Tercukupinya kebutuhan vitamin D dalam tubuh memiliki peran penting terutama untuk menjaga kesehatan tulang secara optimal. Jika kadar vitamin D dalam tubuh rendah, maka beberapa risiko kesehatan yang serius mungkin saja terjadi, termasuk osteoporosis, diabetes, kanker, rakitis, hingga kematian.
Vitamin D sendiri secara alami bisa didapatkan melalui sinar matahari yang menjadi sumber vitamin D terbaik bagi tubuh. Tetapi kadar vitamin D juga dapat tercukupi melalui konsumsi makanan yang kaya vitamin D atau suplemen yang mengandung vitamin D.
5 Efek samping kelebihan vitamin D
Dosis vitamin D yang dianjurkan adalah 400-800 IU dalam sehari. Tetapi untuk menjaga tekanan darah yang optimal, dosis vitamin D harian dapat berkisar di angka 1000-4000 IU. Jika kadar vitamin D berada di atas 4000 IU per hari maka tubuh akan mengalami kelebihan vitamin D.
Baca juga: Tanda dan Penyakit Akibat Kekurangan Vitamin D
Mencukupi vitamin D dalam darah juga dapat membantu meningkatkan kekebalan tubuh dan melindungi tubuh dari penyakit seperti osteoporosis dan kanker. Di sisi lain, kadar vitamin D yang berlebihan dan terlalu tinggi dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Efek samping kelebihan vitamin D antara lain:
1. Tingginya kadar kalsium dalam darah
Vitamin D membantu tubuh menyerap kalsium dari sumber makanan yang Anda konsumsi dan ini menjadi peran terpenting vitamin D bagi tubuh. Namun jika asupan vitamin D berlebihan, kalsium darah dapat mencapai level yang berbahaya.
Gejala kalsium darah tinggi atau hiperkalsemia meliputi gangguan pencernaan seperti mual, muntah, dan sakit perut, kelelahan, pusing, rasa haus yang meningkat, dan seringnya buang air kecil.
2. Tulang keropos
Vitamin D berperan penting dalam penyerapan kalsium dan metabolisme tulang sehingga dapat mempertahankan tulang yang kuat. Tetapi kelebihan vitamin D juga dapat merusak kesehatan tulang.
Meskipun gejala vitamin D yang berlebihan dikaitkan dengan kadar kalsium darah yang tinggi, beberapa penelitian menunjukkan bahwa megadosis (dosis berlebihan) dapat menyebabkan rendahnya tingkat vitamin K2 dalam darah. Padahal salah satu fungsi vitamin K2 yang terpenting adalah untuk menjaga kalsium dalam tulang.
Baca juga: 6 Kandungan Mineral Penting Saat Patah Tulang
Diyakini pula bahwa kadar vitamin D yang terlalu tinggi dapat mengurangi aktivitas vitamin K2 dalam darah. Sehingga untuk melindungi tubuh dari risiko tulang keropos, sebaiknya Anda menghindari konsumsi vitamin D berlebihan dan menambahkan asupan suplemen vitamin K2 untuk menjaga keseimbangan kedua vitamin tersebut.
3. Terjadinya mual, muntah, dan penurunan nafsu makan
Selain meningkatnya kadar kalsium dalam darah, terlalu banyak mengonsumsi vitamin D juga dapat menyebabkan munculnya rasa mual, muntah, dan penurunan nafsu makan.
Walaupun begitu, gejala kelebihan vitamin D ini dapat menjadi tanda bahwa kadar vitamin D terutama vitamin D3 sangat tinggi dalam tubuh. Kondisi mual, muntah, dan penurunan nafsu makan ini juga tidak selalu terjadi pada setiap orang, tetapi dalam beberapa kasus dirasakan akibat tingginya kadar kalsium darah.
4. Sakit perut, sembelit, maupun diare
Vitamin D dapat menyebabkan keluhan atau masalah pada saluran pencernaan, seperti rasa sakit pada perut, sembelit, maupun diare. Kondisi ini juga biasanya berhubungan dengan intoleransi makanan atau terjadinya sindrom iritasi usus.
Gangguan pencernaan ini juga dapat menjadi tanda terjadinya peningkatan kadar kalsium dalam darah yang disebabkan oleh keracunan vitamin D. Gejala ini biasanya terjadi akibat konsumsi vitamin D dengan dosis tinggi yang awalnya digunakan untuk mengatasi defisiensi vitamin D.
Baca juga: 7 Cara Atasi Sembelit
5. Gagal ginjal
Asupan dan kadar vitamin D yang berlebihan dapat menyebabkan gagal ginjal dengan kondisi sedang hingga berat. Gagal ginjal sendiri dapat diobati dengan hidrasi oral dan intravena serta obat-obatan. Untuk menghindari efek samping ini, penderita gagal ginjal ataupun mereka yang berisiko menderita gagal ginjal perlu memperhatikan jumlah asupan vitamin D yang dikonsumsi.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.