Penyakit kelamin klamidia sebenarnya bisa mengintai siapa saja termasuk perempuan. Perempuan yang telah atau aktif berhubungan intim 75 persen lebih rentan terkena klamidia dibandingkan laki-laki yang berisiko 50 persen terkena klamidia. Berikut gejala dan juga cara mencegah hingga mengobati klamidia.
Penyebab Klamidia
Klamidia merupakan sebuah penyakit kelamin yang disebabkan oleh bakteri chlamydia trachomatis. Klamidia adalah jenis penyakit menular yang paling sering ditemui. Hal ini karena klamidia tidak memiliki tanda maupun gejala tertentu sehingga menjadi lebih mudah menyebar dan menular dengan cepat.
Booking Klinik STD via HonestDocs
Dapatkan diskon hingga 70% paket std hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!
Klamidia disebabkan oleh bakteri yang menyebar melalui kontak hubungan intim. Namun, perlu Anda ketahui penyakit ini bisa ditularkan hanya melalui cairan yang keluar dari alat kelamin. Penyakit ini tidak bisa ditularkan dari kontak seperti ciuman, berpelukan, atau mandi bersama.
Klamidia juga bisa diturunkan dari ibu kepada bayinya saat melahirkan. Hal ini akan menyebabkan pneumonia dan konjungtivitis yang bisa menjadi masalah yang cukup serius pada bayi jika tidak segera diobati.
Gejala Klamidia pada Perempuan
Telah dikatakan di atas bahwa klamidia adalah penyakit yang tidak memiliki gejala tertentu. Oleh karena itu, akan sulit bagi perempuan untuk mengetahui apakah menderita klamidia atau tidak.
Kebanyakan perempuan tidak mengalami gejala apapun sehingga sangat penting untuk melakukan pemeriksaan diri ke dokter minimal satu tahun sekali apabila Anda aktif berhubungan seksual. Dokter akan memberikan serangkaian tes untuk pemeriksaan klamidia, bahkan jika Anda tidak memiliki gejala apapun.
Namun terkadang ada beberapa gejala yang muncul pada perempuan yang terkena klamidia seperti sering mengalami keputihan, sering merasakan sakit dan nyeri ketika buang air kecil, saat Anda melakukan hubungan intim akan timbul rasa sakit maupun nyeri di perut bagian bawah, mengalami pendarahan saat menstruasi.
Bahkan terkadang gejala klamidia bisa berupa merasakan demam, nyeri otot, dan juga sakit kepala. Jika penyakit ini dibiarkan saja dan tidak Anda obati maka bisa menyebabkan infeksi pada uretra atau tempat keluarnya air seni dan juga peradangan atau bengkak dan nyeri yang disebabkan karena infeksi pada serviks.
Booking Klinik STD via HonestDocs
Dapatkan diskon hingga 70% paket std hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!
Penyakit klamidia ini bisa menyebabkan radang panggul, infeksi pada uterus, rahim, atau saluran tuba. Penyakit radang panggul ini nantinya bisa menyebabkan ketidaksuburan dan juga kehamilan ektopik di kemudian hari.
Pengobatan Klamidia pada Perempuan
Dokter akan mendiagnosis klamidia setelah melakukan rangkaian pemeriksaan menggunakan urin Anda. Jika Anda pernah terinfeksi klamidia atau didiagnosis dengan klamidia, dokter akan membuat resep pengobatan berupa antibiotik yang mampu menyembuhkan infeksi dalam 7 hingga 10 hari.
Selama masa pengobatan menggunakan resep dokter di atas, Anda disarankan untuk tidak berhubungan intim terlebih dahulu dengan pasangan. Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran klamidia.
Cara mencegah agar tidak tertular Klamidia
Cara mencegah yang paling ampuh adalah dengan setia pada satu pasangan seks saja. Selain itu, saat Anda membersihkan vagina sebaiknya menggunakan produk pembersih kewanitaan yang mengandung povidone iodine.
Hal ini untuk mencegah infeksi vagina apalagi jika Anda sedang mengalami menstruasi.
Ada istilah lebih baik mencegah daripada mengobati, cara mencegah infeksi klamidia selanjutnya adalah dengan selalu menggunakan pengaman atau kondom saat berhubungan intim.
Pastikan juga pasangan Anda terbebas dari penyakit kelamin. Pencegahan klamidia hanya bisa dilakukan dengan metode di atas.
Itulah gejala klamidia pada perempuan hingga bagaimana cara pencegahan dan pengobatan yang benar. Sebaiknya memang Anda memeriksakan kondisi tubuh Anda secara rutin agar bisa terhindar dari segala jenis penyakit termasuk klamidia.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.