Semua orang pasti sudah pernah mendengar yang namanya penyakit chikungunya. Namun tidak banyak yang mengetahui ciri-ciri dan gejala chikungunya, padahal mengetahui hal ini sangat penting lho, agar kita dapat menentukan sikap yang tepat dalam hal penanganannya.
Apa itu Chikungunya?
Sebelum masuk ke pokok pembahasan mengenai gejala dan ciri-ciri chikungunya, sebaiknya kita samakan persepsi terlebih dahulu tentang penyakit ini. Chikungunya adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus (genus Alphavirus) yang berasal dari gigitan nyamuk Aedes.
dari sinilah gejala chikungunya bermula
Kata "Chikungunya' sendiri berasal dari kata kerja dalam bahasa Kimakonde yang memiliki arti 'berkerut atau membungkuk' menggambarkan penampilan membungkuk penderita akibat nyeri sendi parah. Virus Chikungunya dikatakan hanya ada di daerah tropis saja. Namun baru-baru ini telah dilaporkan bahwa penyakit yang memiliki nama lain Flu tulang ini telah menginfeksi banyak daerah non-tropis di Asia dan Afrika juga.
Seseorang yang terinfeksi dengan virus ini akan mengalami sejumlah gejala utama berupa demam dan nyeri sendi. Gejala lainnya termasuk sakit kepala, nyeri otot, pembengkakan sendi, atau ruam. Gejala Chikungunya tersebut umumnya tidak mematikan namun harus ditanggapi dengan serius.
Mengenal Gejala Chikungunya Lebih Dalam
Seperti penyakit-penyakit infeksi pada umumnya, pada penyakit flu tulang ini juga ada masa inkubasi. Masa inkubasi adalah waktu yang dibutuhkan oleh bibit penyakit setelah masuk ke dalam tubuh seseorang hingga menimbulkan gejala.
Masa inkubasi penyakit chikungunya berkisar antara 2-6 hari dengan gejala yang biasanya muncul pada hari ke 4-7 setelah digigit nyamuk Aedes. Adapun gejala khas chikungunya yang bisa kita amati yaitu:
- Demam.
- Nyeri sendi.
- Sakit kepala.
- Nyeri otot.
- Pembengkakan sendi.
- Ruam pada kulit.
- Mual dan muntah.
Penyakit ini jarang mengakibatkan kematian, namun gejala chikungunya bisa parah dan melumpuhkan.
Berdasarkan perjalanan penyakitnya, chikungunya dibedakan berdasarkan dua fase, yaitu fase akut dan fase kronis.
Gejala Chikungunya Fase Akut (0-7 hari)
Fase akut berarti fase awal dari penyakit, biasanya berlangsung dari beberapa hari sampai beberapa minggu. Karakteristik fase akut meliputi mendadak menggigil, demam tinggi mencapai 40 ° C (104 ° F), mual, muntah, sakit kepala, artralgia (nyeri sendi), dan pada beberapa kasus, muncul ruam makulopapular yang artinya ada bercak atau bintik-bintik kemerahan dan menimbul pada kulit.
gambaran ruam chikungunya (makulopapular)
Nyeri sendi dan otot yang parah adalah gejala chikungunya yang paling dominan. Rasa sakitnya begitu hebat sehingga membuat korbannya sangat sulit untuk melakukan gerakan.
Demam biasanya berlangsung selama dua hari dan kemudian berakhir secara tiba-tiba. Namun, gejala lain seperti nyeri sendi, sakit kepala hebat, dan insomnia bisa berlangsung sekitar 5 sampai 7 hari.
Selama fase akut, viral load atau jumlah virus dalam tubuh bisa mencapai 10E8 (sepuluh pangkat delapan) partikel virus per ml darah. Virus ini tersebar dalam tubuh dan terbukti menginfeksi sel epitel dan endotel, fibroblas primer dan makrofag yang berasal dari monosit, yang artinya menyerang otot, sendi, dan jaringan ikat kulit.
Sebagian besar penderitanya merasa lebih baik dalam waktu seminggu. Namun, pada beberapa orang, gejala chikungunya berupa nyeri sendi bisa berlanjut selama berbulan-bulan.
Gejala Chikungunya Fase Kronis
Setelah melewati fase akut, tahap selanjutnya adalah fase kronis yang ditandai dengan poli-artralgia (nyeri pada banyak persendian) yang bisa berlangsung dari minggu hingga tahun. Bahkan ada yang menderita sakit sendi hingga 2 tahun, tergantung usianya dan beberapa faktor lainnya.
Sembilan puluh lima persen orang dewasa yang terinfeksi akan mengalami gejala chikungunya seperti dijelaskan sebelumnya. Dan sebagian besar dari mereka mengalami cacat atau keterbatasan gerak selama berminggu-minggu sampai berbulan-bulan akibat penurunan ketangkasan, kehilangan mobilitas, dan nyeri sendi. Bahkan 30-40% penderitanya dilaporkan mengalami nyeri sendi berulang (rekuren) meskipun fase akut dari penyakit sudah dilewati.
Pada kondisi yang parah, penyakit chikungunya juga berpotensi menyebabkan berbagai komplikasi, seperti miokarditis (radang otot jantung), uveitis dan retinitis (radang mata), meningoensefalitis (radang otak dan meninges), dan perdarahan ringan.
Orang yang berisiko terkena penyakit parah termasuk bayi yang baru lahir, orang dewasa Lansia (?65 tahun), dan orang-orang dengan kondisi medis seperti tekanan darah tinggi, diabetes, atau penyakit jantung.
Bagaimana Memastikan Diagnosis Chikungunya?
Jika seseorang mengalami beberapa ciri-ciri dan gejala chikungunya seperti di atas, maka sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter. Kita tidak dapat memastikan keberadaan penyakit ini hanya dengan mengamati tanda dan gejalanya, karena pada kenyataannya ada beberapa penyakit yang memiliki gejala yang mirip, seperti demam berdarah dengue (DBD) dan penyakit Zika.
Setelah dokter melakukan anamnesis (wawancara medis) dan pemeriksaan fisik, maka dokter belum dapat memastikan diagnosis atau keberadaan penyakit ini. Namun demikian, sudah bisa menduga atau mencurigai keberadaannya. Nah, untuk memastikannya, maka diperlukan pemeriksaan darah.
Tes darah untuk chikungunya bertujuan untuk mendeteksi virus, asam nukleat virus, atau antibodi imunoglobulin spesifik virus (Ig) M dan antibodi penetralisir. Pemeriksaan paling dini yang dapat dilakukan adalah kultur virus, yakni pada 3 hari pertama penyakit.
Untuk viral load RNA chikungunya, biasanya sudah dapat dideteksi dalam serum selama 8 hari pertama penyakit. Sedangkan untuk antibodi virus Chikungunya biasanya dapat dideteksi menjelang akhir minggu pertama.
Selain mencari keberadaan virus chikungunya, hal paling penting yang juga harus dilakukan adalah memeriksa keberadaan demam berdarah secepat mungkin (mulai hari ke-4 demam). Mengingat tingkat kematian DBD lebih tinggi - sampai 50 persen jika tidak diobati, dibandingkan dengan chikungunya yang hanya 0,1 persen.
Tips Mengatasi Gejala Chikungunya
Hingga saat ini belum ada vaksin untuk mencegah atau mengobati penyakit chikungunya. Adapun perawatan yang dapat dilakukan dirumah untuk mengatasi gejala chikungunya antara lain:
- Banyak beristirahat.
- Banyak minum cairan untuk mencegah dehidrasi.
- Minum obat seperti acetaminophen atau parasetamol untuk mengurangi demam dan rasa sakit.
- Jangan mengkonsumsi aspirin dan obat anti-inflamasi non steroid lainnya (NSAIDS sampai demam berdarah dapat dikesampingkan untuk mengurangi risiko pendarahan).
- Ada juga pengobatan alami yang cukup membantu, baca: Obat Chikungunya Tradisional, 100% Alami
- Jika Anda meminum obat untuk kondisi medis lain, bicarakan dengan dokter sebelum minum obat tambahan.
- Jika Anda sudah dipastikan menderita chikungunya, maka hindari gigitan nyamuk untuk minggu pertama.
- Selama minggu pertama infeksi, virus chikungunya banyak terdapat di dalam darah. Jika ada nyamuk yang enghisap darah tersebut, maka nyamuk ini dapat menyebarkannya ke orang lain di sekitar Anda melalui gigitan selanjutnya.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.