Duh, siapa sih yang tidak ingin dikaruniai umur panjang?! Semua orang pasti menginginkannya. Toh itu juga kan salah satu alasan mengapa kita giat berolahraga?!
Bicara tentang olahraga, salah satu jenis latihan yang banyak diminati kaum urban belakangan adalah maraton atau lari jarak jauh. Ketika melakukannya, tak sedikit lho yang berpikir bahwa semakin jauh jarak tempuhnya atau semakin cepat tempo larinya, maka hasilnya semakin oke.
Padahal pemikiran semacam ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dimuat dalam jurnal Heart.
Menurut ahli, berlari terlalu lama atau cepat ternyata tidak menghasilkan dampak kesehatan lebih baik bila dibanding latihan berat selama 30-50 menit. Malahan hasil riset mengindikasikan olahraga sejenis maraton justru lebih berbahaya bagi jantung. Wah kok bisa ya?!
Manfaat lari maraton
Kita akan membahas bahaya lari jarak jauh nanti. Sebelum itu, mari simak lebih dulu apa saja sebenarnya manfaat lari maraton itu. Berikut beberapa di antaranya:
1. Menguatkan otot
Lari jarak jauh ternyata membuat jumlah maupun ukuran mitokondria (pusat pembangkit energi otot) bertambah. Kondisi ini otomatis membuat otot sehingga jadi lebih kuat.
2. Membakar lemak
Manfaat lari maraton berikutnya adalah membantu proses pembakaran lemak. Ketika berlari jarak jauh, tubuh perlu banyak energi dari karbohidrat. Namun bagaimana bila karbohidrat dalam tubuh habis?
Dalam hal ini, tubuh kemudian terpaksa menggunakan lemak sebagai sumber energi baru. Jadi itulah alasan mengapa penggemar maraton rata-rata hanya memiliki sedikit timbunan lemak di tubuhnya.
3. Bikin badan fit
Melakukan maraton secara rutin juga menjadikan badan lebih fit dari biasanya. Alhasil, tubuh jadi lebih tahan terhadap sakit-penyakit.
4. Pereda stres
Ketika berolahraga, tubuh mengeluarkan endorfin, hormon yang berguna untuk menangkal stres. Ini artinya bukan hanya kesehatan tubuh saja yang diuntungkan melalui maraton, tapi juga mental.
Bahaya lari maraton
Sayangnya, di sisi lain lari jarak jauh juga ada bahayanya seperti yang dibahas di awal tadi. Apa sajakah bahaya lari maraton itu?
1. Meningkatkan risiko cedera
Poin pertama ini memang masuk akal. Jika dibandingkan dengan pelari jarak dekat, peserta jalan cepat atau joging, penggemar maraton tentu berisiko lebih besar mengalami cedera, khususnya di area lutut atau tulang kakinya. Risiko cedera biasanya juga lebih besar dialami oleh mereka yang:
- Gemuk atau kurang sehat
- Pernah cedera sebelumnya
- Memiliki anggota tubuh tidak simetris, seperti salah satu kaki lebih pendek dari lainnya
Lantas bagaimana upaya mencegah terjadinya cedera? Yang pasti adalah:
- Lakukan pemanasan sebelum mulai lari jarak jauh.
- Kalau belum pernah lari jarak jauh sebelumnya, mulailah secara bertahap dan perlahan. Nanti bila sudah terbiasa, baru tingkatkan jarak maupun kecepatan larinya. Untuk menambah kecepatan lari, lakukan latihan interval berupa lari cepat diselingi lari pelan, begitu seterusnya.
- Hindari memaksakan diri berlari jarak jauh, apalagi kalau belum terbiasa atau saat sedang kurang sehat.
- Latih tubuh 4-6 bulan sebelum ikut maraton sehingga badan lebih tahan banting nantinya.
- Berkonsultasilah lebih dulu dengan dokter sebelum melakukan lari jarak jauh, utamanya bagi pengidap jantung, diabetes, atau yang pernah cedera sebelumnya.
2.Meningkatkan potensi serangan jantung
Dikarenakan jarak tempuh yang rata-rata jauh, maka maraton otomatis membuat beban jantung bertambah. Kondisi inilah yang kemudian meningkatkan risiko serangan jantung. Tapi di luar itu, para ilmuwan dari Manitoba University menjumpai dampak abnormalitas pada jantung yang berkembang saat lari jarak jauh umumnya mereda dalam waktu seminggu.
3. Memicu dehidrasi
Ketika berlari, apalagi saat cuaca panas, pelari maraton bisa kehilangan hingga 4 liter cairan tubuhnya, entah melalui keringat ataupun sewaktu bernapas. Kondisi inilah yang memperbesar kemungkinan dehidrasi dan hipertermia (suhu tubuh di atas normal).
Nah supaya tidak sampai pingsan, Anda harus sering minum sedikit air. Hindari mengonsumsi terlalu banyak air sekaligus karena pada kasus ekstrim, hal ini dapat memicu ‘mabuk air’ yang justru berbahaya bagi kesehatan.
4. Ancaman mengalami kram perut dan diare
Bahaya lari jarak jauh selanjutnya adalah pelari terancam mengalami kram perut dan diare. Alasannya karena maraton dapat mengganggu kinerja pencernaan. Hal ini khususnya terjadi pada peserta maraton yang mengonsumsi minuman berkarbohidrat sebelum lari.
5. Memperpendek umur
Sebuah penelitian menjumpai usia penggemar maraton cenderung lebih pendek ketimbang pelari lari jarak pendek atau menengah. Tapi, penyebab pasti mengapa hal ini bisa sampai terjadi masih belum ditemukan.
Walau demikian, tak ada salahnya berjaga-jaga bukan?! Untuk menghindari risiko ini, para kardiolog menyarankan Anda tidak melakukan olahraga berat secara nonstop selama lebih lama dari 1 jam. Latihan berat hanya boleh dilakukan selama 30-50 menit per hari jika ingin tubuh sehat optimal.
Joging rutin selama 2-3 jam setiap minggu juga dianggap lebih ramah bagi kesehatan.
Belum lagi, hasil studi yang dipublikasikan PLOS Medicine menemukan bahwa dibanding tidak berolahraga sama sekali, jalan cepat selama 75 menit setiap minggu bisa memperpanjang umur 1,8 tahun pada mereka yang usianya berada di atas kepala 4.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.