Menjaga kesehatan vagina merupakan hal kecil namun berdampak besar bagi kehidupan seorang wanita. Apabila bagian vital tersebut sudah terserang bakteri atau virus, maka dampaknya bisa saja mengganggu kehidupan sehari-hari.
Terlebih jika vagina sudah mengalami benjolan yang bisa mengganggu segala aktivitas fisik wanita. Lantas, apa saja sebenarnya benjolan tersebut?
Nyeri vagina atau vulvodynia
Nyeri pada organ kewanitaan atau dalam istilah medis biasa disebut dengan vulvodynia merupakan keadaan yang timbul dengan rasa nyeri, perih, panas, hingga keadaan ngilu di sekitar organ reproduksi.
Menurut American College of Obstetrics and Gynecology, seperti yang dikutip oleh kompas.com, vulvodynia merupakan gangguan pada organ reproduksi wanita yang muncul secara tiba-tiba atau lambat seiring dengan berjalannya waktu.
Gangguan ini tidak disebabkan oleh infeksi maupun gangguan kulit seperti penyakit pada umumnya.
Jenis vulvodynia
Vulvodynia ini terbagi menjadi dua jenis, yakni vulvodynia lokal dan umum. Volvodynia lokal digambarkan sebagai nyeri yang terjadi pada suatu area saja yang terdapat dalam vagina, misalnya hanya spesifik pada labia bibir vagina.
Biasanya gejala ini hanya timbul jika terdapat pemicunya saja seperti berhubungan seks, memasukkan tampon atau duduk terlalu lama. Rasa nyeri yang timbul biasanya akan dibarengi dengan sensasi perih seperti terbakar pada bagian tertentu.
Sementara itu vulvodynia umum merupakan gejala sakit yang terjadi hampir di seluruh tempat bagian reproduksi tanpa terkecuali. Dalam beberapa kasus, sakit yang diderita berpindah-pindah dalam kurun waktu yang berbeda.
Rasa sakit ini bisa datang kapan saja bahkan tanpa adanya pemicu khusus seperti pada vulvodynia lokal.
Penyebab vulvodynia
Hingga saat ini, belum ada penelitian yang bisa memberikan jawaban pasti mengenai penyebab dari vulvodynia ini. Minimnya bukti menjadi kendala utama para peneliti dalam menangani kasus ini.
Meski begitu, beberapa penelitian menghubungkan gangguan vulvodynia ini dengan gangguan autoimun, infeksi ragi kronis, kerusakan saraf, reaksi alergi, dan bahkan etnis.
Para ahli juga menyatakan bahwa kemungkinan seseorang terkena vulvodynia akan meningkat sehubungan dengan gangguan psikologis seperti gangguan kecemasan yang kuat atau tingkat depresi tinggi.
Peristiwa depresi masa kanak-kanak seperti stress kronis atau pelecehan seksual juga bisa memicu timbulnya gangguan vulvodynia.
Di samping gangguan psikologis, berikut ini daftar beberapa penyakit yang mungkin menjadi sebab timbulnya rasa sakit tak tertahankan yang tidak disebabkan oleh virus atau bakteri seperti halnya penyakit lain:
- Gangguan atau cedera saraf
- Kejang otot
- Alergi atau iritasi terhadap bahan kimia tertentu
- Perubahan hormon
- Riwayat kekerasan seksual
- Peradangan di area vagina
- Pernah operasi peremajaan vagina
- Pernah kena penyakit menular seksual
- Sering kena infeksi ragi vagina
- Aktivitas fisik seperti bersepeda atau naik kuda
- Sering minum obat antibiotik
- Duduk terlalu lama
- Mengenakan pakaian atau celana ketat
Apakah obat vulvodynia?
Hingga saat ini belum ditemukan obat pasti yang bisa menghilangkan nyeri vulvodynia, sehingga penderita hanya bisa meredakan nyeri serta mencegah timbulnya gejala tersebut.
- Karena setiap wanita mengalami gejala yang berbeda, maka biasanya obat yang digunakan berupa pereda nyeri yang digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada area kewanitaan.
- Selain itu, Anda juga sebaiknya tidak menggunakan sabun pembersih kewanitaan atau pembalut yang mengandung parfum untuk mencegah timbulnya rasa sakit.
- Untuk menghindari rasa sakit yang mungkin timbul ketika berhubungan badan, Anda sebaiknya menggunakan pelumas supaya penetrasi tidak terasa menyakitkan.
- Akan lebih baik jika Anda mengikuti senam kegel. Senam ini berguna untuk melemaskan syaraf dan otot-otot rahim sehingga meminimalisir timbulnya rasa sakit. Jika kambuh, Anda bisa mengompres bagian tersebut dengan gel atau salep khusus pereda nyeri atau membasuhnya dengan air hangat.
Gangguan vulvodynia tidak hanya terasa menyakitkan secara fisik namun juga secara psikis. Hal ini berhubungan erat dengan stigma masyarakat yang akan menganggap buruk seorang wanita yang menderita kesehatan seksual.
Meski begitu jika Anda merasakan gejala-gejala tersebut, segera hubungi dokter agar rasa sakit yang diderita bisa diminimalisir dengan tepat.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.