Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, setidaknya ada sekitar 15.000 kasus wanita Indonesia terinfeksi kanker serviks setiap tahunnya. Bahkan, jenis kanker ini masih menjadi pembunuh nomor satu kaum hawa. Tanpa disadari, mitos kanker serviks yang berkembang di masyarakat menjadi salah satu pemicu naiknya angka kematian akibat kanker ini. Karenanya, penting bagi wanita untuk tak lagi percaya dengan mitos-mitos menyesatkan berikut ini.
Mitos kanker serviks yang tak terbukti
1. Tidak perlu skrining kalau tidak ada keluarga yang kena kanker serviks
Skrining sangat penting untuk mendeteksi kanker serviks. Walaupun tidak ada anggota keluarga yang terkena kanker serviks, ini bukanlah jaminan bagi Anda terbebas dari jenis kanker ini.
Kanker serviks disebabkan oleh human papillomavirus (HPV) yang ditularkan melalui kulit saat berhubungan seks. Tanpa vaksin HPV, maka tubuh akan lebih rentan terkena infeksi virus tersebut. Maka itu, skrining tetap perlu dilakukan meskipun tubuh Anda dan keluarga tampak sehat.
Baca Juga: Kenapa Semua Wanita dan Anak-anak Perlu Vaksin HPV
2. Tidak ada gejala kanker serviks berarti aman
Munculnya sel-sel kanker yang menyerang leher rahim (serviks) biasanya tidak menimbulkan gejala apa pun. Diam-diam, sel kanker akan terus tumbuh hingga baru disadari saat gejalanya sudah parah.
Baca Selengkapnya: Gejala Awal Kanker Serviks Stadium 1, 2, dan 3
Walaupun gejalanya belum muncul, skrining dapat lebih awal mendeteksi sel-sel abnormal yang berkembang dalam tubuh. Jangan tunggu sampai muncul gejala dulu baru periksa ke dokter. Semakin cepat terdeteksi, maka gejala akan semakin cepat ditemukan dan mencegahnya semakin parah.
3. Kanker serviks tidak dapat diobati atau dicegah
Masih banyak orang yang percaya mitos kanker serviks bahwa kanker ini tidak dapat diobati atau dicegah. Akibatnya, tak sedikit pasien yang pasrah saja bahkan menolak diberikan pengobatan karena merasa semuanya akan sia-sia.
Padahal, kanker serviks yang terbilang mematikan ini masih bisa diobati apalagi dicegah. Semakin cepat terdeteksi, pengobatan dapat segera dilakukan dan tingkat keberhasilannya juga akan lebih tinggi.
4. Wanita usia lanjut tidak perlu skrining kanker serviks
Kanker serviks mengintai orang-orang yang aktif secara seksual. Seiring bertambahnya usia, minat seks biasanya cenderung menurun sehingga wanita yang sudah berumur dipercaya tak lagi berisiko terkena kanker serviks.
Wanita usia 65 tahun boleh saja tak lagi melakukan skrining kanker, tapi dengan catatan ia sudah pernah melakukan skrining sebelumnya dan hasilnya normal. Jika ada riwayat dalam keluarga atau termasuk kelompok berisiko, sebaiknya tetap periksakan kesehatan secara rutin untuk mencegah terkena kanker serviks.
5. Wanita yang sudah vaksin HPV tidak perlu pap smear
Vaksin HPV memang bisa membantu melindungi tubuh dari risiko kanker serviks. Namun, ini tidak berarti vaksin HPV saja sudah cukup sehingga Anda tak perlu lagi melakukan pemeriksaan pap smear.
Pap smear tetap dibutuhkan meskipun Anda sudah menerima vaksin HPV. Pasalnya, tidak semua jenis kanker bisa dicegah dengan vaksin ini. Karena itulah, Anda tetap memerlukan pap smear untuk mendeteksi adanya abnormalitas sel dalam serviks.
6. Pap smear harus dilakukan setahun sekali
Pemeriksaan pap smear dapat membantu mendeteksi kanker serviks. Anda mungkin pernah mendengar bahwa tes ini sebaiknya dilakukan setahun sekali agar efektif.
Jika hasil pap smear dan tes HPV Anda normal, maka Anda sebetulnya tidak perlu pemeriksaan setiap tahun. Berikut jadwal pap smear yang dianjurkan:
- Usia 21-29 tahun: pap smear setiap 3 tahun sekali
- Usia 30-64 tahun: pap smear dan tes HPV setiap 5 tahun sekali
- Usia > 65 tahun: ikuti saran dokter
Baca Juga: Inilah Fakta Seputar Tes Pap Smear yang Perlu Anda Tahu
Mempercayai mitos kanker serviks yang menyesatkan bisa berdampak buruk bagi kesehatan Anda. Maka itu, abaikan mitos-mitos tersebut dan jangan ragu untuk menanyakannya langsung pada dokter agar tidak termakan hoaks kesehatan.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.