Laxadine adalah obat pencahar atau laksatif yang bekerja dengan cara merangsang gerak peristaltik pada usus besar serta menghambat penyerapan air berlebih dari feses dan melicinkan jalan keluar feses. Bahan aktif utamanya yang berupa parafin cair, yakni senyawa yang sering digunakan sebagai emolien atau pelembut yang juga dapat melembutkan feses.
Laxadine tersedia dalam kemasan syrup dan dapat dibeli di apotek tanpa resep dokter. Meskipun cukup aman, hindari penggunaan obat ini untuk waktu yang lama karena dapat menyebabkan tubuh kekurangan cairan dan elektrolit hingga penurunan berat badan.
Mengenai Laxadine
Jenis obat | Laksatif |
Kandungan | Phenolphtalein, paraffin cair, glycerin |
Kegunaan | Obat pencahar, untuk melancarkan buang air besar |
Kategori | Obat Resep atau obat bebas |
Konsumen | Dewasa dan Anak |
Kehamilan | Kategori B |
Sediaan | Laxadine Syrup 30 ml, 60 ml dan 110 ml |
Mekanisme kerja Laxadine
Mekanisme kerja laxadine dapat ditilik dari cara kerja bahan aktifnya, yaitu:
- Phenolphtalein merupakan senyawa organik yang umum digunakan sebagai pH indikator di laboratorium. Senyawa ini juga memiliki efek pencahar pada usus dengan merangsang jaringan mukosa usus dan mengendurkan otot-ototnya. Namun, senyawa ini sudah mulai dihindari penggunaannya karena dianggap bersifat karsinogen.
- Pharafin cair saat digunakan sebagai obat oral dapat bertindak sebagai pelumas dan menjaga kotoran tetap lembek, sehingga sering digunakan untuk mengobati sembelit dan fisura dubur.
- Glycerin diklasifikasikan sebagai obat pencahar jenis osmotik dengan menarik air dari jaringan sekitar menuju feses sehingga feses mengandung cukup air untuk dikeluarkan.
Manfaat Laxadine
Laxadine dapat digunakan untuk mengatasi konstipasi atau susah buang air besar yang memerlukan perbaikan pada gerak peristaltik usus, melembutkan feses, pelicin jalan feses sehingga lebih mudah dikeluarkan. Laxadien juga digunakan dalam prosedur pengosongan usus sebelum proses radiologi atau operasi.
Kontraindikasi
Tidak semua orang boleh menggunakan obat ini. Penderita yang diketahui memiliki kondisi di bawah ini tidak boleh menggunakan Laxadine:
- Orang dengan riwayat hipersensitif/alergi terhadap kandungan obat ini.
- Penderita obstruksi usus.
- Penderita nyeri perut yang belum diketahui penyebabnya.
Dosis Laxadine
Laxadine tersedia dalam bentuk sediaan syrup 30 ml, 60 ml, dan 60 ml dengan kekuatan dosis tiap sendok takarnya (5 ml) mengandung:
- Phenolphtalein 55 mg
- Paraffin cair 1.200 mg
- Glycerin 378 mg
Adapun dosis Laxadine yang lazim digunakan adalah sebagai berikut:
- Dosis Laxadine untuk dewasa: 1 x sehari 15-30 ml, diminum sebelum tidur.
- Dosis Laxadine untuk anak-anak: anak umur 6-12 tahun diberikan ½ dosis dewasa. Efektifitas dan keamanannya untuk anak di bawah 6 tahun masih belum diketahui. Konsultasikan dengan dokter jika ingin menggunakan obat ini untuk anak kecil dari 6 tahun.
Petunjuk penggunaan:
- Obat ini sebaiknya dikonsumsi dalam kondisi perut kosong lebih utamanya lagi di minum sebelum tidur untuk memaksimalkan fungsinya.
- Selalu ikuti anjuran dokter atau petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan sebelum mulai mengonsumsinya.
- Hentikan penggunaan obat ini jika muncul reaksi pada usus seperti mual dan muntah.
- Hentikan segera dan hubungi dokter jika muncul reaksi alergi seperti ruam kulit atau timbul bengkak di mulut atau mata.
Efek samping Laxadine
Laxadine umumnya ditoleransi dengan baik oleh tubuh. Namun, beberapa efek samping mungkin muncul dan perlu diperhatikan, antara lain sebagai berikut:
- Ruam kulit
- Pruritus
- Perasaan terbakar pada perut
- Kolik abdomen atau kram usus
- Kehilangan cairan dan elektrolit tubuh secara berlebihan
- Diare
- Mual dan muntah
Jika efek samping ini muncul, hentikan sementara penggunaan obat dan hubungi dokter untuk mendapat perawatan medis segera.
Efek overdosis Laxadine
Penggunaan berlebihan dalam periode yang lama dapat menyebabkan efek overdosis seperti:
- Kehilangan cairan tubuh parah
- Diare parah
- Mual dan muntah
- Turunnya berat badan
Jika hal ini terjadi, segera hubungi unit kesehatan terdekat untuk mendapatkan pertolongan segera. Umumnya penanganan akan disesuaikan dengan gejala yang muncul.
Interaksi Laxadine
Potensi interaksi obat terjadi ketika digunakan bersamaan dengan obat lain sehingga dapat mengubah cara kerja obat tersebut. Akibatnya, risiko efek samping dapat meningkat, obat tidak bekerja, atau bahkan menimbulkan efek samping yang membahayakan tubuh.
Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui obat apa saja yang Anda konsumsi dan beritahukan kepada dokter. Beberapa jenis obat dapat berinteraksi dengan Laxadine, di antaranya yaitu:
- Obat hydrocortisone/dexamethasone: terutama untuk penggunaan jangka waktu lama dapat meningkatkan risiko dehidrasi, hipokalemia dan darah kekurangan potassium.
- Amoxicillin/clarithromycin/lansoprazole: Amoxicillin diketahui memiliki efek samping yang mempengaruhi detak jantung, dan kondisi ini bisa meningkat jika terjadi penurunan kadar potassium dalam darah yang disebabkan oleh glycerin.
Daftar interaksi obat ini belum mencakup keseluruhan obat yang dapat berinteraksi dengan Laxadine. Untuk itu selalu konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan dua jenis obat bersamaan, terutama yang tidak diresepkan oleh dokter.
Perhatian
Sebelum dan selama menggunakan Laxadine, harap perhatikan hal-hal di bawah ini:
- Sampaikan pada dokter atau apoteker jika Anda memiliki riwayat hipersensitif atau alergi terhadap kandungan Laxadine.
- Hindari penggunaan dalam jangka panjang karena dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit yang parah.
Kehamilan dan Menyusui
Bolehkah Laxadine untuk ibu hamil dan menyusui?
- Laxadine harus diperhatikan penggunaannya pada ibu hamil atau berikan hanya jika diresepkan oleh dokter. Hal ini karena glycerin yang merupakan bahan aktif obat ini diketahui masuk dalam kategori C untuk obat ibu hamil, sementara bahan aktif lainnya juga disarankan untuk dihindari penggunaannya pada ibu hamil terutama pada kehamilan ditrisemester awal.
- Bahan aktif Laxadine diketahui dapat terekstraksi ke dalam ASi dan berpotensi mempengaruhi kesehatan bayi. Untuk itu penggunaannya sebaiknya dihindari atau digunakan jika sudah diresepkan oleh dokter.
Artikel terkait: