Anemia defisiensi besi merupakan jenis anemia yang diakibatkan karena tubuh kekurangan zat besi dan berimbas pada penurunan jumlah sel darah merah yang sehat. Padahal, tubuh memerlukan zat besi untuk menghasilkan hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Lalu, bagaimana cara mengetahui gejala anemia defisiensi zat besi dan cara mengatasinya?
Gejala anemia defisiensi besi
Zat besi adalah salah satu komponen yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menghasilan hemoglobin. Hemoglobin ini penting untuk mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Jika tidak banyak hemoglobin, tentunya akan lebih sedikit oksigen yang disalurkan ke organ-organ vital tubuh dan menimbulkan gejala anemia.
Tanda dan gejala anemia defisiensi besi meliputi:
- Pucat
- Pusing atau pening
- Cepat lelah dan lemah
- Kesemutan pada kaki
- Nyeri dada, detak jantung menjadi cepat, dan sesak napas
- Rambut gampang patah atau rontok
- Kaki dan tangan terasa dingin
- Lidah bengkak atau terasa sakit
- Nafsu makan menurun, khususnya pada bayi dan anak-anak
- Makanan terasa aneh
- Luka terbuka di ujung mulut
- Telinga berdengung
- Restless Leg Syndrome (RLS), yaitu kondisi yang membuat tungkai bergerak tidak terkontrol saat berbaring atau tidur)
- Kuku menjadi rapuh atau gampang patah
- Susah menelan (disfagia)
Penyebab anemia defisiensi besi
Penyebab anemia defisiensi besi bisa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
- Rendahnya asupan zat besi dari makanan
- Sedang hamil
- Mengalami perdarahan
- Malabsorpsi zat besi, atau ketidakmampuan tubuh untuk menyerap zat besi
Para vegetarian cenderung lebih rentan terkena jenis anemia ini. Pasalnya, zat besi lebih banyak terkandung pada daging merah, kuning telur, dan ikan. Sementara vegetarian tidak memakan jenis makanan tersebut.
Wanita subur pun demikian. Tubuhnya rentan mengalami anemia defisiensi zat besi karena darahnya banyak keluar selama menstruasi. Karena itulah, hal ini perlu diseimbangkan dengan konsumsi makanan yang mengandung kaya zat besi agar tubuhnya tidak anemia.
Masalah anemia zat besi juga dapat dialami oleh bayi prematur, berat badan lahir rendah, atau kurang asupan ASI. Orang-orang yang mendonorkan darahnya secara rutin juga rentan mengalami hal yang sama.
Baca juga: 4 Penyebab Anemia Defisiensi Besi, Tak Hanya Karena Kurang Asupan
Cara mengatasi anemia defisiensi besi
Selain dengan melihat gejalanya, anemia defisiensi besi juga dapat didiagnosis lewat pemeriksaan darah. Tes hitung darah lengkap mampu menunjukkan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, dan hematokrit (persentase sel darah merah dalam darah).
Setelah pemeriksaan darah mengindikasikan pasien mengalami kekurangan zat besi, maka dokter juga dapat melakukan pemeriksaan penunjang guna memastikan penyebab anemia tersebut. Pemeriksaan tersebut antara lain:
- Pemeriksaan darah dalam tinja
- Endoskopi
- USG panggul
Pengobatan anemia defisiensi besi bertujuan untuk mengembalikan kadar zat besi yang diperlukan tubuh sekaligus mengatasi penyebab anemia tersebut. Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi anemia defisiensi besi, yaitu:
1. Meningkatkan asupan zat besi
Penderita anemia membutuhkan tambahan asupan zat besi dari makanan. Maka itu, penderita dianjurkan untuk lebih banyak mengonsumsi makanan sumber zat besi seperti:
- Daging merah, ayam, serta ati ayam
- Kacang-kacangan seperti kacang hitam, kacang hijau, dan kacang merah
- Makanan laut atau boga bahari seperti tiram, kerang dan ikan
- Sayuran berdaun hijau, seperti bayam dan brokoli
- Sereal yang diperkaya zat besi
- Buah kering, seperti kismis dan aprikot
Baca selengkapnya: Sumber Makanan yang Mengandung Zat Besi (Mudah Didapat)
2. Konsumsi suplemen penambah zat besi
Suplemen penambah zat besi adalah penanganan utama yang dilakukan dokter guna memperbaiki defisiensi zat besi yang diderita pasien. Biasanya, pasien disarankan untuk mengonsumsi 150-200 mg zat besi setiap hari. Akan tetapi, dosis tersebut akan disesuaikan lagi dengan kondisi dan kebutuhan pasien.
3. Mengatasi penyebab anemia defisiensi zat besi
Jika anemia defisiensi zat besi diakibatkan oleh perdarahan atau gangguan penyerapan zat besi, maka hal ini dapat diatasi dengan pemberian obat. Sedangkan untuk perdarahan akibat polip, tumor, atau miom, dokter biasanya akan menyarankan prosedur operasi guna mengatasinya.
4. Transfusi sel darah merah
Saat penanganan dengan suplemen tidak berhasil, maka dokter akan melakukan transfusi sel darah merah kepada pasien.
Waspadai risiko komplikasi anemia defisiensi besi
Meskipun Anda bisa mengatasi anemia defisiensi besi dengan suplementasi atau konsumsi amkanan sumber zat besi, kondisi ini tetap tidak boleh disepelekan. Jika tidak ditangani dalam waktu yang lama, anemia bisa memicu komplikasi yang berbahaya.
Salah satu komplikasi anemia defisiensi besi adalah munculnya penyakit pada jantung yang memicu kardiomegali atau gagal jantung. Sementara bagi wanita hamil, kondisi ini bisa menyebabkan bayi lahir prematur atau berat badan bayi lahir rendah (BBLR). Bila tidak segera ditangani, anemia bisa mengganggu pertumbuhan bayi dan anak-anak.
Baca selengkapnya: Waspadai Risiko Komplikasi Anemia Defisiensi Besi Bila Tak Ditangani
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.