Migren biasanya lebih sering dialami oleh wanita dibandingkan pria. Selain itu, orang yang memiliki riwayat keluarga menderita migren juga berpotensi terkena migren juga. Sebenarnya, penyebab pasti munculnya migren atau sakit kepala sebelah memang belum diketahui. Namun, beberapa faktor berikut ini diyakini dapat memicu munculnya migren.
Dipublish tanggal: Jul 7, 2019
Update terakhir: Okt 12, 2020
Tinjau pada Okt 28, 2019
Waktu baca: 2 menit
Bagikan artikel ini
Migrain atau sakit kepala sebelah merupakan jenis penyakit yang sering dialami oleh semua orang. Migrain biasanya disebabkan oleh penurunan kadar sirotonin dalam otak, sehingga menyebabkan salah satu saraf otak melepaskan zat kimia dan menimbulkan rasa nyeri.
Namun, penyebab utama munculnya migrain belum dapat diketahui pasti. Untuk mengetahui penyebab munculnya migrain, simak pemaparan berikut ini.
Faktor pemicu migrain
Migrain biasanya lebih sering dialami oleh wanita dibandingkan pria. Selain itu, orang yang memiliki riwayat keluarga menderita migrain juga berpotensi terkena migrain juga. Sebenarnya, penyebab pasti munculnya migren atau sakit kepala sebelah memang belum diketahui.
Namun, beberapa faktor berikut ini diyakini dapat memicu munculnya migrain.
Perubahan hormon. Fluktuasi atau penurunan hormon estrogen pada wanita diyakini dapat menyebabkan munculnya migren. Migrain yang disebabkan karena perubahan hormon estrogen dapat terjadi sebelum dan selama menstruasi, selama kehamilan, dan menopause.
Pola makan dan minum. Mengonsumsi makanan yang asin dan mengandung penambahan rasa asin atau manis seperti MSG dan aspartam juga dapat memicu munculnya migrain. Selain itu, migrain juga dapat disebabkan karena kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan kafein.
Faktor emosi. Salah satu penyebab munculnya migren adalah emosi. Kondisi emosi yang terlalu bahagia, terlalu sedih hingga depresi, stress, ataupun gelisah dapat memicu munculnya migren.
Faktor lingkungan. Jenis lingkungan yang dapat memicu migrain antara lain lingkungan yang berbau asap rokok dan menghasilkan suara yang bising.
Faktor fisik. Kondisi fisik, seperti kelelahan, kurang tidur, postur yang buruk, ataupun kadar gula rendah merupakan faktor yang dapat memicu migrain.
Efek samping obat. Mengonsumsi pil KB dan melakukan terapi hormon juga memiliki efek samping dapat menyebabkan migrain.
Makanan penyebab migrain
Apakah Anda pernah mengalami migren setelah mengonsumsi makanan? Ternyata ada beberapa makanan yang dapat berisiko memunculkan migrain. Berikut beberapa makanan yang terbukti dapat merangsang terjadinya migrain.
Pisang
Pisang merupakan jenis buah yang kaya akan nutrisi dan vitamin yang baik untuk kesehatan tubuh. Namun, pisang mengandung senyawa tyramin yang dapat memicu munculnya migren dan sakit kepala. Jika Anda memiliki riwayat migren, sebaiknya hindari mengonsumsi pisang.
Es krim
Es krim merupakan salah satu jenis makanan yang merangsang munculnya migren. Bagi Anda yang memiliki riwayat terkena migren, sangat tidak disarankan untuk mengonsumsi es krim berlebihan selama sehari.
Kopi
Kopi merupakan minuman yang biasanya dikonsumsi untuk menghilangkan ngantuk. Selain untuk menghilangkan ngantuk, mengonsumsi kopi juga dapat meningkatkan konsentrasi dan semangat saat beraktivitas.
Namun, mengonsumsi kopi terus menerus dapat menyebabkan kecanduan, sehingga akan mudah mengalami migren. Jika sudah kecanduan kopi, Anda akan mudah merasa pusing, cemas, dan sulit berkonsentrasi jika tidak meminum kopi.
Red wine
Dehidrasi atau kurangnya cairan tubuh dapat menyebabkan migren. Minum red wine dapat menyebabkan tubuh dekidrasi, sehingga dapat meningkatkan risiko munculnya migren. Selain itu, red wine juga mengandung tyramine dan tanin yang dapat memicu terjadinya migren.
Dark cokelat
Dark cokelat mengandung kafein, sehingga dapat menyebabkan migren. Sebaiknya hindari mengonsumsi dark cokelat pada pagi hari, supaya tidak mengganggu aktivitas pekerjaan Anda.
Keju
Keju juga mengandung senyawa tyramine yang dapat memicu munculnya migren dan sakit kepala. Bagi Anda yang memiliki riwayat migren dan ingin mengonsumsi keju, sebaiknya perhatikan kondisi badan. Jika kondisi badan penat dan tidak sehat, sebaiknya hindari memakan keju.
44 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Asshina M. The most important advances in headache research in 2018. The Lancet Neurology. 2019;18:5.
Simon RP, et al. Headache & facial pain. In: Clinical Neurology. 10th ed. New York, N.Y.: McGraw-Hill Education; 2018. http://accessmedicine.mhmedical.com.
Walton, R.G., Hudak, R., Green-Waite, R.J. (1993). Adverse reactions to aspartame: double-blind challenge in patients from a vulnerable population. Biological Psychiatry, 34(1-2), 13-7. DOI: (https://doi.org/10.1016/0006-3223(93)90251-8)
Tekatas, A., Mungen, B. (2013). Migraine headache triggered specifically by sunlight: report of 16 cases. European Neurology, 70(5-6), 263-6. DOI: (https://doi.org/10.1159/000354165)
Sethi, N.K. (2014). Sunlight as a migraine trigger - guilty or an innocent bystander?. European Neurology, 71(1-2), 75. DOI: (https://doi.org/10.1159/000356342)
Martin, G.V., Houle, T., Nicholson, R., Peterlin, A., Martin, V.T. (2013). Lightning and its association with the frequency of headache in migraineurs: an observational cohort study. Cephalalgia, 33(6):375-83. DOI: (http://doi.org/10.1177/0333102412474502)
Koppen, H., van Veldhoven, P.L. (2013). Migraineurs with exercise-triggered attacks have a distinct migraine. The Journal of Headache and Pain, 14:99. DOI: (https://doi.org/10.1186/1129-2377-14-99)
Karlı, N., Baykan, B., Ertaş, M., Zarifoğlu, M., Siva, A., Saip, S., et al. (2012). Impact of sex hormonal changes on tension-type headache and migraine: a cross-sectional population-based survey in 2,600 women. The Journal of Headache and Pain, 13(7), 557-65. DOI: (https://doi.org/10.1007/s10194-012-0475-0)
Goldstein, J., Hagen, M., Gold, M. (2014). Results of a multicenter, double-blind, randomized, parallel-group, placebo-controlled, single-dose study comparing the fixed combination of acetaminophen, acetylsalicylic acid, and caffeine with ibuprofen for acute treatment of patients with severe migraine. Cephalalgia, 2014, April 14. DOI: (https://doi.org/10.1177/0333102414530527)
Fukui, P.T., Gonçalves, T.R., Strabelli, C.G., Lucchino, N.M., Matos, F.C., Santos, J.P., et al. (2008). Trigger factors in migraine patients. Arquivos de Neuro-Psiquiatria, 66(3A), 494-9. DOI: (http://dx.doi.org/10.1590/S0004-282X2008000400011)
Freeman, M. (2006). Reconsidering the effects of monosodium glutamate: a literature review. Journal of American Association of Nurse Practioners, 18(10), 482-6. DOI: (https://doi.org/10.1111/j.1745-7599.2006.00160.x)
Fraga, M.D., Pinho, R.S., Andreoni, S., Vitalle, M.S., Fisberg, M., Peres, M.F., et al. (2013). Trigger factors mainly from the environmental type are reported by adolescents with migraine. Arquivos de Neuro-Psiquiatria, 71(5), 290-3. DOI: (http://doi.org/10.1590/0004-282X20130023)
Finocchi, C., Sivori, G. (2012). Food as trigger and aggravating factor of migraine. Neurological Sciences, 33(Suppl 1), S77-80. DOI: (https://doi.org/10.1007/s10072-012-1046-5)
Dees, B., Coleman-Jackson, R., Hershey, L.A. (2013). Managing migraine and other headache syndromes in those over 50. Maturitas, 76(3), 243-6. DOI: (https://doi.org/10.1016/j.maturitas.2013.04.009)
Dalkara, T., Kiliç, K. (2013). How does fasting trigger migraine? A hypothesis. Current Pain and Headache Reports, 17(10), 368. DOI: (http://doi.org/10.1007/s11916-013-0368-1)
Bigal, M.E., Hargreaves, R.J. (2013). Why does sleep stop migraine? Current Pain and Headache Reports, 17(10), 369. DOI: (http://doi.org/10.1007/s11916-013-0369-0)
Baad-Hansen, L., Cairns, B., Ernberg, M., Svensson P. (2009). Effect of systemic monosodium glutamate (MSG) on headache and pericranial muscle sensitivity. Cephalalgia, 30(1):68-76. DOI: (http://doi.org/10.1111/j.1468-2982.2009.01881.x)
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.
Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)
Terima kasih atas saran dan masukannya! Kami akan meningkatkan kualitas layanan kami agar lebih bermanfaat.
Konten ini ditulis atau ditinjau oleh praktisi kesehatan dan didukung oleh setidaknya tiga referensi dan sumber yang dapat dipercaya.
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk mengirimkan konten yang akurat, komprehensif, mudah dipahami, terbaru, dan dapat ditindaklanjuti. Anda dapat membaca proses editorial lengkap di sini.
Jika Anda memiliki pertanyaan atau komentar tentang artikel kami, Anda dapat memberi tahu kami melalui WhatsApp di 0821-2425-5233 atau email di[email protected]