Gangguan Saraf Motorik merupakan kelainan dari perjalanan saraf motorik yang secara perlahan menyebabkan gangguan progresif dari sel-sel saraf di otak. Komponen neuron-neuron di otak yang tidak berfungsi dengan baik menyebabkan kelemahan saraf motorik yang berguna untuk mengontrol pergerakan otot tubuh.
Gangguan tersebut muncul akibat dari beberapa faktor yang secara perlahan mengganggu aktivitas dan kelangsungan hidup. Pengobatan hingga selama ini masih menjadi bahan penelitian untuk memberikan terapi terbaik agar gangguan motorik dapat hilang dan saraf kerja otot kembali sempurna.
Sistem saraf secara singkat dibagi menjadi dua yaitu saraf Sensorik dan saraf Motorik.
Saraf Sensorik berfungsi untuk mengantarkan informasi dari luar organ tubuh menuju sistem saraf pusat. Saraf merespon objek sensori dari luar tubuh seperti sensori indera pendengaran, penciuman, penglihatan, sensasi panas, dingin, sensasi rasa sakit, trauma dan sebagainya.
Saraf Motorik berfungsi sebagai jalur perhubungan informasi dari sistem saraf pusat menuju otot-otot di tubuh sehingga memberikan respon kontraksi.
Gangguan pada Saraf Motorik mengakibatkan keterbasan dari otot-otot yang dipersarafi dari Neuron Motorik untuk bekerja sebagaimana mestinya. Salah satu kasus gangguan saraf motorik yang paling sering terjadi yaitu ALS atau Amyothropic Lateral Sclerosis.
Penderita ALS lebih banyak menyerang pria daripada wanita dan terjadi pada rentang usia 40 hingga 60 tahun.
ALS menyebabkan kerusakan Saraf Motorik yang memiliki gejala awal seperti kedutan otot yang spontan dan kelemahan otot pada pergelangan tangan dan kaki. Pada kegiatan sehari-hari penderita ALS sering tidak kuat menggenggam gelas saat minum atau membuka pintu.
Semakin lama akan terjadi penyusutan otot-otot rangka sehingga penderita ALS akan terlihat kurus. Atrofi Otot Kaki menyebabkan penderita ALS sulit berjalan sehingga dapat mengakibatkan kelumpuhan.
Kelemahan otot semakin progresif pada ALS sehingga para ahli medis menduga adanya faktor internal seperti genetik dan autoimun yang menyebabkan kondisi ini dapat terjadi.
Kondisi lain yang menyebabkan gangguan motorik adalah PLS atau Primary Lateral Sclerosis. Pada PLS terjadi gangguan motorik pada neuron motor atas seperti otot-otot lengan,kaki, dan wajah.
Akibatnya penderita PLS menjadi kesulitan untuk berbicara dan mengekspresikan muka, tersedak, air liur berlebihan. PLS tidak separah ALS karena hanya sebatas neuron atas, pada ALS dapat terjadi kesulitan bernafas dan menelan akibat terganggunya otot diafragma.
Pemeriksaan pada gangguan Saraf Motorik
Jika timbul gejala-gejala yang memicu ke gangguan Saraf Motorik maka dibutuhkan pemeriksaan yang bertujuan untuk mendeteksi kerja otot-otot saraf. Pemeriksaan yang dilakukan adalah dengan EMG atau Elektromiografi.
EMG dapat mendeteksi gangguan otot yang mengalami gangguan dan kelemahan. Selain itu dapat dilakukan pemeriksaan diagnosis dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk melihat secara detil hubungan saraf otak dan saraf tulang belakang.
Dengan pemeriksaan MRI maka dokter juga dapat menemukan kelainan lain pada saraf otak dan tulang belakang seperti adanya Spondilosis dan Syringomyelia. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap, HIV, sel T, dan Polio juga dapat dilakukan untuk memastikan adanya kelainan lain.
Cara mengatasi Penyakit Saraf Motorik
Penyakit Saraf Motorik hanya dapat ditangani untuk meredakan gejala sehingga dapat menurunkan intensitas penyakit. Salah satu obat yang digunakan untuk meghambat kerusakan saraf-saraf motorik yaitu Riluzole. Obat ini juga sebagai terapi utama penanganan ALS. Obat lain yang diberikan adalah pencegah kaku otot seperti Benzodiazepin.
Penanganan dengan fisioterapi dan terapi fisik membantu melatih kekuatan otot sehingga mencegah kelemahan otot yang progresif. Terapi fisik dapat dilakukan dengan berjalan, berenang dan bersepeda untuk meningkatkan kontraksi otot, melatih kardiovaskuler dan melatih stamina.
Bila penyakit memberat dapat diberi bantuan pemasangan brace atau kursi roda. Pada kasus kelemahan pada otot wajah dan mulut, terapi bicara dapat membantu memperbaiki otot-otot wajah, melatih komunikasi dan memberikan respon pada wajah.
Otot diafragma yang melemah menimbulkan kesulitan bernapas, terutama pada penderita ALS berat. Salah satu cara untuk mempertahankan pernapasan adalah dengan memasang Noninvasive ventilation (NIV) sebagai alat bantu nafas melalui hidung atau mulut yang bermanfaar untuk membantu pertukaran okisgen dan karbon dioksida di paru-paru.
Malam dok, saya mau tanya kalau gejala penyakit jantung rematik apa saja ya? apa bisa didiagnosa dengan anamnesa, jika bisa, berapa persen tingkat keakuratannya terhadap kemungkinan menderitanya?