Cefixime adalah obat golongan antibiotika yang aplikasi penggunaannya cukup luas dan dipakai dalam penanganan berbagai penyakit infeksi.
Seperti halnya pada penggunaan obat antibiotika lainnya, ada hal-hal yang perlu kita cermati mengenai obat yang satu ini agar penyakit infeksi yang kita derita dapat tertangani dengan baik.
Apa itu Cefixime?
Cefixime merupakan obat antibiotika golongan Cephalosporin generasi ketiga seperti Ceftriaxone dan Cefotaxim.
Obat ini diperoleh melalui resep dokter dan bekerja dengan cara menghambat pembentukan dinding sel bakteri sehingga menimbulkan kematian bakteri tersebut (bakterisidal) dan dapat digunakan untuk memerangi infeksi bakteri yang resisten atau kebal terhadap antibiotika golongan Penicillin.
Cefixime umum digunakan pada kasus-kasus infeksi seperti infeksi telinga tengah (Otitis Media), infeksi Streptococcus Grup A, infeksi paru (Pneumonia, Bronchitis), Infeksi Saluran Kencing, Gonorea, dan Borreliosis (Lyme’s Disease).
Sebaliknya Cefixime tidak boleh diberikan pada pasien yang memiliki alergi terhadap obat golongan Cephalosporin.
Hanya sekita 40-50% Cefixime yang kita konsumsi diserap oleh saluran cerna. Penyerapan ini dapat berkurang bila kita mengkonsumsi Cefixime bersamaan dengan makanan.
Konsentrasi lebih tinggi Cefixime yang diberikan melalui bentuk suspensi (25-50%) daripada bila diberikan dalam bentuk tablet ataupun kapsul. Selain itu Cefixime juga didapatkan dalam konsentrasi tinggi pada urin (air seni) dan cairan empedu.
Dosis dan Cara Pemberian Cefixime
Umumnya Cefixime tersedia dalam sediaan oral berupa tablet atau kapsul 100 mg dan 200 mg serta dalam bentuk Dry Syrup 100 mg/ 5 ml. Dosis pemberian Cefixime berbeda-beda tergantung indikasi penggunaannya.
Umumnya pemberian Cefixime diresepkam untuk 5-14 hari sesuai dengan penyakitnya. Pada infeksi Streptococcus pyogenes, Cefixime disarankan untuk diberikan minmal selama 10 hari.
Dosis Dewasa umumnya adalah 400 mg, diberikan sehari sekali atau dibagi dalam dua dosis. Pada kasus Gonorea, Cefixime diberikan 400 mg dalam satu kali pemberian (single dose) pada infeksi tanpa komplikasi dan dapat dikombinasikan dengan Azithromycin atau Doxycycline bila Ceftriaxone tidak tersedia.
Pada kasus Gonorea yang luas, Cefixime disarankan 24-48 jam setelah perbaikan kondisi dengan terapi suntikan (melalui pembuluh darah) selama minimal 7 hari. Doxycycline juga diberikan selama 7 hari bersamaan dengan Cefixime atau dapat juga diberikan Azithromycin dalam satu kali dosis pemberian.
Pada anak, Cefixime diberikan 8 mg per kg berat badan, sehari sekali ataupun dibagi dalam dua dosis. Anak yang memiliki berat badan di atas 40 kg dapat diberikan sesuai dengan dosis dewasa.
Pada pasien yang memiliki gangguan fungsi ginjal, perlu dilakukan penyesuaian dosis.
Idealnya, pemberian antibiotika dilakukan setelah dilakukan kultur untuk melihat dan mengkonfirmasi bakteri apa yang mendasari penyakit infeksi dan antibiotika apa yang efektif untuk memerangi penyakit infeksi tersebut.
Terkadang karena kendala waktu yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan tersebut, dilakukan pemberian antibiotika secaraempiris atau berdasarkan jenis bakteri yang umumnya menimbulkan gejala penyakit tersebut atau berdasarkan peta kuman.
Masing-masing penyakit memiliki organisme penyebab yang berbeda dan tentu penanganan yang berbeda pula. Apakah diperlukan antibiotika atau tidak, jenis antibiotika yang mana dan lama pemberian, perlu berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.
Penyalahgunaan antibiotika, termasuk self therapy (mengobati diri sendiri tanpa anjuran medis) dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya resistensi kuman terhadap antibiotika dan dapat mengurangi efektivitas antibiotika tersebut dalam menangani penyakit infeksi.
Pemberian cefixime pada penderita gangguan fungsi ginjal perlu diawasi dengan ketat oleh dokter. Observasi laboratorium serum kreatinin perlu dipantau secara berkala.
Efek samping Cefixime
Efek samping yang umum dijumpai pada penggunaan Cefixime antara lain adalah sebagai berikut.
- Diare
- Dyspepsia (rasa tidak nyaman pada perut, sering digambarkan sebagai mual atau kembung)
- Mual dan muntah
- Ruam kulit
- Kaligata
- Stevens-Johnson Syndrome
- Reaksi alergi lainnya terhadap Cefixime
Efek samping yang disebutkan di atas hanya sebagian dari efek samping yang mungkin terjadi. Efek obat pada tubuh manusia sangatlah individual dan terkadang dapat timbul efek samping yang tidak umum dijumpai.
Bila kamu merasakan keluhan yang mengganggu saat menggunakan Cefixime, segeralah berkonsultasi dengan dokter yang merawat sehingga kondisimu dapat terpantau dengan baik dan kamu bisa mendapatkan penanganan bila diperlukan.
Interaksi Cefixime dengan Obat dan Senyawa Lain
Cefixime dapat berinteraksi dengan Furosemide dan umumnya kombinasi dua obat ini dihindari. Saat ini tidak ditemukan adanya interaksi Cefixime dengan alkohol.
Pada kehamilan, Cefixime dapat menembus plasenta tetapi sejauh ini belum ditemukan bukti adanya bahaya penggunaan pada kehamilan. Cefixime pada kehamilan dikategorikan dalam golongan B yang aman untuk ibu hamil. Tidak ada informasi yang tersedia mengenai efek Cefixime dalam keadaan menyusui dan efeknya pada bayi tetapi Cefixime diduga tidak menimbulkan efek yg tidak diinginkan baik pada ibu maupun bayinya.
Dalam kedua keadaan khusus di atas, diskusikanlah dengan dokter yang merawat mengenai manfaat dan resiko pemberian Cefixime,
Demikian sudah kita pelajari sekilas mengenai Cefixime dan karakterikstiknya. Cefrixime merupakan salah satu obat antibiotika yang dapat diandalkan dalam penanganan berbagai kasus infeksi.
Perlu diingat bahwa penggunaan antibiotika membutuhkan ilmu tersendiri sehingga tidak boleh sembarangan dan memerlukan konsultasi terlbih dahulu dengan dokter. Selain itu jagalah selalu kesehatanmu agar tubuhmu kuat dan terhindar dari penyakit!