Kesemutan atau paresthesia lazimnya terjadi di tangan atau di kaki. Lantas, bagaimana jika kepala yang mengalami kesemutan? Pertanda apakah itu? Ketahui berbagai kondisi medis yang menjadi penyebab kepala kesemutan berikut ini.
Apa Saja yang Menjadi Penyebab Kepala Kesemutan?
Kesemutan yang terjadi di kepala terkait dengan sistem saraf, baik sistem saraf pusat maupun sistem saraf tepi. Gejalanya kadangkala disertai dengan sensasi geli atau gatal hingga nyeri tajam yang dapat menjalar ke sekitar wajah atau mata. Kondisi ini dapat bersifat akut atau kronis, tergantung dari penyebab yang mendasarinya.
Penyebab kepala kesemutan yang bersifat sementara bisa jadi akibat stres atau gangguan kecemasan yang memicu ketegangan saraf otak. Sedangkan bila kesemutan di kepala terjadi secara persisten, kemungkinan besar menunjukkan adanya kondisi medis serius seperti neuropati kranial, multiple sclerosis atau bahkan pertanda adanya tumor otak.
ilustrasi kepala kesemutan
Berikut uraian selengkapnya:
1. Stres
Kesemutan di kepala bisa terjadi akibat efek buruk dari stres. Kondisi ini di picu oleh tegangnya otot juga saraf di kepala sehingga menciptakan gejala kesemutan yang dapat dirasakan di satu atau kedua sisi kepala.
Biasanya kesemutan akibat stres tidak berlangsung lama dan akan segera berakhir ketika stres yang dialami telah teratasi. Namun, bila stres tidak jua teratasi, kesemutan di kepala dapat bertahan lama, bahkan dapat memicu terjadinya dermatitis seboroik.
2. Migrain
Migrain merupakan jenis sakit kepala yang kerap menyebabkan nyeri ringan hingga parah yang berdenyut-denyut. Gejala awal migrain yang disebut dengan aura biasanya ditandai dengan munculnya masalah penglihatan, kekakuan pada leher dan kesemutan pada bagian belakang kepala atau salah satu sisi kepala saja.
Pada kasus yang parah, sensasi kesemutan di kepala akibat migrain dapat berlangsung lama, bahkan dapat menyebabkan mati rasa pada wajah, bibir juga lidah. Meskipun penyebab pastinya belum diketahui, namun terdapat beberapa pemicunya, seperti faktor hormon, gen, kekurangan gizi, konsumsi makanan tertentu, stres dan kelelahan.
3. Sinusitis
Sinusitis merupakan peradangan pada rongga sinus akibat produksi lendir berlebih yang terperangkap didalamnya. Gejala yang dapat dirasakan berupa sakit kepala, nyeri wajah terutama sekitar mata, dahi dan hidung serta kesemutan di kepala akibat kompresi pada saraf trigeminal.
4. Neuropati Kranial
Penyebab kepala kesemutan selanjutnya bisa jadi disebabkan oleh gangguan pada salah satu dari dua belas saraf kranial. Gangguan saraf yang disebut dengan neuropati kranial ini dapat disebabkan oleh infeksi virus, tekanan darah tinggi, stroke atau komplikasi diabetes yang disebut dengan neuropati diabetik. Gejala umumnya dapat berupa kesemutan, nyeri atau mati rasa di bagian kepala atau bagian tubuh lainnya.
5. Trauma Kepala
Kepala kesemutan juga dapat terjadi ketika seseorang mengalami trauma di bagian kepala akibat benturan, misalnya karena pukulan, terjatuh atau kecelakaan. Kondisi ini dapat menyebabkan penderitanya mengalami sakit kepala disertai kesemutan, penglihatan menjadi kabur, mual dan muntah. Segera periksakan diri ke dokter apabila mengalami kondsi seperti ini.
6. Penyakit Lyme
Penyakit Lyme merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Borrelia burgdorferi yang ditularkan melalui gigitan kutu. Pada stadium awal, seseorang yang terinfeksi dapat mengalami ruam kemerahan yang berbentuk khas, dikenal dengan nama erythema migrans.
Bila tidak segera ditangani, bakteri Borrelia akan menyebar ke seluruh tubuh dan berkembang menjadi stadium lanjut. Pada tahap ini, penderitanya akan mengeluhkan gejala berupa kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, demam, kepala kesemutan atau gangguan penglihatan yang dapat timbul secara episodik.
7. Radang Otak
Radang otak atau yang disebut juga dengan ensefalitis paling sering disebabkan oleh infeksi virus. Meski tak jarang, ensefalitis juga dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti tuberculosis atau sifilis.
Peradangan pada otak ini dapat menyebabkan kepala kesemutan yang dapat disertai dengan kekakuan pada leher dan punggung, nafsu makan menurun, demam, mual dan muntah.
Dalam kasus yang lebih berat, ensefalitis dapat menyebabkan kerusakan permanen pada otak. Menciptakan kelumpuhan, hilangnya ingatan hingga tak jarang berujung pada kematian.
8. Herpes Zoster
Herpes zoster adalah infeksi pada saraf juga kulit disekitarnya akibat reaktivasi virus Varicella zoster, virus yang sama yang menjadi penyebab terjadinya cacar air. Gejala awalnya ditandai dengan rasa nyeri yang bersifat neuropatik, seperti terbakar atau tertusuk benda tajam pada satu sisi tubuh dari bagian saraf yang terinfeksi.
Apabila menyerang mengenai area wajah atau kulit kepala, maka dapat menciptakan kesemutan di wajah juga rasa sakit kepala yang hebat. Setelah gejala ini hilang, selanjutnya akan muncul ruam yang akan berubah menjadi luka lepuh berisi cairan dan terasa gatal. Kemudian dalam beberapa hari akan mengering dan membentuk keropeng.
9. Stroke
Kesemutan di kepala juga bisa menjadi pertanda atau gejala awal stroke. Stroke sendiri terjadi ketika suplai darah ke otak terputus akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah yang berujung pada kematian sel-sel otak. Gejala lain yang menyertai dapat berupa kelumpuhan wajah, tremor, pandangan kabur dan kesulitan bicara.
10. Multiple Sclerosis
Pada beberapa orang, kesemutan kronis di kepala dan area tubuh lainnya menjadi pertanda awal multiple sclerosis (MS). Penyakit auto-imun yang menyerang myelin pada otak dan saraf tulang belakang ini merupakan penyakit yang belum ditemukan obatnya hingga saat ini. Gejalanya yang bervariasi serta tidak memilki kekhasan juga kerap membuat dokter kesulitan dalam melakukan diagnosis MS.
11. Tumor Otak
Terkadang, sensasi kesemutan di kepala bisa menjadi indikasi adanya tumor di otak. Para ahli mengatakan bahwa, gejala kepala kesemutan akibat tumor otak tidak berdiri sendiri. Namun disertai dengan gejala lain, seperti kejang-kejang, mual muntah, perubahan dalam kemampuan berjalan hingga hilangnya kesadaran.
Mengingat penyebab kepala kesemutan begitu beragam, maka dalam menentukan pengobatan yang tepat sebaiknya segera periksakan diri ke dokter ahli. Dokter akan melakukan diagnosis awal melalui anamnesis atau wawancara kemudian akan dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik menyeluruh.
Bila diperlukan, pemeriksaan penunjang seperti tes darah, kadar elektrolit, tes fungsi tiroid, foto rontgen, CT-scan, tes MRI atau elektromiografi (EMG) akan dilakukan untuk menguji konduksi dan stimulasi saraf.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.