Selain zat gizi makro (karbohidrat, protein, dan lemak), tubuh juga membutuhkan zat gizi mikro berupa vitamin dan mineral. Meskipun hanya diperlukan dalam jumlah sedikit, kedua nutrisi tersebut dapat membantu menormalkan gula darah sekaligus menjaga metabolisme tubuh.
Penderita diabetes juga membutuhkan asupan vitamin dan mineral supaya kadar gula darahnya tetap normal, artinya tidak terlalu tinggi (hiperglikemia) atau terlalu rendah (hipoglikemia). Namun, apakah vitamin untuk diabetes selalu diperlukan? Mari simak ulasan berikut ini.
Apakah penderita diabetes perlu minum vitamin?
Ada 2 cara yang bisa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral harian, yaitu lewat makanan atau suplemen. Dari kedua hal tersebut, para ahli sepakat bahwa pilihan terbaik ada di makanan bergizi.
Hal ini dikarenakan satu jenis makanan bisa mengandung berbagai jenis vitamin dan mineral sekaligus. Sedangkan dengan minum vitamin, Anda biasanya hanya akan mendapatkan vitamin atau mineral tertentu sesuai kebutuhan.
Contohnya ketika makan jeruk, Anda tidak hanya mendapatkan asupan vitamin C saja tapi juga antioksidan, vitamin B1, vitamin A, serat, kalium, dan kalsium. Sedangkan ketika Anda minum suplemen vitamin C, maka Anda tentu hanya akan mendapatkan vitamin C saja.
Pada dasarnya, tidak semua orang butuh suplemen multivitamin. Vitamin tambahan biasanya diperlukan jika Anda mengalami kekurangan zat gizi tertentu karena:
- Sedang hamil.
- Anak dan remaja yang kurang gizi atau susah makan.
- Melakukan diet tertentu, seperti diet rendah kalori, vegan, atau vegetarian.
- Mengalami alergi makanan tertentu.
- Mengidap penyakit ginjal atau pencernaan yang mengganggu penyerapan nutrisi dalam tubuh.
Sementara pada penderita diabetes, tidak semua diabetesi membutuhkan vitamin tambahan. Hal ini tergantung dari kondisi kesehatan dan kadar gula darah masing-masing orang.
Bila kadar gula darah dapat dikendalikan dengan baik, maka sebetulnya Anda tidak perlu minum suplemen. Namun jika kadar gula darah Anda tidak seimbang, dalam artian gampang naik atau turun secara drastis, maka mungkin diperlukan vitamin untuk diabetes.
Berbagai jenis vitamin untuk diabetes
Sebelum minum vitamin untuk diabetes, sebaiknya pahami dulu kondisi kadar gula darah Anda. Cobalah lakukan tes gula darah secara rutin guna mengetahui apakah kadar gula darah Anda cenderung normal atau masih belum stabil.
Baca Selanjutnya: Inilah Kadar Gula Darah Normal dan Tidak Normal
Anda juga bisa melakukan pemeriksaan gula darah di dokter sambil konsultasi. Dokter akan melihat kondisi kesehatan Anda terlebih dahulu, baru menentukan perlu atau tidaknya Anda minum vitamin saat diabetes.
Beberapa jenis vitamin untuk diabetes adalah sebagai berikut:
1. Vitamin D
Vitamin D adalah salah satu jenis vitamin untuk diabetes yang paling penting . Selain menjaga kesehatan tulang, fungsi vitamin D juga dapat membantu meningkatkan sensitivitas insulin dan mengendalikan glukosa darah. Tanpa asupan vitamin D yang cukup, kadar gula darah Anda tentu akan mudah melonjak atau menurun drastis.
Asupan vitamin D bisa didapatkan secara gratis dengan berjemur setiap hari, antara pukul 7-10 pagi. Bisa juga dengan mengonsumsi makanan sumber vitamin D seperti telur, tahu, tempe, hati sapi, ikan salmon, tuna, sarden, dan minyak ikan kod.
Baca Juga: 10 Sumber Makanan yang Mengandung Vitamin D terbaik
2. Vitamin B
Dari sekian banyak jenis vitamin B, penderita diabetes lebih rentan mengalami kekurangan vitamin B1. Melansir dari NHS UK, kadar vitamin B1 pada penderita diabetes 75% lebih rendah daripada orang sehat.
Sebuah penelitian dalam jurnal Diabetologia juga menunjukkan bahwa penderita diabetes mengalami penurunan asupan vitamin B1 24 kali lebih cepat dari orang sehat. Sedangkan pada penderita diabetes tipe 2, kadar vitamin B1 dalam tubuh 16 kali lebih cepat turun. Itulah sebabnya, penderita diabetes sangat mudah mengalami kekurangan vitamin B1 dalam hidupnya.
Fungsi vitamin B1, atau disebut juga tiamin, adalah membantu tubuh dalam mengubah karbohidrat menjadi energi. Selain itu, vitamin B1 juga bermanfaat untuk menjaga fungsi jantung, otot, dan sistem saraf.
Pada penderita diabetes, kekurangan vitamin B1 dapat meningkatkan kerusakan pada ginjal, retina, dan saraf di lengan serta kaki. Kekurangan zat gizi mikro ini juga dapat memicu serangan jantung dan stroke pada penderita diabetes.
Vitamin B1 tersedia secara alami pada sereal, gandum utuh, pasta, ikan, daging tanpa lemak, dan sereal diperkaya. Bisa juga dengan mengonsumsi suplemen vitamin B1, asalkan sesuai anjuran dokter.
3. Vitamin C
Penderita diabetes tipe 1 umumnya memiliki kadar vitamin C yang rendah. Hal ini perlu segera diatasi dengan mengonsumsi makanan sumber vitamin C atau minum suplemen multivitamin.
Dengan meningkatkan asupan vitamin C dalam tubuh, jumlah sorbitol dapat diturunkan. Sorbitol adalah jenis gula berbahaya yang apabila menumpuk, maka dapat memicu komplikasi diabetes seperti retinopati, neuropati, dan kerusakan ginjal.
Sedangkan pada penderita diabetes tipe 2, vitamin C berperan penting dalam meningkatkan toleransi glukosa. Dengan demikian, kadar gula darah (glukosa) dapat berubah menjadi energi dengan lebih maksimal.
4. Vitamin E
Penderita diabetes perlu asupan vitamin E yang cukup setiap hari. Pasalnya, vitamin E berfungsi untuk melawan racun dan meningkatkan aktivitas insulin dalam tubuh.
Tak hanya itu, vitamin E juga bertindak sebagai antioksidan yang mampu mencegah radikal bebas. Dengan memenuhi kebutuhan vitamin E harian, gejala diabetes akan lebih mudah dikendalikan dan menurunkan risiko komplikasi diabetes.
5. Magnesium
Faktanya, sebanyak 25-38% penderita diabetes tipe 2 mengalami kekurangan magnesium. Terlebih pada penderita diabetes retinopati, kadar magnesium dalam tubuhnya bisa merosot drastis dan membahayakan kesehatannya.
Kekurangan magnesium telah terbukti dapat mengganggu kestabilan gula darah pada penderita diabetes tipe 2. Hal ini juga dapat mengganggu proses sekresi insulin dalam tubuh.
Oleh karena itu, penderita diabetes mungkin membutuhkan suplemen magnesium. Suplemen tersebut dapat membantu meningkatkan sensitivitas insulin dan mengaktifkan hormon pengatur gula darah.
Dosis suplemen magnesium bisa berbeda-beda pada setiap orang, namun secara umum sektiar 250-350 mg per hari. Suplemen magnesium lebih baik diminum setelah makan agar penyerapannya lebih maksimal dalam tubuh.
6. Zinc
Suplemen zinc telah terbukti dapat menurunkan kadar gula darah pada beberapa kasus diabetes tipe 1. Ini karena zinc merupakan elemen penting untuk menjaga metabolisme insulin. Selain itu, zinc juga dapat melindungi sel beta dari kerusakan dan infeksi virus.
7. Kromium
Kromium adalah nutrisi penting yang dibutuhkan untuk melawan diabetes. Suplemen kromium dapat membantu meningkatkan toleransi glukosa, menurunkan kadar gula darah puasa, serta menurunkan kadar insulin. Semua ini dapat dirasakan oleh penderita diabetes tipe 1 maupun tipe 2.
Bahkan bagi Anda yang mulai menunjukkan tanda-tanda diabetes (prediabetes) atau wanita dengan diabetes gestasional, asupan kromium bisa membantu Anda mengatasi gejala diabetes.
Secara umum, dosis kromium untuk diabetes adalah sekitar 200 mcg per hari. Namun, dosis krominum tinggi 1000 mcg diketahui lebih efektif mengendalikan diabetes. Pilihlah suplemen kromium pikolinat yang lebih cepat diserap oleh tubuh.
Baca Juga: Menu Diet yang Cocok untuk Gestasional Diabetes
8. ALA dan GLA
Asam alfa lipoat (ALA) adalah antioksidan kuat nan serbaguna, khususnya pada penderita diabetik neuropati. ALA berfungsi untuk membantu meringankan gejala diabetes neuropati dan mengurangi nyeri akibat paparan radikal bebas.
Beberapa penelitian juga telah banyak menghubungkan antara ALA dengan penurunan resistensi insulin. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa asupan ALA dapat mengendalikan gula darah pada penderita diabetes. Berbagai makanan sumber ALA terbaik ada di bayam, brokoli, dan daging merah.
Sementara itu, asam gamma lipoat (GLA) adalah jenis antioksidan yang secara alami terdapat pada minyak evening primrose, minyak borage, dan minyak biji blackcurrant. GLA dapat meningkatkan fungsi saraf yang rusak akibat diabetik neuropati.
9. Probiotik
Suplemen probiotik mengandung bakteri baik yang bermanfaat bagi kesehatan. Tidak hanya berfungsi untuk menjaga kesehatan usus, probiotik juga dapat membantu menurunkan kadar gula darah.
Hal ini telah dibuktikan oleh sebuah penelitian dalam jurnal Medicina (Kaunas) tahun 2016 silam. Para ahli menemukan bahwa penderita diabetes tipe 2 ayng mengonsumsi probiotik selama 2 bulan mengalami penurunan gula darah puasa sebanyak 16 mg/dl.
Kadar gula darah tersebut diketahui terus menurun ketika peserta mengonsumsi probiotik yang mengandung lebih dari satu spesies bakteri. Hasilnya, kadar gula darah puasa peserta mengalami penurunan hingga 35 mg/dl.
Berdasarkan penelitian tersebut, para ahli menduga bahwa probiotik dapat mencegah kerusakan sel pankreas yang menghasilkan insulin. Akibatnya, kadar gula darah jadi menurun dan kembali normal.
Baca Selengkapnya: 6 Manfaat Probiotik Bagi Tubuh
Yang harus diperhatikan sebelum minum vitamin untuk diabetes
Penderita diabetes tidak boleh sembarang minum vitamin. Pastikan Anda mengantongi izin dari dokter terlebih dahulu sebelum minum vitamin untuk diabetes.
Selain itu, ada beberapa hal yang juga perlu Anda perhatikan, diantaranya:
- Hindari minum beberapa jenis vitamin sekaligus. Pilihlah satu jenis vitamin yang paling dibutuhkan oleh tubuh.
- Pilih vitamin yang mengandung tidak lebih dari 100-150% nilai harian (daily value).
- Bila Anda mengalami diabetes dan sudah menopause, hindari suplemen yang mengandung zat besi.
- Sebelum membeli vitamin, selalu lakukan cek KLIK yaitu cek Kemasan, Label, Izin edar, dan Kedaluwarsa.
- Letakkan suplemen di tempat aman dan jauh dari jangkauan anak-anak.
Lagi-lagi, sebaiknya konsultasikan dulu dengan dokter sebelum minum vitamin untuk diabetes. Dokter akan membantu menyarankan jenis vitamin terbaik sesuai dengan kondisi kesehatan Anda. Ingat, suplemen apa pun yang Anda minum tidak dapat menggantikan obat diabetes dari dokter.
Baca Juga: 25 Buah untuk Diabetes yang Disarankan Para Ahli
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.