Fistula adalah kondisi abnormal ketika 2 bagian tubuh yang semestinya terpisah, justru terhubung oleh sebuah saluran. Misalnya saja usus besar dan kandung kemih. Seperti yang Anda ketahui, kedua organ tubuh ini mempunyai fungsi masing-masing dan tidak berhubungan satu sama lain. Ketika terbentuk saluran kecil yang menghubungkan usus besar dan kandung kemih, maka kondisi ini disebut dengan colovesical fistula.
Apa itu colovesical fistula?
Colovesical fistula adalah terbentunya saluran kecil di antara ujung usus besar dan kandung kemih. Saluran ini tentu bukan kondisi yang normal, karena semestinya usus besar dan kandung kemih terpisah dan bekerja masing-masing.
Usus besar berfungsi untuk membentuk feses (tinja) yang nantinya akan dilepaskan melalui dubur (anus). Berbeda dengan itu, fungsi kandung kemih adalah menyimpan air kencing (urine) sebelum dikeluarkan melalui uretra. Karena fungsinya yang berbeda itulah, usus besar dan kandung kemih dipisahkan oleh dinding jaringan yang tebal.
Ketika terbentuk saluran kecil yang menghubungkan usus besar dan kandung kemih, maka kotoran dari usus besar bisa masuk ke kandung kemih. Begitu juga sebaliknya, cairan dari kandung kemih bisa masuk ke usus besar. Hal ini dapat menyebabkan infeksi yang terasa menyakitkan serta memicu komplikasi lainnya.
Mengenal colovesical fistula
Penyebab
Sebagian besar penyebab colovesical fistula adalah penyakit divertikular, yaitu penyakit yang berhubungan dengan usus besar (kolon). Namun, kondisi ini juga bisa terjadi akibat penyakit lainnya yang meliputi:
- Kanker usus besar.
- Penyakit radang usus, terutama penyakit Crohn.
- Operasi pada usus besar atau kandung kemih.
- Radioterapi.
- Kanker di sekitar usus besar atau kandung kemih.
Gejala
Tanda dan gejala colovesical fistula adalah:
- Pneumaturia, terjadi ketika gas dari usus bercampur dengan urine. Kondisi ini dapat diamati dengan adanya gelembung pada air kencing Anda.
- Fecaluria, terjadi ketika feses tercampur dengan urine. Hal ini menyebabkan air kencing berwarna kecokelatan atau keruh dari biasanya.
- Disuria, yaitu sensasi nyeri atau terbakar ketika buang air kecil. Hampir setengah dari kasus colovesical fistula ditandai dengan disuria.
- Hematuria, atau disebut juga kencing berdarah. Darah pada urine yang terlihat saat buang air kecil disebut sebagai hematuria kotor. Sedangkan ketika darah dalam urine hanya bisa dilihat dengan bantuan mikroskop, maka disebut dengan hematuria mikroskopis.
Baca Selengkapnya: Ketahui Penyebab Kencing Berdarah yang Anda Alami
Selain itu, diare dan sakit perut juga merupakan gejala umum colovesical fistula. Bila Anda mengalami gejala-gejala tersebut, segera konsultasikan ke dokter untuk memastikan penyebabnya.
Pencegahan colovesical fistula
Karena sebagian besar penyebab colovesical fistula adalah divertikulitis, maka Anda dapat mencegah colovesical fistula dengan mencegah divertikulitis.
Bila Anda memiliki penyakit divertikular, Anda dapat meringankan gejalanya dengan melakukan diet tinggi serat. Namun, hal ini tentunya hanya boleh dilakukan dalam pengawasan dokter maupun ahli gizi tersertifikat. Alih-alih menyembuhkan, sembarang melakukan diet tinggi serat justru dapat memperparah gejala divertikulitis dan memicu colovesical fistula.
Mengendalikan berat badan juga dapat membantu menurunkan riisko colovesical fistula. Nah, bagi Anda yang mengalami kelebihan berat badan, cobalah olahraga rutin supaya berat badan Anda kembali normal dan sehat.
Pengobatan colovesical fistula
Jika Anda mengalami gejala-gejala colovesical fistula, segera konsultasikan ke dokter terdekat. Dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan untuk mencari tahu penyebab dari gejala yang Anda alami.
Berikut ini daftar pemeriksaan yang mungkin dilakukan untuk mendeteksi colovesical fistula, yaitu:
- Sistografi: Prosedur menggunakan alat tabung tipis dengan kamera kecil di ujungnya, lalu dimasukkan ke dalam kandung kemih. Kamera tersebut akan memperlihatkan gambar dinding kandung kemih, sehingga dokter dapat melihat ada atau tidaknya fistula.
- Barium enema, yaitu prosedur memasukkan cairan barium sulfat lewat dubur dengan menggunakan tabung kecil. Cairan barium sulfat tersebut akan memudahkan dokter saat melihat kondisi jaringan lunak di usus besar.
Bila ditemukan adanya fistula atau saluran yang menghubungkan usus besar dan kandung kemih, maka dokter baru mulai menentukan pengobatan yang tepat untuk Anda. Hal ini tergantung dari tingkat keparahan penyakit colovesical fistula itu sendiri.
Ada 2 pengobatan utama untuk mengatasi colovesical fistula, di antaranya:
1. Terapi konservatif
Terapi konservatif dapat dilakukan jika ukuran fistula cukup kecil, tidak ganas, dan gejalanya tidak berat. Pengobatan jenis ini juga direkomendasikan untuk pasien yang mengidap penyakit parah lainnya, tidak memungkinkan dilakukan pembedahan, atau ketika kanker sudah tidak bisa dioperasi.
Tujuan terapi konservatif ini adalah untuk menutup saluran dan menyembuhkan fistula itu sendiri. Berbagai jenis terapi konservatif untuk colovesical fistula adalah:
- Pemberian makanan melalui pembuluh darah, sehingga usus tidak harus bekerja ekstra dan bisa beristirahat untuk sementara waktu.
- Antibiotik dan obat steroid.
- Memasukkan kateter ke dalam kandung kemih, fungsinya untuk mengeluarkan cairan yang masuk dari usus besar.
Karena colovesical fistula merupakan komplikasi dari divertikulitis, pastikan Anda selalu mengikuti tahap demi tahap perawatan dokter.
2. Operasi
Ketika terapi konservatif tak juga efektif, dokter biasanya akan menyarankan operasi. Tujuan operasi adalah untuk mengangkat atau memperbaiki fistula, sekaligus menghentikan pertukaran cairan antara kandung kemih dan usus besar.
Jenis operasi yang diperlukan untuk mengobati colovesical fistula tergantung dari penyebab, tingkat keparahan gejala, dan lokasi fistula itu sendiri. Biasanya untuk kasus ini, dokter akan melakukan operasi yang disebut dengan kolektomi sigmoid.
Kolektomi sigmoid adalah prosedur pengangkatan usus besar bagian bawah dan fistula. Setelah itu, lubang saluran pada usus besar dan kandung kemih akan ditambal kembali agar cairan dari kedua organ tidak saling bertukar.
Jenis pembedahannya berupa operasi terbuka, baik dengan memberikan sayatan besar di perut atau dengan laparoskopi. Dokter umumnya akan melakukan laparoskopi, sebab proses pemulihannya cenderung lebih cepat dan minim komplikasi.