Anemia defisiensi besi adalah jenis anemia yang diakibatkan karena tubuh kekurangan zat besi. Kondisi ini mengakibatkan jumlah sel darah merah yang sehat menurun drastis, sehingga pasokan hemoglobin jadi tak memadai. Padahal, hemoglobin berguna untuk mengangkut oksigen dalam sel darah merah untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Bila tidak segera ditangani, kondisi ini bisa memicu komplikasi anemia defisiensi besi yang membahayakan tubuh.
Komplikasi pada anemia defisiensi besi
Anemia jika tidak tertangani untuk jangka waktu lama bisa mengakibatkan komplikasi yang membahayakan. Salah satu masalah yang timbul adalah gangguan pada jantung, seperti detak jantung yang cepat dan tidak beraturan yang dapat memicu jantung bengkak (kardiomegali) hingga gagal jantung.
Sedangkan bagi wanita hamil, komplikasi anemia defisiensi besi bisa menyebabkan bayi lahir prematur. Bahkan, bayi juga bisa terlahir dengan berat badan yang rendah (BBLR).
Bila tak juga ditangani, bayi dan anak-anak bisa mengalami gangguan pertumbuhan. Di samping itu, anak-anak penderita anemia jenis ini juga cenderung rentan terkena infeksi.
Untuk mencegah risiko komplikasi anemia defisiensi besi, ibu dianjurkan untuk terus memberikan ASI untuk bayinya selama 1 tahun. Hal ini juga perlu diseimbangi dengan pemberian sereal yang diperkaya zat besi (setelah bayi berusia 6 bulan) hingga bayi mampu untuk mengonsumsi makanan padat yang lain.
Apa penyebab anemia defisiensi besi?
Kekurangan zat besi pada tubuh bisa disebabkan oleh banyak hal, utamanya karena kurangnya asupan makanan yang kaya zat besi. Selain itu, penyebab anemia defisiensi besi juga bisa dikarenakan faktor-faktor lain seperti kehamilan, perdarahan, hingga malabsorpsi zat besi.
Seorang vegetarian juga lebih rentan mengalami jenis anemia ini. Pasalnya, vegetarian tidak mengonsumsi makanan sumber hewani seperti daging, telur, atau susu. Padahal, semua jenis makanan tersebut mengandung tinggi zat besi yang diperlukan tubuh.
Selain itu, risiko anemia defisiensi besi juga mengintai wanita dalam masa subur, karena dipengaruhi oleh keluarnya banyak darah saat menstruasi. Jenis anemia ini juga rentan dialami oleh bayi prematur, berat badan lahir rendah (BBLR), hingga kurang asupan ASI. Orang yang sering mendonorkan darah secara rutin juga berisiko mengalami anemia defisiensi besi.
Baca juga: 4 Penyebab Anemia Defisiensi Besi, Tak Hanya Karena Kurang Asupan
Cara mengatasi anemia defisiensi besi
Anemia karena kekurangan zat besi ini biasanya akan menimbulkan gejala berupa muka pucat, tubuh gampang lemas dan lelah, hingga sering pusing dan sakit kepala. Untuk memmastikan penyebabnya, dokter akan melakukan tes hitung darah lengkap untuk melihat jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, dan hematokrit (persentase sel darah merah dalam darah).
Setelah pemeriksaan darah mengindikasikan pasien mengalami kekurangan zat besi, maka kadang juga dibutuhkan pemeriksaan penunjang lainnya untuk lebih memastikan penyebab anemia tersebut. Pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan antara lain:
- Pemeriksaan darah dalam tinja
- Endoskopi
- USG panggul
Baca selengkapnya: Cara Mendeteksi Tubuh Kita Terkena Anemia Defisiensi Besi
Pengobatan anemia defisiensi besi berguna untuk mengembalikan kadar zat besi dalam tubuh. Selain itu, hal ini juga difokuskan untuk mengatasi penyebab anemia yang dialami pasien.
Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi anemia defisiensi besi, antara lain:
1. Meningkatkan asupan zat besi
Penderita anemia defisiensi zat besi membutuhkan tambahan asupan zat besi dari makanan. Maka itu, para penderita dianjurkan untuk lebih banyak mengonsumsi makanan kaya zat besi seperti:
- Daging merah, ayam, serta ati ayam
- Kacang-kacangan seperti kacang hitam, kacang hijau, dan kacang merah
- Makanan laut seperti tiram, kerang, dan ikan
- Sayuran berdaun hijau, seperti bayam dan brokoli
- Sereal yang diperkaya zat besi
- Buah kering, seperti kismis dan aprikot
2. Mengonsumsi suplemen penambah zat besi
Dokter biasanya akan langsung memberikan suplemen penambah zat besi untuk mengatasi anemia defisiensi besi. Biasanya, pasien disarankan untuk mengonsumsi sekitar 150-200 mg zat besi setiap hari. Namun, dosis tersebut bisa lebih sedikit atau justru lebih tinggi tergantung kondisi dan kebutuhan pasien.
3. Mengatasi penyebab anemia defisiensi zat besi
Jika anemia defisiensi zat besi diakibatkan oleh perdarahan atau gangguan penyerapan zat besi, maka hal ini dapat diatasi dengan pemberian obat. Sedangkan untuk anemia karena perdarahan akibat polip, tumor, atau miom, dokter dapat melakukan prosedur operasi.
4. Transfusi sel darah merah
Saat penanganan dengan suplemen tidak berhasil, maka dokter akan melakukan transfusi sel darah merah kepada pasien.
Baca selengkapnya: Memahami Gejala dan Cara Mengatasi Anemia Defisiensi Besi
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.