Pernahkah Anda membayangkan bagiamana rasanya pergi ke alam mimpi? Beberapa mimpi terkadang terasa seperti nyata. Bahkan ketika Anda terbangun, sensasi mimpinya masih terasa nyata dan melekat dalam benak Anda.
Sebenarnya ini adalah hal yang wajar, karena memang ada saat-saat tertentu yang membuat mimpi terasa nyata. Namun, jangan sampai Anda terus-terusan sulit membedakan mana kenyataan dan mana sekadar mimpi, ya. Ketika ini terjadi, bisa jadi Anda mengalami masalah kejiwaan. Berbeda dengan deja vu, kondisi ini dikenal sebagai depersonalization disorder atau gangguan depersonalisasi.
Apa itu depersonalization disorder?
Depersonalization disorder kini lebih dikenal dengan sebutan depersonalization-derealization disorder (DDD). Lebih mudahnya lagi, kondisi ini disebut dengan gangguan depersonalisasi-derealisasi.
Ada 2 masalah yang kerap dialami oleh penderita DDD, yaitu:
- Depersonalization atau depersonalisasi, yaitu kondisi saat seseorang merasa dirinya tidak nyata.
- Derealization atau derealisasi, yaitu kondisi saat seseorang merasa lingkungan atau orang lain tidak nyata.
Sederhananya, orang dengan depersonalization disorder merasa seperti hidup dalam mimpi. Mereka percaya bahwa hal-hal yang terjadi di sekitarnya adalah tidak nyata. Hal ini membuatnya sulit membedakan yang mana kenyataan dan mana yang sekadar mimpi.
Depersonalization disorder termasuk 1 dari 4 jenis gangguan disosiatif. Gangguan disosiatif adalah suatu gangguan kejiwaan yang menyebabkan seseorang memiliki ingatan dan kesadaran yang terpecah-pecah.
Depersonalization disorder lebih sering ditemukan pada wanita daripada pria, mulai usia 16 tahun. Gangguan depersonalisasi ini juga bisa menjadi gejala gangguan kejiwaan lainnya, seperti demensia dan skizofrenia.
Mengenai depersonalization disorder
Penyebab
Penyebab depersonalization disorder belum diketahui secara pasti, layaknya masalah kejiwaan lainnya. Kondisi ini diduga dapat terjadi akibat efek stres dan trauma, terutama pada usia muda.
Misalnya saja Anda tumbuh di lingkungan yang penuh kekerasan atau pelecehan. Anda tentu reflek akan menghindari situasi tersebut karena merasa terancam. Kondisi ini dapat terjadi berulang-ulang setiap kali Anda mengalami situasi yang mengancam.
Menggunakan obat-obatan tertentu juga dapat memicu gejala yang sangat mirip dengan DDD. Obat-obatan tersebut di antaranya:
- Halusinogen
- MDMA
- Ketamin
- Salvia
Gejala
Pada kebanyakan orang, gejala depersonalization disorder yang paling utama adalah sulit berkomunikasi dengan orang lain. Penderitanya juga merasa dirinya tidak benar-benar hidup atau cenderung gila.
Selain itu, gejala DDD secara khusus terbagi menjadi 2, yaitu gejala depersonalisasi dan gejala derealisasi.
Tanda dan gejala depersonalization disorder meliputi:
- Merasa diri Anda berada di luar tubuh, seolah-olah Anda bisa melihat diri sendiri dari atas atau layar film.
- Mengalami mati rasa di pikiran dan tubuh, seolah-olah pancaindra tidak berfungsi
- Merasa tidak bisa mengendalikan perkataan atau perilaku
- Merasa ukuran tubuh tidak normal
- Sulit mengenali atau menggambarkan emosi (alexithymia)
Sedangkan gejala derealization disorder antara lain:
- Sulit mengenali lingkungan, serasa seperti mimpi
- Merasa seperti ada dinding kaca yang memisahkan dunia nyata, sehingga penderita hanya bisa melihat tanpa menyentuhnya
- Merasa lingkungan sekitar tampak tidak nyata, datar, buram, terlalu jauh, terlalu dekat, terlalu besar, atau terlalu kecil
- Muncul perasaan distorsi waktu, yaitu masa lalu terasa sangat baru, sedangkan peristiwa baru-baru ini seolah terjadi sejak lama.
Pencegahan depersonalization disorder
Karena penyebabnya tidak diketahui secara pasti, maka tidak ada cara khusus yang dapat mencegah depersonalization disorder. Namun, ketika Anda mulai merasakan gejala DDD muncul dalam diri, coba libatkan semua indra Anda.
Jangan buru-buru panik saat Anda sulit membedakan yang mana kenyataan dan mana mimpi. Anda bisa mengatasinya dengan melakukan beberapa cara berikut ini:
- Menggenggam es batu, supaya penderita bisa merasakan sensasi tubuhnya.
- Hirup aroma rempah-rempah atau minyak esensial
- Isap permen yang teksturnya keras
- Dengar dan nyanyikan lagu-lagu yang disukai, untuk merangsang pendengarannya.
Pengobatan depersonalization disorder
Perlu dicatat bahwa masalah kesehatan mental memerlukan waktu yang cukup panjang untuk didiagnosis dengan tepat. Beri tahukan dokter atau psikiater mengenai gangguan kejiwaan lainnya yang Anda miliki, terutama depresi atau kecemasan.
Menurut sebuah studi dalam The Journal of Clinical Psychiatry tahun 2003, orang dengan gangguan DDD sering kali mengalami depresi, kecemasan, atau keduanya. Itulah kenapa penting untuk memberitahukan dokter mengenai semua masalah kejiwaan yang Anda alami.
Jenis perawatan yang paling efektif untuk mengatasi gejala depersonalization disorder adalah dengan terapi. Khususnya terapi psikodinamik atau disebut juga dengan terapi perilaku kognitif.
Dengan bantuan terapis, Anda akan memahami lebih lanjut mengenai gangguan DDD. Mulai dari memahami gejala, menemukan penyebab, mengatasi trauma masa lalu, hingga menentukan cara terbaik untuk mencegah gejalanya kambuh lagi.
Sejumlah obat antidepresan juga dapat membantu, terutama bila Anda mengalami depresi atau gangguan kecemasan. Ikuti dosis dan aturan minum obat dari dokter supaya hasilnya maksimal.