Omeproksil adalah antibiotik yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri seperti pneumonia, gonorea (penyakit menular seksual), demam tifoid, diare karena infeksi bakteri, hingga infeksi pada kulit, tulang, persendian, saluran pencernaan, dan prostat. Antibiotik ini mengandung ciprofloxacin, antibiotik jenis fluoroquinolone generasi kedua.
Mekanisme antibiotik ciprofloxacin adalah dengan menghambat DNA Gyrase dan topoisomerase IV. Ciprofloxacin mengikat DNA gyrase dengan kekuatan 100x. Sedangkan topoisomerase IV memerlukan DNA terpisah yang telah direplikasi sebelum pembelahan sel bakteri.
Dengan DNA yang tidak dipisahkan, proses terhenti dan bakteri tidak bisa membelah. Mekanisme ini akan membunuh bakteri sehingga Ciprofloxacin digolongkan sebagai bakterisida.
Ciprofloxacin diserap dengan baik di saluran pecernaan. Saat diberikan secara oral (diminum), ia akan memiliki bioavailabilitas sekitar 70-80%.
Waktu yang diperlukan untuk mencapai konsentrasi plasma puncak sekitar 2-4 jam. Antibiotik ini dapat terdistribusi secara luas dalam tubuh, penetrasi jaringan baik, mampu melintasi plasenta, dan masuk ke air susu ibu (ASI).
Mengenai Omeproksil
Golongan
Obat keras (K), harus dengan resep dokter
Kemasan
Obat Omeproksil dipasarkan dengan kemasan sebagai berikut:
- Dus 10 x 10 kaplet 500 mg
Kandungan
Tiap kemasan obat Omeproksil mengandung zat aktif sebagai berikut:
- Ciprofloxacin 500 mg/kaplet
Manfaat Omeproksil
Kegunaan Omeproksil adalah untuk mengobati kondisi-kondisi berikut:
- Infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran kemih, pencernaan, dan infeksi perut, termasuk infeksi oleh bakteri gram negatif (Escherichia coli, Haemophilus influenzae, Klebsiella pneumoniae, Legionella pneumophila, Moraxella catarrhalis, Proteus mirabilis, dan Pseudomonas aeruginosa) dan gram positif (Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus epidermidis, Enterococcus faecalis, dan Streptococcus pyogenes).
- Infeksi pada kulit dan jaringan lunak, tulang dan sendi, gonore akut, dan osteomilitis akut.
Kontraindikasi
Jangan menggunakan Omeproksil untuk:
- Pasien dengan dengan riwayat hipersensitif atau alergi obat Ciprofloxacin dan antibiotik golongan fluoroquinolone lainnya
- Ibu hamil, ibu menyusui, serta anak dan remaja sebelum akhir fase pertumbuhan
- Pasien dengan epilepsi atau gangguan kejang lainnya
- Pasien dengan riwayat tendon pecah
- Penggunaan dengan tizanidine
Efek Samping Omeproksil
Kebanyakan efek samping Omeproksil bersifat ringan sampai sedang, biasanya akan hilang sesegera setelah pemberian obat dihentikan. Namun, tidak menutup kemungkinan efek samping serius untuk terjadi.
Berikut beberapa efek samping Omeproksil yang dapat terjadi, antara lain:
- Mual muntah, nyeri perut, dada terasa terbakar (heartburn).
- Keputihan berlebihan.
- Diare parah baik itu BAB cair atau BAB berdarah yang dapat disertai dengan atau tanpa demam (dapat terjadi 2 bulan atau lebih setelah terapi).
- Alergi seperti bercak-bercak merah, gatal pada kulit, kulit terkelupas, bengkak pada mata, wajah, bibir, lidah, tenggorokan, tangan, kaki, kesulitan untuk bernapas.
- Batuk yang tidak membaik.
- Mata dan kulit kuning, kadang diserta dengan urin seperti teh atau BAB warna seperti dempul.
- Rasa lapar dan haus yang berlebihan, dada berdebar, sering berkeringat, terlalu sering kencing, dan kecemasan yang berlebihan.
- Pingsan.
- Volume urin menurun.
- Masalah pada tulang, sendi, dan jaringan jika digunakan pada anak. Sebaiknya tidak diberikan pada anak-anak di bawah usia 18 tahun jika tidak memiliki infeksi serius yang tidak bisa diterapi oleh antibiotik lain.
- Kerusakan saraf dapat terjadi, jika Anda mengalami gangguan saraf perifer seperti kebal pada kulit, sensasi terbakar atau tersengat listrik, tidak bisa membedakan panas dan dingin, segera konsultasikan ke dokter.
- Berbagai efek samping yang sangat jarang namun berpotensi fatal seperti nekrolisis epidermal toksik, sindrom Stevens-Johnson, aritmia jantung (torsades des pointes atau perpanjangan QT), pneumonitis alergi, penekanan sumsum tulang, hepatitis atau gagal hati, dan phototoxicity.
- Efek samping yang berpotensi fatal, seperti: reaksi hipersensitivitas, hepatotoksisitas berat, diare dan kolitis terkait Clostridium difficile.
Dosis Omeproksil
Omeproksil diberikan dengan dosis berikut:
- Dewasa untuk mengobati infeksi saluran pernapasan, kulit dan jaringan lunak: 2 x sehari 500-750 mg selama 7-14 hari.
- Dewasa untuk mengobati otitis eksternal ganas: 2 x sehari 750 mg selama 28 hari sampai 3 bulan.
- Dewasa untuk mengobati cistitis tanpa komplikasi: 2 x sehari 250-500 mg selama 3 hari.
- Dewasa untuk mengobati pyelonephritis tanpa komplikasi: 2 x sehari 500 mg selama 7 hari.
- Dewasa untuk mengobati prostatitis: 2 x sehari 500-750 mg selama 2-4 minggu (akut) atau 4-6 minggu (kronis).
- Dewasa untuk uretritis gonococcal dan cervicitis: 500 mg sebagai dosis tunggal.
- Dewasa untuk mengobati radang panggul: 2 x sehari 500-750 mg minimal selama 14 hari.
- Dewasa untuk mengobati profilaksis postexposure anthrax: 2 x sehari 500 mg selama 60 hari.
- Dewasa untuk mengobati infeksi tulang dan sendi: 2 x sehari 500-750 mg sampai maksimal 3 bulan.
- Dewasa untuk mengobati diare: 2 x sehari 500 mg selama 1-5 hari tergantung pada tingkat keparahan dan sifat infeksi.
- Dewasa untuk mengobati demam tifoid/tifus: 2 x sehari 500 mg selama 7 hari.
- Dewasa untuk mengobati infeksi intra abdomen: 500-750 mg selama 5-14 hari.
- Dewasa untuk hemodialisis atau dialisis peritoneal: 250-500 mg setiap 24 jam setelah dialisis.
- Dewasa dengan kandungan CrCl <30: 250-500 mg setiap 24 jam.
- Dewasa dengan kandungan CrCl 30-60: 250-500 mg setiap 12 jam.
- Wanita pra-menopause: 500 mg sebagai dosis tunggal.
- Anak-anak: 10-15 mg/kg berat badan selama 60 hari. Setelah konfirmasi paparan Bacillus anthracis maksimal 500 mg/dosis.
- Anak-anak usia ≥1 tahun: 10-20 mg/kg berat badan untuk 10-21 hari, maksimal 750 mg/dosis.
Interaksi Omeproksil
Potensi interaksi obat terjadi ketika digunakan bersamaan dengan obat lain, sehingga dapat mengubah cara kerja obat. Sebagai akibatnya, obat tidak dapat bekerja dengan maksimal atau bahkan menimbulkan racun yang membahayakan tubuh.
Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui obat apa saja yang sedang Anda konsumsi dan beri tahukan pada dokter. Jenis obat yang dapat berinteraksi dengan Omeproksil adalah:
- Antasida yang mengandung magnesium hidroksida atau aluminium hidroksida: menurunkan penyerapan Omeproksil oleh usus. Hal yang sama terjadi jika diberikan bersamaan dengan suplemen zat besi dan multi-vitamin yang mengandung zinc.
- Susu, produk yang kaya kalsium, multivitamin oral dan suplemen mineral yang mengandung kation divalen atau trivalen (misalnya Fe, Zn, Ca): bisa menurunkan level Omeproksil dalam darah di bawah level yang dibutuhkan.
- Omeproksil menunjukkan potensi untuk menghambat kerja enzim yang memecah tizanidine, theophylline, caffeine, methylxanthines, clozapine, olanzapine, dan ropinirole. Hal ini dapat meningkatkan level obat tersebut dalam darah, sehingga menyebabkan efek samping yang lebih parah.
- Dalam dosis tinggi, penggunaan Omeproksil bersamaan dengan anti inflamasi non steroid (NSAID) dapat menyebabkan kejang. Beberapa merek obat-obatan yang termasuk NSAID misalnya mefinal yang mengandung asam mefenamat, dan voltadex yang mengandung diclofenac.
- Antikoagulan oral (misalnya warfarin) dan anti diabetes glibenclamide: meningkatkan efek antikoagulan dan anti diabetes.
- Methotrexate: meningkatkan toksisitas methotrexate. Konsentrasi plasma Omeproksil dapat ditingkatkan oleh probenesid.
- Antiaritmia kelas IA (seperti quinidine, procainamide), antiaritmia kelas III (seperti amiodarone, sotalol), TCA, makrolides dan antipsikotik dapat menyebabkan efek aditif pada perpanjangan interval QT.
- Kortikosteroid (seperti dexamethasone, betamethasone) dapat meningkatkan risiko gangguan tendon parah.
- Interaksi yang berpotensi fatal, seperti: Peningkatan kadar tizanidine dalam serum yang bisa menyebabkan efek hipotensi dan sedatif.
Perhatian
Hal-hal yang harus diperhatikan pasien selama menggunakan Omeproksil adalah sebagai berikut:
- Penggunaan Omeproksil untuk pasien dengan penyakit hati harus dilakukan dengan sangat hati-hati.
- Efektivitas dan keamanan pemakaian pada anak-anak, wanita hamil dan menyusui belum terbukti. Obat ini mampu memasuki air susu ibu (ASI), maka penggunaan Omeproksil untuk ibu menyusui harus mempertimbangkan manfaat dengan risiko pada bayi.
- Omeproksil tidak boleh digunakan untuk mengobati penyakit infeksi oleh virus.
- Jangan hentikan pengobatan sebelum dosis dan durasi yang dianjurkan dokter selesai. Jika pengobatan dihentikan sebelum waktunya berpotensi terjadinya resistensi antibiotik.
- Hati-hati menggunakan antibiotik ini untuk pasien dengan epilepsi, riwayat gangguan sistem saraf pusat, defisiensi G6PD, perpanjangan interval QT, memiliki faktor risiko perpanjangan interval QT atau torsades de pointes (misalnya sindrom QT kongenital panjang, ketidakseimbangan elektrolit yang tidak dikoreksi, penyakit jantung).
- Omeproksil dapat memperburuk gejala myasthenia gravis.
- Omeproksil dapat menyebabkan pusing, sebaiknya tidak mengemudikan kendaraan atau mengoperasikan mesin.
- Pertahankan asupan cairan yang adekuat dan hindari alkalinitas urine yang berlebihan.
- Hindari paparan sinar matahari atau sinar UV buatan.
- Jika selama menggunakan obat Omeproksil Anda mengalami tendinitis atau ruptur tendon (misalnya nyeri, bengkak) saat berolahraga, segera istirahat dan hentikan olahraga.
- Laporkan kepada dokter jika Anda memiliki gangguan fungsi ginjal, hati, dan jantung, atau memiliki kelainan persendian dan tendon seperti rheumatoid arthritis.
- Minum antibiotik Ciprofloxacin dapat memperburuk kelemahan otot pada penderita miasthenia gravis. Laporkan kepada dokter bila Anda memiliki penyakit miasthenia gravis.
Penggunaan Omeproksil untuk Ibu Hamil
FDA dari Amerika Serikat (setara dengan BPOM di Indonesia) menggolongkan Ciprofloxacin ke dalam kategori C dengan penjelasan sebagai berikut:
Penelitian pada reproduksi hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin dan tidak ada studi yang memadai dan terkendali dengan baik pada manusia. Namun jika potensi keuntungan dapat dijamin, penggunaan obat pada ibu hamil dapat dilakukan meskipun potensi risiko sangat besar.
Meskipun hasil studi pada hewan tidak selalu ekuivalen dengan hasil pada manusia, namun efek buruk obat ini pada janin hewan harus menjadi pertimbangan serius sebelum menggunakan Omeproksil untuk ibu hamil. Karena obat ini diketahui mampu menembus plasenta, apabila harus digunakan harus di bawah pengawasan dokter.
Artikel terkait: