Mastitis adalah infeksi pada payudara, lebih banyak terjadi pada salah satu payudara dan jarang sekali terjadi pada kedua payudara. Biasa terjadi pada wanita yang menyusui. Pada umumnya, mastitis terjadi dalam 3 – 12 bulan pertama setelah melahirkan namun ada juga yang berlangsung sampai 2 tahun, sehingga mastitis seringkali membuat ibu-ibu yang baru melahirkan stress dan tidak dapat mengurus bayinya. Mastitis dapat ditemukan juga pada wanita yang tidak menyusui, dan sangat jarang terjadi pada pria.
Payudara sendiri terdiri dari kelenjar-kelenjar yang memproduksi susu dan saluran tempat keluarnya susu yang berujung pada putting payudara. Memasuki usia pubertas, terjadi perubahan hormon yang menyebabkan saluran keluar semakin berkembang dan penumpukan lemak di jaringan payudara sehingga payudara membesar.
Mengenal Mastitis Lebih Dalam
Pada wanita normal, mastitis jarang sekali terjadi. Peningkatan resiko terjadinya mastitis terdapat pada wanita yang terkena diabetes mellitus, menopause, mengidap penyakit kronis, HIV/AIDS atau penyakit gangguan sistem imun lainnya. Kasus mastitis dapat terjadi sekitar 1-3% pada wanita yang sedang menyusui.
Mastitis dapat terjadi karena saluran tempat keluarnya ASI tersumbat atau adanya bakteri yang masuk ke dalam payudara melalui luka di kulit. Oleh karena saluran yang tersumbat, ASI yang diproduksi oleh kelenjar-kelenjar di payudara tidak dapat keluar dihisap oleh bayi dan tetap berada di dalam payudara. Proses menyusui bayi bukanlah sesuatu hal yang mudah, melainkan harus dilatih terus menerus agar ibu terbiasa dan terampil untuk memberikan ASI secara langsung. Teknik menyusui yang salah dapat menyebabkan saluran keluar tersumbat.
Secara umum pasien yang terkena mastitis dapat mengalami demam, menggigil, lemas, dan stress. Selain itu pada payudara akan menjadi bengkak dan tampak kemerahan, terasa mengeras dan panas pada saat diraba, nyeri pada bagian dalam payudara, serta sensasi terbakar yang terus menerus.
Faktor penyebab terjadinya mastitis :
- Pada wanita yang menyusui
- Pada keadaan normal, ASI yang diproduksi oleh payudara ibu tidak terdapat bakteri dan steril. Akan tetapi karena saluran keluar yang tersumbat dan ASI terbendung di dalam payudara dapat menjadi faktor resiko tempat berkembangnya bakteri.
- Bakteri yang masuk ke dalam payudara juga dapat berasal dari luka di kulit sekitar payudara atau bakteri-bakteri yang berasal dari mulut bayi.
- Jarang menyusui bayi secara langsung dan juga posisi bayi yang salah pada saat menghisap puting ibu dapat meningkatkan resiko terjadinya mastitis.
- Pada saat menyusui, masih terdapat ASI yang tersisa di dalam saluran keluar dan payudara. Ini dapat menyebabkan ASI menyumbat saluran keluar.
- Stress pasca melahirkan dan nutrisi yang buruk
- Pada wanita yang tidak menyusui
Resiko terjadinya mastitis lebih besar pada orang-orang yang merokok dan melakukan body piercing (tindik) di putting payudara.
- Penggunaan pakaian dalam yang terlalu ketat
Pakaian dalam yang terlalu ketat dapat menekan saluran keluar payudara, lama kelamaan dapat menyebabkan sumbatan.
Penegakkan diagnosis mastitis cukup mudah, biasanya cukup dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik oleh dokter. Ibu yang sedang menyusui juga dapat mengenali tanda-tanda mastitis sendiri, serta melakukan tindakan terapi dan pencegahan sendiri. Akan tetapi apabila keluhan tetap berlanjut dan timbul komplikasi maka harus segera mengunjungi dokter.
Selain anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka dokter perlu melakukan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah USG, mammogram atau tindakan biopsy, untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda keganasan atau infeksi bakteri tertentu. Jaringan payudara juga dapat dikultur untuk mengetaui jenis infeksi dan apakah bakteri sudah resisten terhadap antibiotik tertentu. Keluhan mastitis mirip dengan tanda-tanda inflamasi pada kanker payudara, sehingga harus dapat ditegakkan sedini mungkin untuk memberikan prognosis yang baik.
Baca juga: Cara Mengatasi Puting Lecet Saat Menyusui dan Mencegahnya
Langkah Pengobatan Mastitis
Untuk mengobati mastitis, selain dapat dibantu dengan antibiotik yang aman dikonsumsi untuk ibu menyusui, maka teknik menyusui secara langsung juga harus diperbaiki agar kejadian mastitis tidak terulang kembali. Sumbatan pada saluran keluar susu juga harus diperbaiki agar ASI yang terbendung di dalam payudara dapat keluar.
Beberapa langkah yang dapat diterapkan diantaranya :
- Ibu harus cukup minum air putih dan istirahat
- Untuk mengurangi nyeri dapat menggunakan parasetamol yang walaupun dapat tercampur ke dalam ASI tapi aman untuk bayi.
- Memberikan ASI secara langsung lebih sering, atau jika tidak ASI dapat dikeluarkan dengan pompa ASI.
- Dapat dicoba beberapa posisi bayi saat menyusui samapi ditemukan posisi yang nyaman untuk bayi dan ASI dapat kelua maksimal.
- Kompres hangat payudara sebelum menyusui sehingga ASI lebih mudah keluar.
Kompres hangat juga dapat diberikan setelah menyusui, namun apabila masih tidak nyaman data diganti dengan kompres dingin. Kompres dingin hanya boleh diberikan setelah menyusui.
- Gunakan pakaian dalam yang lebih longgar.
Apabila tidak diterapi dengan baik, maka mastitis akan menimbulkan komplikasi pada payudara. Komplikasi yang dapat timbul diantaranya timbul abses (nanah) pada payudara. Pada perabaan akan teraba adanya massa pada payudara dengan batas tegas dan konsistensi keras. Untuk mengobati abses harus dengan tindakan pembedahan mengeluarkan nanah.
Selama terjadi mastitis, proses menyusui bayi dapat tetap dilanjutkan dan tidak perlu dihentikan. Proses menyusui baru dapat dihentikan apabila sudah timbul komplikasi abses pada payudara.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.