Makanan kaleng dapat dijadikan sebagai salah satu cara menyajikan makanan yang praktis. Walaupun di label makanan kaleng tercantum zat-zat bergizi yang dibutuhkan tubuh, namun di sisi lain makanan kaleng juga mengandung bahan pengawet.
Zat-zat tambahan dan pengawet digunakan untuk mempertahankan kualitas bahan-bahan makanan di dalam makanan kaleng. Padahal, bahan-bahan tambahan pada makanan kaleng tersebut berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan, apalagi jika dikonsumsi terlalu sering.
Nah, sebelum membeli makanan kaleng dan mengonsumsinya bersama keluarga, sebaiknya cari tahu dulu kelebihan dan kekurangan makanan kaleng berikut ini.
Beragam kelebihan makanan kaleng
Beberapa kelebihan makanan kaleng dibandingkan makanan dengan kemasan lainnya adalah:
- Makanan di dalam kaleng terhindar dari paparan serangga, mikroba, dan bahan-bahan asing lainnya. Hal ini membuat makanan dalam kaleng tetap terjaga cita-rasanya.
- Perubahan kadar air dapat terjaga dengan baik.
- Menjaga bahan pangan dari penyerapan oksigen, bau-bauan, gas-gas lain, dan partikel radioaktif yang ada di atmosfer.
- Makanan kaleng tetap memiliki gizi seperti makanan umumnya. Misalnya mengandung karbohidrat, protein, vitamin, lemak, dan mineral yang dapat larut pada lemak.
- Kadar gizi yang ada di dalam makanan kaleng lebih tinggi dibandingkan makanan biasa. Terutama jagung dan tomat yang mempunyai antioksidan lebih tinggi setelah proses pemanasan.
Baca Juga: 5 Alasan Mengapa Anda Harus Berhenti Mengonsumsi Makanan Kemasan Mulai Hari Ini
Kekurangan makanan kaleng
Dibalik keunggulannya, makanan kaleng juga memiliki sejumlah kekurangan, antara lain:
- Pengolahan bahan-bahan kaleng melalui proses pemanasan, sehingga mengurangi kesegaran dan cita rasa makanan di dalamnya.
- Kadar gizi pada makanan kaleng menurun karena pemanasan suhu yang terlalu tinggi.
- Tekstur makanan dalam kaleng berubah karena bahan makanan kehilangan sifat segar.
- Makanan kaleng meninggalkan aroma seperti basi, sehingga konsumen merasa tidak nyaman.
- Makanan dalam kaleng ditambahkan dengan gula dan garam yang dapat mengganggu kesehatan apabila dikonsumsi secara berlebihan.
- Makanan kaleng bahan kimia berupa BPA. Kandungan tersebut bisa memicu berbagai penyakit seperti diabetes, penyakit jantung, hingga kelainan pada fungsi seksual bagi pria.
- Makanan kaleng dapat menimbulkan bakteri yang cukup membahayakan tubuh jika tidak diproses dengan baik.
Makanan kaleng sangat tidak disarankan bagi Anda yang menderita sakit jantung atau darah tinggi. Pasalnya, kandungan garam dan gula pada makanan kaleng dapat memicu kenaikan tekanan darah. Keseimbangan elektrolit dalam tubuh juga dapat terganggu.
Baca Selengkapnya: Daftar Makanan Penurun Darah Tinggi yang Patut Anda Coba
Selain itu, makanan kaleng juga berisiko terpapar bakteri Clostridium botulinum. Bakteri tersebut menghasilkan racun botulin yang mampu menyerang tulang belakang hingga sistem saraf otak, sehingga amat berbahaya bagi keselamatan jiwa. Dampak fatalnya, bakteri Clostridium botulinum dalam makanan kaleng juga dapat mengakibatkan kelumpuhan.
Tips sehat membeli makanan kaleng
Sebelum membeli, pastikan untuk selalu memeriksa kondisi fisik makanan kaleng. Apabila kemasan kaleng mengalami penyok atau bocor, dikhawatirkan makanan di dalamnya tidak terlindungi dengan baik. Sebaiknya pilih makanan kaleng lain yang kemasannya lebih bagus.
Setelah itu, baca dulu kandungan gizi yang terdapat pada label kemasan. Pastikan makanan tersebut mengandung zat gizi yang Anda butuhkan.
Lihat juga tanggal kedaluwarsanya dan pastikan tanggalnya masih lama. Jika tanggal kadaluwarsa makanan tinggal sebentar lagi, sebaiknya tidak perlu dibeli.
Meskipun makanan kaleng sangat praktis dibawa saat bepergian, tetap waspadai juga kemungkinan efek samping yang dapat ditimbulkan. Alangkah lebih baik lagi bila Anda mengonsumsi makanan yang berasal dari bahan segar. Lagipula, makanan segar juga mudah diperoleh di sekitar kita.
Baca Juga: Membaca Label Informasi Nilai Gizi Pada Kemasan Makanan dan Minuman
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.