Kaki Membengkak Setelah Digigit Nyamuk, Curigai Filariasis!
Pastinya semua sering mendengar atau bahkan melihat penyakit yang satu ini. Ya, penyakit filariasis atau di Indonesia lebih sering disbut dengan penyakit kaki gajah atau elephantiasis. Filariasis dapat ditularkan oleh seluruh jenis spesies nyamuk. Di Indonesia diperkirakan terdapat lebih dari 23 spesies vektor nyamuk penular filariasis atau kaki gajah. Penyakit ini menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Dari tahun ke tahun jumlah provinsi yang melaporkan kasus filariasis terus bertambah. Bahkan di beberapa daerah mempunyai tingkat endemisitas yang cukup tinggi terhadap penyakit ini.
Penyakit ini umumnya bersifat kronis dan bila tidak cepat mendapat pengobatan dapat menimbulkan kecacatan seumur hidup berupa pembesaran kaki, lengan, dan alat kelamin baik laki- laki maupun perempuan. Akibatnya penderita filariasis tidak dapat bekerja secara optimal bahkan hidupnya akan tergantung kepada orang lain. Untuk itu artike ini akan membahas lebih detai lagi mengenai penyakit filariasis atau kaki gajah ini. Selamat membaca.
Apa sih penyakit filariasis atau kaki gajah itu?
Filariasis atau yang biasa disebut dengan penyakit kaki gajah merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres. Cacing tersebut hidup di saluran dan kelenjar getah bening dengan manifestasi klinik akut berupa demam berulang, peradangan saluran dan saluran kelenjar getah bening. Pada stadium lanjut dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan, payudara dan bahkan alat kelamin.
Apa sih yang menyebabkan terjadinya filariasis?
Pada umumnya Filariasis di Indonesia disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. W. bancrofti merupakan parasit yang paling sering menyerang manusia. Diperkirakan 9 dari 10 penderita filariasis limfatik disebabkan oleh parasit ini.
Sementara sisanya biasanya disebabkan oleh B. malayi. Filaria mempunyai siklus hidup bifasik dimana perkembangan larva terjadi pada nyamuk (intermediate host) dan perkembangan larva dan cacing dewasa terjadi pada manusia, parasit tersebut bertahan hidup selama 6 hingga 8 tahun, dan terus berkembang biak dalam jaringan limfa manusia.
Seseorang tertular filariasis bila digigit nyamuk yang mengandung larva infektif cacing filaria. Nyamuk tersebut biasanya tersebar luas di seluruh Indonesia sesuai dengan keadaan lingkungan habitatnya (got/saluran air, sawah, rawa, hutan).
Apa saja tanda dan gejala-gejala dari filariasis?
Gejala klinis filariasis terdiri dari gejala klinis akut dan kronis. Gejala klinis akut biasanya berupa peradangan kelenjar lifa, yang disertai demam, sakit kepala, rasa lemah, mual, muntah yang terjadi beberapa hari hingga beberapa minggu dan dapat pula terjadi abses. Abses dapat pecah yang kemudian mengalami penyembuhan dengan menimbulkan jaringan parut, terutama di daerah lipat paha dan ketiak.
Jaringan parut lebih sering terjadi pada infeksi B. malayi dan B. timori dibandingkan dengan infeksi W. brancofti, demikian juga dengan timbulnya peradangan saluran kelenjar limfa, pada infeksi W. brancofti sering terjadi peradangan atau pembengkakan buah zakar, dan peradangan epididymis.
Sedangkan pada kasus filariasis kronis, limfedema atau penumpukan cairan menyebabkan pembengkakan pada kaki dan lengan. Penumpukan cairan dan infeksi-infeksi yang terjadi akibat lemahnya kekebalan tubuh akhirnya akan berujung pada kerusakan dan penebalan lapisan kulit. Kondisi ini disebut sebagai elefantiasis.
Selain itu, penumpukan cairan bisa berdampak pada rongga perut, testis pada penderita laki-laki dan payudara pada penderita wanita. Bila saluran limfe kandung kencing dan ginjal pecah akan timbul kiluria (keluarnya cairan limfe dalam urin)
Diagnosis Filariasis
Proses diagnosis filariasis limfatik dapat dilakukan melalui tes darah dan tes urine. Kedua tes ini akan mendeteksi keberadaan parasit filaria dalam tubuh pasien. Tes darah akan dilakukan pada malam hari saat parasit aktif.
Tes USG juga terkadang dibutuhkan untuk mendeteksi adanya perubahan sistem limfa serta cacing-cacing dewasa dalam skrotum pengidap pria.
Bagaimana cara mengobati filariasis atau kaki gajah?
Berikut pengobatan yang dapat diberikan kepada penderita filariasis atau kaki gajah. Perawatan umum yang dapat diberika adlah sebagai berikut:
- Istirahat di tempat tidur
- Antibiotik untuk infeksi sekunder dan abses
- Perawatan elefantiasis dengan mencuci kaki dan merawat luka.
- Pemberian obat anti filaria untuk menangani filarias. Contoh obat yang umumnya digunakan adalah diethylcarbamazine (DEC).
Kondisi kronis juga terkadang harus disertai dengan langkah penanganan lain yang meliputi:
- Melakukan olahraga ringan untuk bagian tubuh yang mengalami penumpukan cairan untuk memicu pengalirannya
- Operasi dapat dilakukan bagi pria yang mengalami hidrokel, yaitu penumpukan cairan dalam skrotum.
Hal yang utama untuk mencegah tertular dari filariasis adalah dengan menghindari gigitan nyamuk sebisa mungkin. Hal ini sangat penting, terutama di negara-negara tropis, seperti Indonesia.
Bila terdapat gejala-gejala seperti di atas setelah kontak dengan nyamuk, segera bawa ke dokter untuk penanganan lebih awal. Karena mencegah lebih baik dari pada mengobati. Semoga bermanfaat.