Apa itu Penyakit Hirschprung?
Penyakit hirschprung merupakan suatu penyakit kongenital dan terjadi pada awal kelahiran bayi dimana terdapat kelainan obstruksi di organ usus besar bayi. Penyakit hirschprung atau sering disebut kongenital megacolon dalam dunia medis ini berkaitan juga dengan gangguan perkembangan saraf disekitar usus besar sehingga terjadi gangguan pada pengeluaran tinja pada bayi. Kondisi ringan sering terdeteki saat memasuki masa kanak-kanak, tetapi pada kasus yang lebih berat, gejala muncul saat bayi masih usia muda.
Penyakit Hirschprung terjadi di Indonesia pada 1 dari 5000 kelahiran bayi hidup. Penyakit ini terkadang juga disertai penyakit cacat bawaan dari lahir yang dapat terlihat saat memasuki masa kanak-kanak seperti down syndome, wardenburg, dan gangguan jantung. Frekuensi penyakit ini juga terbilang di tinggi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan di benua eropa. Bayi laki-laki lebih rentan terkena kelainan ini dibanding bayi perempuan. Banyak sekali komplikasi yang menyertai penyakit ini. Beberapa riwayat bayi dengan Penyakit Hirschprung sering ditemukan adanya infeksi usus besar.
Gejala Penyakit Hirschprung
Penyakit Hirschprung yang diderita bayi baru lahir memberikan gejala khas yang tidak hanya sebatas keluhan. Gangguan pada usus besar menyebabkan organ tersebut semakin membesar akibat adanya timbunan tinja yang tidak dapat dikeluarkan karena terkait dengan gangguan saraf-saraf ganglion pada usus besar. Pemeriksaan diagnostik pun dapat terlihat gambaran khas mengenai gangguan ini. Gejala khas yang terjadi pada Penyakit Hirschprung antara lain
- Pengeluaran mekonium yang terlambat
Mekonium adalah tinja pertama pada bayi baru lahir. Mekonium akan keluar selama 24 jam pertama setelah bayi lahir. Adanya keterlambatan pada pengeluaran mekonium pada bayi menjadi kecurigaan bahwa bayi mengalami Penyakit Hirschprung - Muntah hijau
Gangguan pada usus besar menyebabkan keluarnya cairan bilier yang berwarna hijau atau kecokelatan yang dimuntahkan oleh si bayi. - Distensi abdomen
Gangguan pada usus besar juga menyebabkan terganggunya saluran pencernaan si bayi seperti munculnya diare, susah buang air besar atau konstipasi. - Gagal tumbuh ( failure to thrive)
Kondisi ini terjadi pada anak yang lebih besar dengan ditemukan Penyakit Hirschprung sebelumnya.
Jika kondisi ini berlangsung lama, maka bayi akan mengalami resiko infeksi pada usus besar yang menyebabkan terjadinya enterokolitis. Komplikasi ini sering ditemukan pada bayi usia 2 hingga 4 minggu dengan gejala kronis seperti diare, demam tinggi, dan tinja yang berbau busuk.
Diagnosis Penyakit Hirschprung
Selain melihat gejala, pemeriksaan diagnostik terhadap penyakit ini menjadi patokan untuk memberikan tatalaksana yang tepat sekaligus mencegah komplikasi berat yang muncul sewaktu-waktu. Penegakan diagnosis dimulai dari melihat gejala yang terjadi, riwayat penyakit, riwayat kehamilan ibu, ditambah pemeriksaan tambahan sesuai kecurigaan diagnosis penderita. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada Penyakit Hirschprung yaitu
- RT (rectal Touche)
Pemeriksaan rectal touche atau colok dubur penting dilakukan untuk semua kasus keterlambatan mekonium atau gangguan pencernaan pada bayi. Ciri khas pada hasil rectal touche penderita Penyakit Hirschprung adalah ditemukannya tinja menyemprot secara tiba-tiba saat dilakukan colok dubur. - Foto Polos
Pemeriksaan foto polos digunakan untuk melihat adanya gangguan usus besar yang terjadi pada Penyakit Hirschprung. Ciri khas yag ditemukan adalah adanya pembesaran usus besar pada hasil foto polos abdominal - Foto Kontras
Foto kontras dengan cairan barium juga harus dilakukan apabila muncul kecurigaan terkait Penyakit Hirschprung. Pada hasil pemeriksaan akan terlihat pengeluaran kontras yang terlambat, penebalan mukosa usus bsesar dan terlihat gambara zona transisi.
Penanganan Penyakit Hirschprung
Tindakan operasi menjadi salah satu cara utama untuk menyembuhkan penyakit hirschprung. Operasi ini bertujungan untuk memotong dan mengangkat bagian usus besar yang sel sarafnya telah mati atau terjadi gangguan sumbatan. Pada anak yang sudah cukup besar, maka teknik operasi yang dilakukan adalah memotong usus besar yang terkena gangguan dan membuat lubang untuk pengeluaran tinja atau yang disebut ostomy. Tindakan tersebut dilakukan agar sistem pengeluaran tinja tidak lagi terjadi hambatan dan mengurangi gejala yang terjadi.
Selama tahap pemulihan dokter akan memebrikan obat penahan rasa sakit dan disarankan untuk mengonsumsi banyak cairan untuk mengadaptasikan pengeluar tinja. Penyembuhan penyakit ini membutuhkan waktu lama agar sistem kerja otot-oto dan saraf di saluran pencernaan kembali sempurna.
Pagi dok.saya dyah umur saya 19 tahun. 2 hari belakangan ini saya mengalami BAB di sertai darah merah tapi enggak ada rasa sakit saya juga enggak merasa kalau saya sakit dan seminggu yang lalu saya memang mengalami susah BAB. Menurut dokter apa diagnosis bagi saya. Saya mohon bantuannya dok. Hal...