Fludis adalah obat untuk mengobati berbagai infeksi jamur, terutama infeksi candida pada vagina, mulut, tenggorokan, dan aliran darah. Fludis mengandung fluconazole, obat anti jamur yang termasuk golongan triazole.
Seperti semua agen antijamur kelas azole, fluconazole mengganggu sintesis membran sel jamur dengan cara menghambat enzim sitokrom P450 14α-demethylase (P45014DM). Penghambatan ini mencegah pengubahan lanosterol ke ergosterol, komponen penting dari membran sitoplasma jamur.
Fluconazole adalah obat yang digunakan untuk mengobati berbagai infeksi jamur, terutama infeksi candida pada vagina, mulut, tenggorokan, dan aliran darah. Obat ini termasuk golongan triazole generasi pertama. Seperti semua agen antijamur kelas azole, fluconazole mengganggu pembentukan membran sel jamur dengan cara menghambat enzim sitokrom P450 14α-demethylase (P45014DM). Penghambatan ini mencegah pengubahan lanosterol ke ergosterol, komponen penting dari membran sitoplasma jamur.
Di beberapa negara anti jamur golongan triazole seperti fluconazole lebih dipilih dibandingkan ketoconazole untuk penggunaan sebagai anti jamur sistemik, karena memiliki afinitas yang lebih besar terhadap membran sel jamur dan memiliki toksisitas yang lebih kecil.
Mengenai fludis
Golongan
Harus dengan resep dokter
Kemasan
Fludis dipasarkan dengan kemasan sebagai berikut :
- kapsul 150 mg
- infus 100 ml
Kandungan
tiap kemasan Fludis mengandung zat aktif (nama generik) sebagai berikut :
- Fluconazole 150 mg / kapsul
- Fluconazole 2 mg / ml infus
Manfaat Fludis
Berikut ini adalah beberapa kegunaan Fludis (fluconazole) :
- Fludis (fluconazole) digunakan untuk pengobatan infeksi non-sistemik oleh jamur candida pada vagina, tenggorokan, dan mulut.
- Efektif juga untuk pengobatan jamur candida pada saluran kemih, vaginitis (vagina), balanitis (penis) dan infeksi Candida di dalam aliran darah.
- Untuk mencegah infeksi jamur pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah, termasuk paska kemoterapi kanker, orang-orang dengan infeksi HIV stadium lanjut, pasien transplantasi, dan bayi prematur.
- Sebagai obat anti jamur lini kedua pada pengobatan infeksi jamur pada sistem saraf pusat seperti meningoencephalitis kriptokokus .
Dosis Fludis
Fludis (fluconazole) diberikan dengan dosis sebagai berikut :
- vaginitis dan balanitis kandida
dewasa : 150 mg dosis tunggal
Profilaksis jamur vagina 150mg tiap 3 hari sekali atau 1 kali seminggu selama 6 bulan dalam pengawasan dokter.
- Tinea pedis, korporis, krurisdan kandidiasis dermal
Dewasa : 150 mg / hari atau 50mg/hari. Obat diberikan selama 2-4 minggu, maksimum 6 minggu misalnya pada tinea pedis. Dosis dapat ditingkatkan atau diturunkan berdasarkan tingkat keparahan dan respon terapi.
- Tinea versicolor (panu)
- Infeksi kandida invasif (termasuk kandidemia dan kandidiasis diseminata) dan infeksi kriptokokus (termasuk meningitis
- Dewasa : dosis awal 400 mg dilanjutkan 200 mg / hari. Dosis bisa ditingkatkan sampai 400 mg / hari. Pengobatan diteruskan sesuai dengan respons (untuk meningitis kriptokokus, minimal 6-8 minggu). Obat diberikan secara oral atau infus intravena.
- Anak : 6-12 mg / kg Bb / hari. Obat diberikan setiap 72 jam pada neonatus usia sampai 2 minggu, dan setiap 48 jam untuk neonatus usia 2-4 minggu. Obat diberikan secara oral atau infus intravena.
Dewasa: 300-400mg satu kali seminggu dalam 1-3 minggu atau 50mg sekali sehari dalam 2-4minggu.
- Pencegahan kambuhnya meningitis kriptokokus pada pasien AIDS
Dewasa : 200-400 mg / hari (setelah menjalani terapi primer).
- Profilaksis infeksi jamur pada pasien immunocompromised, setelah kemoterapi atau radioterapi
Dewasa : 50-400 mg / hari disesuaikan dengan risiko infeksi. 400 mg / hari jika terdapat risiko tinggi terjadinya infeksi sistemik, misalnya setelah transplantasi sumsum tulang. Terapi dimulai sebelum terjadinya netropenia dan dilanjutkan sampai 7 hari setelah jumlah netrofil yang diinginkan tercapai.
Anak : tergantung dari lama dan beratnya neutropenia, 3-12 mg / kg BB / hari. Obat diberikan setiap 72 jam untuk neonatus usia sampai 2 minggu, dan setiap 48 jam untuk neonatus usia 2-4 minggu.
Efek samping Fludis
Berikut adalah beberapa efek samping Fludis (fluconazole) :
- Efek samping yang umum diantaranya ruam, sakit kepala, pusing, mual, muntah, sakit perut, diare, dan peningkatan kinerja enzim hati.
- Efek samping yang lebih jarang misalnya anoreksia, tubuh yang lelah, dan sembelit.
- Efek samping yang sangat jarang seperti oliguria, hipokalemia, parestesia, kejang, alopecia (kebotakan) , angioedema, anafilaksis (jarang), lesi bulosa, nekrolisis epidermal toksik, sindrom Stevens-Johnson, trombositopenia, diskrasia darah lainnya,dan hepatotoksisitas serius termasuk gagal hati.
- Pada pasien AIDS pernah dilaporkan terjadi reaksi kulit yang parah.
- gangguan irama jantung (pemanjangan interval QT)
Kontraindikasi
- Jangan digunakan untuk pasien yang memiliki riwayat hipersensitif (alergi) pada fluconazole atau obat golongan triazole lainnya.
- Jangan menggunakan obat ini untuk pasien yang memiliki gangguan hati
- pasien yang sedang diterapi dengan terfenadin atau astemizol , cisapride, erythromycin, pimozide, dan quinidine.
- Kontraindikasi untuk pasien yang sedang menggunakan obat golongan SSRI seperti fluoxetine atau sertraline.
interaksi obat
Berikut adalah interaksi obat-obat yang mengandung fluconazole termasuk Fludis dengan obat-obat lain :
- Penggunaan bersamaan dengan obat-obat seperti cisapride, astemizol, erythromicin, pimozide, dan quinidine berpotensi meningkatkan risiko cardiotoxicity (interval QT yang berkepanjangan, torsade de pointes) dan kematian jantung mendadak. Kombinasi ini adalah kontraindikasi.
- Pada dosis 400 mg atau lebih besar tidak boleh digunakan bersamaan dengan terfenadine karena menyebabkan hal yang sama.
- Fluconazole mengurangi metabolisme tolbutamid, glibenclamide, dan glipizide sehingga meningkatkan konsentrasinya di plasma darah. Konsentrasi glukosa darah harus dipantau secara seksama dan dosis obat-obat ini harus disesuaikan seperlunya.
- Penggunaan dengan antikoagulan warfarin atau kumarin bisa meningkatkan protrombin time sehingga meningkatkan potensi terjadinya perdarahan. Penyesuaian dosis antikoagulan mungkin diperlukan.
- Fluconazole meningkatkan konsentrasi plasma fenitoin, teofilin, siklosporin, rifabutin, midazolam, tacrolimus, dan metadon.
- Rifampisin meningkatkan metabolisme fluconazole sehingga menurunkan efek farmakologisnya. Peningkatkan dosis fluconazole mungkin diperlukan untuk beberapa indikasi.
- Fluconazole memiliki potensi untuk meningkatkan eksposur sistemik obat golongan calcium chanel blocker (nifedipin, isradipin, amlodipine, verapamil, dan felodipin). Pemantauan efek samping dianjurkan.
- Penurunan dosis celecoxib mungkin diperlukan bila dikombinasikan dengan fluconazole.
Perhatian
Hal-hal yang perlu diperhatikan pasien selama menggunakan obat ini adalah sebagai berikut :
- Pemakaian harus dihentikan jika muncul ruam kulit atau tanda lain yang menunjukkan reaksi alergi karena bisa berakibat fatal.
- Obat ini kadang-kadang menyebabkan pusing dan mengantuk, jangan mengemudi atau menyalakan mesin saat menggunakan obat ini.
- Fludis (fluconazole) harus diberikan secara hati-hati pada pasien dengan disfungsi hati. Pemakaian harus dihentikan jika muncul tanda-tanda klinis dan gejala yang konsisten dengan penyakit hati.
- Berikan dengan hati-hati jika pasien menderita gangguan ginjal.
- Obat ini disekresi dalam air susu ibu dengan kadar yang hampir sama dengan kadar pada plasma. Oleh karena itu, penggunaan Fludis (fluconazole) oleh ibu menyusui tidak dianjurkan.
- Penggunaan Fludis (fluconazole) bisa menyebabkan perpanjangan interval QT, yang dapat menyebabkan aritmia jantung yang serius. Oleh karena itu, harus hati-hati jika digunakan untuk pasien dengan faktor risiko seperti penyakit jantung struktural, dan kelainan elektrolit. Hal ini juga menjadi dasar penggunaan bersamaan dengan obat penyebab perpanjangan interval QT dikontraindikasikan.
Penggunaan oleh wanita hamil
FDA (badan pengawas obat dan makanan amerika serikat) mengkategorikan fluconazole kedalam kategori C dengan penjelasan sebagai berikut :
Penelitian pada reproduksi hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin dan tidak ada studi yang memadai dan terkendali dengan baik pada manusia, namun jika potensi keuntungan dapat dijamin, penggunaan obat pada ibu hamil dapat dilakukan meskipun potensi resiko sangat besar.
Namun jika diberikan pada dosis tinggi, terutama pada trimester pertama kehamilan obat ini telah dikaitkan dengan kejadian cacat lahir pada bayi. FDA sekarang mengkategorikan penggunaan fluconazole dosis tinggi selama trimester pertama kehamilan ke dalam kategori D, dengan penjelasan sebagai berikut :
Terbukti beresiko terhadap janin manusia berdasarkan bukti-bukti empiris yang didapatkan dari investigasi, pengalaman marketing maupun studi terhadap manusia, namun jika benefit yang diperoleh dipandang lebih tinggi dari resiko yang mungkin terjadi, obat ini bisa diberikan.