Lasal adalah obat yang digunakan untuk mengobati penyakit pada saluran pernafasan seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Lasal termasuk obat golongan agonis adrenoreseptor beta-2 selektif kerja pendek pada otot-otot bronkus (short acting beta-adrenergic receptor agonist).
Lasal merupakan obat mengandung salbutamol yang berfungsi untuk membuka saluran pernapasan bronkus (bronkodilator) dengan melemaskan otot-otot di sepanjang saluran pernapasan. Kandungan ini digunakan untuk mengurangi pelebaran otot bronkus seperti pada asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
Salbutamol adalah obat sistem saluran napas yang termasuk golongan perangsang kinerja adrenoreseptor beta-2 selektif kerja pendek (short acting beta-adrenergic receptor agonist). Obat ini bekerja dengan cara merangsang secara selektif reseptor beta-2 adrenergik terutama pada otot bronkus. hal ini menyebabkan terjadinya pelebaran otot bronkus karena otot bronkus mengalami relaksasi.
Mengenai Lasal
Pabrik
Lapi
Golongan
Resep dokter
Kemasan
Lasal dipasarkan dengan kemasan sebagai berikut :
- Dos 10 x 10 kapsul 2 mg
- Dos 10 x 10 kapsul 4 mg
- Botol 100 ml sirup
- Dos 5 vial 2 ml injeksi
Kandungan
Tiap kemasan lasal mengandung zat aktif sebagai berikut :
- Salbutamol sulfat 2 mg / kapsul
- Salbutamol sulfat 4 mg / kapsul
- Salbutamol sulfat 2 mg / 5 ml sirup
- Salbutamol sulfat 0.5 mg / ml injeksi
Manfaat Lasal
Manfaat lasal adalah untuk pengobatan kondisi-kondisi berikut:
- Mengobati bronkospasme (misalnya penyakit asma karena alergi tertentu, asma bronkial, bronkitis asmatis, emfisema pulmonum) dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
- Mengobati hiperkalemia akut karena kemampuannya merangsang aliran kalium ke dalam sel sehingga konsentrasi kalium dalam darah berkurang.
- Untuk pengobatan kejang bronkus pada pasien yang memiliki penyakit jantung atau tekanan darah tinggi, lasal (salbutamol) lebih dipilih karena bekerja lebih lama dan lebih aman, dibanding beta-2 adrenergic lainnya.
Dosis Lasal
Lasal diberikan dengan dosis sebagai berikut :
- Terapi asma atau PPOK serangan akut: 3-4 x sehari 2-4 mg, dapat ditingkatkan hingga 3-4 x sehari 8 mg.
- Profilaksis asma karena olahraga: dengan alat inhalasi atau dry powder inhaler sebanyak 2 hirupan tiap 10-15 menit sebelum olahraga.
- Pada asma berat: dengan menggunakan alat inhalasi dengan dosis awal 4 hirupan, kemudian dilanjutkan 2 hirupan tiap 2 menit tergantung respon terapi. Maksimal 10 hirupan.
Efek samping Lasal
Secara umum obat ini bisa ditoleransi dengan baik. Berikut adalah beberapa efek samping Lasal yang mungkin terjadi, antara lain:
- Nadi meningkat
- Nyeri dada
- Denyut jantung cepat
- Tremor terutama pada tangan
- Kram otot
- Sakit kepala
- Gugup.
- Pelebaran pembuluh darah jaringan
- Aritmia (gangguan irama jantung)
- Gangguan tidur
- Gangguan tingkah laku
- Hipokalemia (kalium darah menurun), terutama jika diberikan pada dosis tinggi
Efek samping yang lebih berat tetapi kejadiannya jarang misalnya bronkospasme paradoksikal, urtikaria (biduran) , angioedema (pembengkakan pembuluh darah akibat reaksi berat) , dan hipotensi (tekanan darah menurun). Penggunaan dosis tinggi telah dilaporkan memperburuk diabetes melitus dan ketoasidosis.
Interaksi Obat Lasal
Potensi interaksi obat terjadi ketika digunakan bersamaan dengan obat lain, sehingga dapat mengubah cara kerja obat. Sebagai akibatnya, obat tidak dapat bekerja dengan maksimal atau bahkan menimbulkan racun yang membahayakan tubuh.
Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui obat apa saja yang sedang Anda konsumsi dan beri tahukan pada dokter. Jenis obat yang dapat berinteraksi dengan Lasal adalah:
- Bronkodilator simpatomimetik kerja pendek: memberikan efek yang sangat buruk pada sistem kardiovaskular.
- Obat-obat beta-2 antagonis: menghambat kerja salbutamol.
- Obat-obat golongan beta-blocker non-selektif seperti propranolol: obat beta bloker meningkatkan efek penyempitan saluran bronkus pada pasien asma.
- Monoamine oksidase inhibitor atau antidepresan trisiklik: meningkatkan efek pada sistem kardiovaskular, di antaranya bisa memicu hipertensi berat.
- Atomoksetin: menignkatkan risiko efek samping pada sistem kardiovaskular.
- Salbutamol: menurunkan konsentrasi digoksin dalam plasma.
- Metildopa: menyebabkan hipotensi akut (penurunan tekanan darah terlalu cepat dalam waktu singkat)
Perhatian
Hal-hal yang perlu diperhatikan pasien jika menggunakan Lasal adalah sebagai berikut :
- Sebaiknya hindari penggunaan untuk anak usia < 4 tahun karena keamanan dan efektivitas obat belum diketahui.
- Belum diketahui apakah salbutamol diekskresikan dalam air susu ibu. Pada studi hewan obat ini telah diketahui memiliki potensi tumorigenicity sehingga sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan obat pilihan yang lebih aman atau diberikan dengan jarak yang cukup antara menyusui dan penggunaan obat.
- Jangan menggunakan obat ini untuk pasien yang memiliki riwayat hipersensitif (alergi) pada salbutamol atau obat agonis adrenoreseptor beta-2 lainnya.
- Obat ini harus digunakan secara hati-hati pada pasien dengan gangguan kardiovaskular terutama insufisiensi koroner, aritmia jantung, dan hipertensi.
- Hati-hati penggunaan pada pasien dengan hipertiroidisme dan diabetes melitus karena berisiko terjadinya ketoasidosis. Pemantauan kadar glukosa darah perlu dilakukan.
- Tidak diperuntukkan bagi pasien dengan risiko penyakit jantung iskemik, kehamilan kurang dari 22 minggu, kehamilan dengan risiko seperti infeksi, perdarahan, plasenta previa, preeklamsia berat, eklamsia berat, dan ibu dengan abortus iminens (keguguran dipertahankan).
- Obat ini bisa menyebabkan bronkospasme paradoks yang bisa mengancam nyawa. Jika bronkospasme terjadi segera hentikan pemakaian obat dan hubungi dokter.
- Pada dosis tinggi atau penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan hipokalemia, terutama pada pasien dengan gagal ginjal dan orang-orang yang sedang menggunakan obat diuretik tertentu atau obat turunan xanthine.
- Hentikan pemakaian dengan segera jika Anda mengalami reaksi alergi, seperti ruam, gatal, sakit tenggorokan, demam, arthralgia, pucat, atau tanda-tanda lainnya, karena bisa berakibat yang lebih fatal.
Penggunaan oleh ibu hamil
FDA di Amerika Serikat (setara dengan BPOM di Indonesia) mengkategorikan salbutamol kedalam kategori C dengan penjelasan sebagai berikut :
Penelitian pada reproduksi hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin dan tidak ada studi yang memadai dan terkendali dengan baik pada manusia. Namun jika potensi keuntungan dapat dijamin, penggunaan obat pada ibu hamil dapat dilakukan meskipun potensi risiko sangat besar.
Penelitian pada hewan memang tidak selalu bisa digunakan sebagai acuan keamanan obat oleh manusia. Namun, efek buruk obat ini pada janin hewan harus menjadi perhatian serius jika ingin menggunakan obat ini pada wanita hamil.
Penggunaan salbutamol oleh ibu hamil hanya untuk tujuan tertentu misalnya mencegah kelahiran prematur bilamana manfaat yang diperoleh lebih besar daripada resiko yang mungkin terjadi.