Deflazacort merupakan obat yang termasuk dalam golongan steroid sintetis yang memiliki efek antiinflamasi. Obat ini digunakan untuk mengurangi peradangan pada berbagai macam penyakit dan kondisi.
Deflazacort bekerja dengan bertindak di dalam sel untuk mencegah pelepasan bahan kimia tertentu yang penting dalam sistem kekebalan tubuh. Bahan kimia ini biasanya terlibat dalam menghasilkan respon kekebalan dan alergi yang mengakibatkan peradangan. Maka, dengan mengurangi pelepasan bahan kimia ini di daerah tertentu, peradangan akan berkurang. Tentunya, hal ini akan membantu mengendalikan banyak keadaan penyakit yang ditandai dengan peradangan berlebihan.
Selain itu, Deflazacort juga menurunkan jumlah leukosit yang beredar dalam darah seiring dengan turunnya jumlah bahan kimia akibat peradangan. Hal ini dapat mencegah penolakan transplantasi organ tubuh karena mencegah tubuh menyerang jaringan asing.
Mengenai Deflazacort
Golongan:
Obat resep
Kemasan:
Tablet
Kandungan:
Golongan steroid sintesis
Manfaat obat Deflazacort
Deflazacort diindikasikan untuk perawatan, kontrol, pencegahan, serta perbaikan penyakit-penyakit peradangan dan autoimun. Biasanya obat ini digunakan untuk mengobati reaksi alergi yang parah, pembengkakan paru-paru pada asma, pembengkakan sendi arthritis, masalah kulit, ginjal, jantung, sistem perncernaan, mata, atau darah. Obat ini kerap pula digunakan untuk mengobati tumor dan menekan sistem kekebalan tubuh dalam transplantasi organ.
Sementara itu, kondisi pasien yang merupakan kontraindikasi dalam menggunakan obat ini adalah hipersensitivitas pada deflazacort serta keadaan-keadaan tertentu, seperti hamil, menyusui, memiliki infeksi sistemik yang belum diobati dan baru menerima virus imunisasi hidup.
Dosis dan cara pemberian obat Deflazacort
Bentuk sediaan dari Deflazacort berupa tablet dengan dosis 6 mg, 12 mg, dan 30 mg yang harus disimpan dalam suhu ruangan (menjauhi panas dan cahaya langsung). Dosis penggunaan oral untuk alergi dan gangguan inflmasai pada orang dewasa yang biasanya dianjurkan hingga sebesar 120 mg/hari, dengan dosis pemeliharaan sebesar 3-18 mg/hari.
Sementara itu dosis penggunaan oral untuk alergi dan gangguan inflamasi pada anak yang biasanya dianjurkan sebesar 0,25-1,5 mg/kg/hari atau bisa diberikan selang sehari. Tidak didapatkan data spesifik tentang cara pemberian obat yang dianjurkan, namun Deflazacort paling sering dikonsumsi setelah makan dengan frekuensi konsumsi obat 1-2 kali sehari.
Efek samping obat Deflazacort
Terdapat pula kemungkinan efek samping yang ditimbulkan oleh pemakaian Deflazacort. Mulai dari efek samping yang jarang terjadi, seperti pembengkakan tangan, kaki, pergelangan kaki, wajah, bibir, atau tenggorokan yang menyebabkan kesulitan menelan atau bernapas; gatal, ruam, atau urtikaria yang menandakan reaksi alergi terhadap obat ini. Selain itu, mungkin juga feses menjadi kehitaman maupun terdapat darah segar atau beku dalam feses, muntah seperti bubuk kopi yang merupakan tanda-tanda ulkus lambung.
Sementara itu, efek samping yang sering terjadi, meliputi sakit perut hingga punggung yang bisa menjadi tanda dari pankreatitis. Deflazacort juga diketahui memiliki efek pada gangguan mental yang tidak diketahui seberapa sering terjadi, seperti merasa tertekan, cemas, suasana hati yang naik turun, gelisah, dan halusinasi.
Interaksi obat Deflazacort
Ada juga beberapa obat tertentu yang sebenarnya tidak dianjurkan untuk digunakan bersama Deflazacort, namun dalam beberapa kasus, kedua obat dapat digunakan bersamaan dengan mengubah dosisnya atau tindakan pencegahan lain yang diperlukan, seperti mengatur seberapa sering pasien menggunakan salah satu atau kedua obat. Obat-obat yang dimaksud adalah:
- Antacid
- Obat ACEI
- Diuretik
- Phenytoin
- Obat beta bloker
- Onat antidiabetik
- Obat antibiotik seperti erythromycin
- Coumarin
- Carbamazepine
- Barbiturate
Perhatian khusus selama pemberian obat Deflazacort
Didapatkan beberapa hal yang merupakan peringatan dan perhatian yang harus diketahui sebelum menggunakan Deflazacort, seperti penggunaan steroid jangka panjang akan menyebabkan tulang menjadi keropos (osteoporosis), terutama jika pasien merokok, tidak berolahraga, tidak cukup mendapatkan vitamin D atau kalsium, serta memiliki riwayat keluarga osteoporosis. Hal ini menyebabkan perlunya dilakukan monitoring pemeriksaan darah, penglihatan, dan kepadatan tulang.
Obat ini juga dapat terbawa dalam ASI dan menyebabkan efek samping pada bayi yang menyusui. Selain itu, obat ini juga dapat memengaruhi pertumbuhan pada anak-anak sehingga tidak diperbolehkan untuk digunakan oleh anak dengan umur di bawah 5 tahun.