aman. Akan tetapi, sebaiknya diskusikan lebih lanjut dengan dokter untuk mengetahui dosis cobalt yang aman untuk Anda.
Interaksi Cobalt
Potensi interaksi obat terjadi ketika digunakan bersamaan dengan obat lain, sehingga dapat mengubah cara kerja obat. Sebagai akibatnya, obat tidak dapat bekerja dengan maksimal atau bahkan menimbulkan racun yang membahayakan tubuh. Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui obat apa saja yang sedang Anda konsumsi dan beri tahukan pada dokter.
Perhatian
Hal-hal yang harus diperhatikan selama menggunakan cobalt adalah sebagai berikut:
- Beri tahukan dokter jika Anda memiliki riwayat alergi obat maupun penyakit tertentu;
- Sampaikan pada dokter jika Anda sedang mengonsumsi obat, suplemen, maupun herbal apa pun;
- Konsultasikan dulu dengan dokter sebelum menggunakan cobalt saat hamil atau merencanakan kehamilan, maupun sedang menyusui.
Artikel terkait: