Fistula gastrointestinal terjadi ketika adanya saluran yang tidak normal menghubungkan bagian dari saluran pencernaan dan kulit atau organ lain, yang dapat mengakibatkan isi usus atau isi lambung bocor. Dokter juga dapat menyebut fistula gastrointestinal sebagai fistula enterocutaneous atau fistula usus.
Fistula gastrointestinal adalah kondisi medis parah yang mungkin memerlukan perawatan jangka panjang. Dokter mengklasifikasikan fistula menjadi empat kategori utama, yang dapat menyebabkan gejala berbeda:
- Kompleks: Jenis fistula ini memiliki banyak saluran yang mempengaruhi lebih dari satu organ.
- Eksternal: Fistula eksternal adalah fistula yang menghubungkan sebagian saluran pencernaan dengan kulit.
- Ekstraintestinal: Fistula ini menghubungkan bagian usus ke organ lain dalam tubuh, seperti kandung kemih.
- Usus: Fistula ini melibatkan koneksi dari satu area usus ke area usus yang lain.
Apa penyebab terjadinya fistula gastrointestinal?
Fistula gastrointestinal dapat disebabkan oleh berbagai hal, contohnya :
- Komplikasi pembedahan (85-90%)
- kanker
- terapi radiasi ke perut Anda
- obstruksi usus
- komplikasi pasca bedah
- abses
- infeksi
- hematoma, atau pembentukan bekuan darah di bawah kulit
- tumor
- kekurangan gizi
- Penyakit radang usus
- Trauma seperti luka tusuk
Sekitar 15 hingga 25% kasus fistula gastrointestinal tidak diketahui penyebabnya. Kondisi ini juga disebut Pembentukan Fistula secara spontan.
Gejala Fistula gastrointestinal
Gejala Anda akan berbeda tergantung pada jenis fistula yang Anda miliki. Fistula eksternal memiliki gejala seperti:
- sakit perut
- obstruksi usus yang menyakitkan
- demam
- peningkatan jumlah sel darah putih
Orang yang memiliki fistula internal mungkin mengalami:
- diare
- pendarahan pada dubur
- infeksi aliran darah atau sepsis
- penyerapan nutrisi yang buruk dan penurunan berat badan
- dehidrasi
- memburuknya penyakit yang mendasarinya
Komplikasi paling serius dari Fistula gastrointestinal adalah sepsis, keadaan darurat medis di mana tubuh memiliki respons yang parah terhadap bakteri. Kondisi ini dapat menyebabkan syok, kerusakan organ, dan kematian.
Bagaimana cara mencegah terjadinya Fistula gastrointestinal?
Pencegahan dapat dilakukan berdasarkan penyebab yang mendasarinya. Untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat Fistula gastrointestinal, segera pergi ke rumah sakit terdekat jika Anda mengalami gejala-gejala berikut setelah operasi:
- perubahan signifikan dalam kebiasaan buang air besar Anda
- diare berat
- keluar cairan dari lubang di perut Anda atau di dekat anus Anda
- sakit perut yang tidak biasa
Bagaimana penanganan Fistula gastrointestinal yang tepat?
Diagnosa
Jika dokter mencurigai Anda menderita fistula gastrointestinal, dokter akan melakukan pemeriksaan medis untuk memastikannya. Pemeriksaan yang mungkin dilakukan meliputi pemeriksaan:
- Radiology, seperti CT scan, untuk mengidentifikasi fistula dan menentukan ukurannya.
- Barium Enema dapat menunjukkan tanda-tanda kebocoran di usus, dan mengkonfirmasi keberadaan fistula.
- Fistulogram, tes diagnostik yang dilakukan dengan menyuntikkan kontras ke area fistula gastrointestinal tempat kulit terbuka dan bocor. Pemeriksaan ini dapat mengungkapkan jika adanya penyumbatan di fistula.
Pengobatan Fistula gastrointestinal
Pada kebanyakan kasus, fistula itu dapat menutup sendiri. Beberapa jenis fistula dapat menutup sendiri ketika:
- Infeksi Anda terkontrol
- Tubuh mendapatkan nutrisi yang cukup
- Kondisi kesehatan Anda secara keseluruhan baik
- Cairan lambung yang masuk melalui lubang hanya sedikit
Perawatan Anda akan fokus pada menjaga kondisi kesehatan dan mencegah infeksi luka. jika dokter Anda berpikir fistula Anda dapat menutup dengan sendirinya. Perawatannya mungkin akan meliputi
- rehidrasi cairan
- koreksi serum elektrolit darah
- menormalkan ketidakseimbangan asam dan basa
- mengurangi produksi cairan dari fistula Anda
- mengendalikan infeksi dan mencegah terjadinya sepsis
- melindungi kulit Anda dan memberikan perawatan luka lebih lanjut
Dokter juga dapat meresepkan obat untuk mengurangi produksi cairan lambung dan air liur. Sehingga dapat mengurangi jumlah cairan dalam usus. Contohnya termasuk:
- glikopirolat atau skopolamin untuk mengurangi produksi air liur
- inhibitor pompa proton, seperti omeprazole (Prilosec), yang mengurangi sekresi asam lambung
- Antagonis reseptor H2, seperti famotidine (Pepcid) atau ranitidine (Zantac), yang juga mengurangi asam lambung
- obat anti-diare, seperti loperamide atau kodein fosfat
- Octreotide dan lanreotide. Obat-obatan ini secara signifikan dapat mengurangi sekresi gastrointestinal, yang dapat membantu fistula untuk pulih.
Pengobatan Fistula gastrointestinal dapat memakan waktu berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan. Dokter Anda dapat merekomendasikan pembedahan untuk menutup fistula jika kondisi Anda belum membaik setelah tiga sampai enam bulan perawatan.