Mengajarkan kesehatan gigi kepada si kecil tidak cukup hanya dengan mengajarkan cara menyikat gigi yang benar serta mengingatkan waktu menyikat gigi. Anda sebagai orang tua juga harus selalu ingat kapan waktu yang tepat untuk mengganti sikat gigi si kecil.
Sikat gigi merupakan benda yang tidak dapat digunakan secara permanen dan memiliki waktu penggantian. Alih-alih menyehatkan, malas mengganti sikat gigi bisa membuat bakteri menumpuk di bulu-bulu sikat gigi dan memicu penyakit gigi dan mulut.
Lalu, kapan sebaiknya mengganti sikat gigi anak dilakukan? Berikut 5 waktu terbaiknya.
Waktu tepat untuk mengganti sikat gigi anak
1. Ganti sikat gigi setiap 3 sampai 4 bulan sekali
Sikat gigi yang baik akan sangat menentukan kesehatan gigi si kecil. Meski secara penampilan luar sikat gigi masih terlihat bagus, namun bukan berarti sikat gigi masih bisa terus digunakan.
Itulah sebabnya penting untuk selalu ingat kapan terakhir kali mengganti sikat gigi anak. Karena sikat gigi yang dipakai terlalu lama justru dapat membuat aktivitas membersihkan gigi menjadi tidak optimal.
Selain itu, bakteri yang bersembunyi di balik sikat gigi bisa jadi sudah terlalu banyak sehingga harus segera diganti dengan yang baru. Waktu terbaik untuk mengganti sikat gigi anak adalah setiap 3-4 bulan sekali.
Baca Selengkapnya: Ini yang Terjadi, Jika Tidak Ganti Sikat Gigi Selama Tiga Bulan
2. Jangan bergantian menggunakan sikat gigi
Beri tahukan si kecil bahwa sikat gigi tidak boleh dipakai oleh orang lain, meski merupakan anggota keluarga di rumah. Hal ini karena sikat gigi termasuk barang pribadi yang tidak boleh bergantian menggunakannya.
Selain itu, Anda juga sebaiknya memberitahukan si kecil bahwa sikat gigi yang dipakai bergantian dapat meningkatkan risiko kerusakan dan infeksi gigi akibat penularan dari orang lain.
Kita tidak pernah tahu berapa jumlah bakteri pada gigi dan mulut orang lain. Nah, bakteri inilah yang dapat menyebabkan kerusakan pada gigi si kecil.
3. Sikat gigi mengalami perubahan warna
Semakin lama digunakan, warna sikat gigi anak akan memudar dan menjadi sedikit kekuningan. Selain itu, sikat gigi juga dapat berubah warna akibat terkena zat pewarna dari makanan yang sering dikonsumsi si kecil.
Awas, jangan menganggap remeh zat pewarna yang menempel pada sikat gigi si kecil. Pasalnya, zat pewarna tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada gigi si kecil, apalagi jika zat pewarna telah menempel di sikat gigi secara permanen.
Segera ganti sikat gigi anak dengan sikat yang baru apabila telah terjadi perubahan warna pada bulu sikat gigi.
Baca Juga: Perbandingan Sikat Gigi Manual dengan Elektrik, Manakah yang Lebih Baik?
4. Mengganti sikat setelah anak sakit
Banyak orangtua menyepelekan atau bahkan mungkin tidak kepikiran untuk mengganti barang pribadi si kecil, salah satunya sikat gigi, setelah si kecil sembuh dari penyakitnya.
Patut diketahui bahwa sikat gigi bisa menjadi salah satu tempat tumbuhnya bakteri penyebab si kecil sakit. Oleh karena itu, Anda sebaiknya segera mengganti sikat gigi anak setelah ia sembuh dari sakit. Dengan demikian, kuman pada sikat gigi tidak kembali menginfeksi tubuh anak di kemudian hari.
5. Bulu sikat gigi mengembang dan rusak
Hal ini seringkali tidak diperhatikan oleh orangtua yang tetap membiarkan si kecil menggunakan sikat gigi yang bulunya telah berantakan dan mengembang. Mereka menganggap bahwa hal tersebut lumrah dan tidak masalah, terutama apabila bulu sikat gigi sudah mengembang meski baru diganti beberapa minggu.
Padahal, bulu sikat gigi yang mengembang dapat menyebabkan gusi si kecil menjadi berdarah dan merusak gusi. Selain itu, bulu sikat yang sudah mengembang juga sudah tidak efektif lagi untuk digunakan membersihkan gigi.
Jadi, jangan lupa untuk mengganti sikat gigi anak secara rutin, termasuk pada saat-saat krusial yang disebutkan tadi. Biasakan sejak dini supaya kesehatan gigi dan mulut anak terus terjaga sampai ia dewasa nanti.
Baca Juga: 10 Cara Merawat Gigi Sehari-Hari untuk Anak dan Dewasa
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.