Bulimia gangguan yang ditandai dengan pola makan berlebih tak terkontrol disertai dengan perilaku mengeluarkan kembali makanan yang telah masuk secara paksa, biasanya dengan cara memuntahkannya atau mengonsumsi obat laksatif. Untuk pemahaman lebih jauh, simak beberap fakta seputar bulimia berikut ini:
1. Bulimia adalah Gangguan Psikologis
Meski memiliki ciri-ciri berupa gangguan pola makan, sebenarnya bulimia merupakan gangguan psikologis yang berakar pada pikiran obsesif dan perilaku komplulsif akan citra tubuh. Bahkan, menurut National Association of Anorexia Nervosa and Associated Disorders (ANAD), bulimia termasuk salah satu gangguan psikologis yang paling fatal lantaran terkait erat dengan masalah kesehatan jangka panjang hingga bunuh diri.
2. Agak Sulit Mengenali Penderitanya
Tidak seperti penderita anoreksia yang mudah dikenali dengan melihat bentuk badannya yang sangat kurus, hal serupa tidak berlaku pada penderita bulimia. Bentuk badan penderita bulimia biasanya terlihat normal bahkan seperti kelebihan berat badan. Penderita bulimia cenderung lihai dalam menyembunyikan perilaku abnormalnya.
Penderita bulimia dapat dikenali dengan melihat secara langsung kebiasaan penderitanya. Misalnya seperti menstimulasi dirinya agar muntah, mengonsumsi obat pencahar maupun diuretik segera setelah makan, kerap melakukan puasa dan olahraga ekstrem hingga memicu dehidrasi dan cedera pada tubuh.
3. Pria Dapat Mengalaminya
Dalam sejumlah besar kasus, bulimia memang lebih sering dijumpai pada wanita. Namun pada kenyataannya, bulimia juga menargetkan kaum pria sebagai korbannya. Serupa dengan wanita yang berupaya keras dalam mencapai bentuk tubuh yang ideal menurutnya, begitu pula dengan pria. Ketidakpuasan pada bentuk tubuh menjadi alasan yang melatarbelakanginya, namun dengan distorsi perseptual yang berbeda, yakni demi mengejar bentuk badan kekar dan berotot.
4. Banyak Faktor Penyebabnya
Penyebab bulimia tidak diketahui secara pasti sampai sekarang. Para ahli percaya bahwa terdapat korelasi yang kuat antara masalah psikologis seperti stres, depresi, perfeksionisme, gangguan stres pascatrauma (PTSD) serta gangguan obsesif komplusif (OCD) dengan gangguan pola makan seperti bulimia atau anoreksia.
Beberapa hasil penelitian lainnya menyebutkan bahwa timbulnya bulimia dapat pula dipicu oleh berbagai faktor, seperti tuntutan profesi seperti pada para model, pengaruh lingkungan dan media sosial, keseimbangan kadar serotonin di otak yang terganggu hingga kemungkinan faktor genetik di mana seorang anak rentan mengalami bulimia apabila orang tuanya menderita kondisi serupa.
5. Penderitanya Tak Mesti Kurus
Anoreksia menyebabkan penurunan berat badan yang ekstrim lantaran adanya defisit kalori yang begitu besar. Namun hal ini tak selalu berlaku pada kasus bulimia, di mana penderitanya bisa jadi memiliki berat badan normal bahkan lebih.
Seseorang dengan bulimia dapat mengalami anoreksia yang membuat ia sama sekali tak menyentuh makanan atau hanya makan dalam porsi kecil. Namun pada waktu lainnya, terjadi ledakan nafsu makan yang membuatnya akan makan seketika dalam porsi besar dan tak terkontrol. Lantas setelahnya, timbul rasa bersalah dan penyesalan sehingga makanan yang telah masuk langsung dipaksa keluar kembali, baik melalui muntahan, obat pencahar dan berbagai cara lainnya yang terbilang ekstrem.
Pola makan seperti inilah yang membuat para penderita bulimia kelihatan bisa mempertahankan bobot tubuh normalnya. Tak jarang kondisi ini dapat mengelabui orang-orang di sekitar, bahkan menyebabkan dokter kesulitan dalam menegakkan diagnosis.
6. Memiliki Konsekuensi Kesehatan yang Serius
Setiap sistem atau organ dalam tubuh manusia sangat bergantung pada nutrisi dan pola makan yang sehat agar dapat berfungsi dengan baik. Maka ketika terjadi gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia, imbasnya tidak hanya berdampak pada bentuk tubuh, namun kondisi kesehatan pun akan ikut terpengaruh.
Banyak masalah kesehatan serius yang dapat dialami oleh para penderita bulimia. Antara lain seperti kerusakan gigi, anemia, tekanan darah rendah, denyut jantung tidak teratur, kulit kering, rambut rontok, kuku rapuh dan mudah patah, terganggunya siklus menstruasi, ruptur esofagus hingga gagal ginjal atau gagal jantung.
7. Merupakan Pertarungan Seumur Hidup
Pada dasarnya, bulimia adalah penyakit yang dapat diobati, namun gejalanya kerap kali kembali tanpa peringatan. Oleh karena itu, dibutuhkan kecermatan untuk mengidentifikasi pemicunya. Contohnya bulimia hadir kembali lantaran depresi, maka segera lakukan perawatan kesehatan mental pada psikolog atau psikiater. Antidepresan seperti prozac (fluoxetine) diketahui dapat membantu meredakan gejala bulimia pada orang yang mengalami depresi.
Bulimia bukanlah gangguan pola makan biasa. Bulimia dapat menyebabkan berbagai dampak buruk bagi kesehatan tubuh penderitanya. Apabila Anda atau orang di sekitar Anda mengalami gejala bulimia, segera periksakan diri ke dokter untuk pertolongan pengobatan.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.