Ketomed adalah obat anti jamur topikal untuk terapi kandidiasis vagina dan untuk dermatofitosis (jamur yang paling banyak menginfeksi tubuh). Ketomed mengandung ketoconazole, obat yang termasuk golongan imidazole sintetik.
Ketoconazole adalah obat anti jamur yang digunakan terutama untuk terapi lokal kandidiasis vagina dan untuk infeksi dermatofitosis. Obat ini termasuk golongan imidazole sintetik.
Seperti semua agen antijamur azole, ketoconazole bekerja terutama dengan menghambat enzim sitokrom P450 14α-demethylase (P45014DM). Enzim ini berperan dalam jalur pembentukan sterol yang digunakan untuk pembentukan dinding sel jamur. Ketoconazole juga merupakan penghambat pembentuk kortisol dan aldosterone pada kelenjar adrenal tetapi potensinya sangat rendah.
Mengenai Ketomed
Pabrik
Surya dermato
Golongan
Harus dengan resep dokter
Kemasan
Ketomed dipasarkan dengan kemasan sebagai berikut :
- Keteomed cream : Tube 15 gram cream atau gel
- Ketomed SS : botol 60 ml scalp solution
Kandungan
Tiap kemasan ketomed mengandung zat aktif sebagai berikut :
- Ketoconazole 20 mg / gram cream atau gel
- Ketoconazole 20 mg / ml scalp solution
Manfaat Ketomed
Beberapa manfaat Ketomed adalah sebagai berikut:
- Sebagai obat anti jamur topikal untuk infeksi jamur pada kulit dan selaput mukosa, seperti athlete’s foot, kurap, infeksi dermatofita pada kulit atau kuku tangan (tidak pada kuku kaki), kandidiasis (infeksi jamur atau sariawan), dan tinea versicolor.
- Memiliki aktivitas sebagai antiandrogen dan efek antiglukokortikoid, yang telah digunakan sebagai pengobatan lini kedua untuk kanker prostat dan untuk menekan sintesis glukokortikoid dalam pengobatan cushing sindrom.
- Mengatasi dermatitis seboroik dan ketombe
Dosis Ketomed
Oleskan pada tempat infeksi 1-2 x sehari setelah mandi. Lama durasi pengobatan tergantung pada jamur penyebabnya:
- Infeksi jamur ragi: 2-3 minggu
- Tinea cruris (pada selangkangan, alat kelamin hingga bokong): 2-4 minggu
- Tinea corporis (seluruh tubuh): 3-4 minggu
- Tinea pedis (kaki): 4-6 minggu
- Infeksi panu: 2-3 minggu
Efek samping Ketomed
Beberapa efek samping ketomed yang mungkin terjadi antara lain:
- Efek samping ketoconazole yang umum di antaranya mual, muntah, atau nyeri perut.
- Efek samping yang lebih jarang misalnya sakit kepala, ruam, urtikaria (biduran), pruritus (gatal), trombositopenia, paresthesia (kesemutan), fotofobia (silau), alopesia (kebotakan), ginekomastia, pemanjangan gelombang jantung (QT), peningkatan serum hati dan oligospermia.
Pada Juli 2013, FDA di Amerika Serikat (setara BPOM Indonesia) mengeluarkan peringatan bahwa ketoconazole pil dapat menyebabkan kerusakan hati yang parah dan masalah kelenjar adrenal. Maka itu, obat ini sebaiknya tidak digunakan sebagai pengobatan lini pertama untuk infeksi jamur apapun. Gunakan obat ini hanya jika terapi antijamur alternatif tidak tersedia atau tidak memberikan hasil yang baik.
Interaksi Ketomed
Potensi interaksi obat terjadi ketika digunakan bersamaan dengan obat lain, sehingga dapat mengubah cara kerja obat. Sebagai akibatnya, obat tidak dapat bekerja dengan maksimal atau bahkan menimbulkan racun yang membahayakan tubuh.
Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui obat apa saja yang sedang Anda konsumsi dan beri tahukan pada dokter sebelum menggunakan Ketomed.
Perhatian
Hal-hal yang perlu diperhatikan pasien selama menggunakan obat Ketomed adalah sebagai berikut :
- Jangan menggunakan ketoconazole untuk pasien yang memiliki riwayat hipersensitif (alergi) pada ketoconazole atau obat golongan imidazole lainnya.
- Tidak disarankan untuk kasus kehamilan dengan sindroma Cushing.
- Jangan menggunakan obat ini untuk pasien yang memiliki gangguan hati berat dan pasien yang sedang diterapi dengan terfenadin atau astemizol.
- Tidak boleh digunakan untuk meningitis karena jamur.
- Segera hentikan penggunaan jika muncul ruam kulit atau tanda lain yang menunjukkan reaksi alergi.
Penggunaan oleh wanita hamil
FDA di Amerika Serikat (setara dengan BPOM Indonesia) mengkategorikan ketoconazole ke dalam kategori C dengan penjelasan sebagai berikut :
Penelitian pada reproduksi hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin dan tidak ada studi yang memadai dan terkendali dengan baik pada manusia. Namun jika potensi keuntungan dapat dijamin, penggunaan obat pada ibu hamil dapat dilakukan meskipun potensi risiko sangat besar.
Penelitian pada hewan memang tidak selalu bisa dijadikan dasar keamanan pemakaian obat terhadap wanita hamil. Namun fakta bahwa obat ini telah menunjukkan efek buruk pada janin hewan harus menjadi perhatian serius jika ingin menggunakan obat ini untuk wanita hamil.
Disarankan sediaan oral hanya digunakan jika tidak ada pilihan lain yang lebih aman. Namun pada sediaan topikal seperti krim, shampoo, busa, dan gel yang diaplikasikan pada kulit, obat ini relatif aman digunakan oleh wanita hamil.
Artikel terkait: