Kelumpuhan atau paralisis adalah hilangnya fungsi otot pada bagian tubuh. Bisa bersifat lokal atau umum, hanya sebagian atau lengkap, dan berlangsung sementara atau permanen. Paralisis dapat mempengaruhi setiap bagian tubuh di setiap saat dalam kehidupan manusia.
Seseorang yang mengalami paralisis, maka biasanya tidak akan merasakan rasa sakit pada bagian tubuh yang terkena. Hal ini bisa menipu seseorang untuk tidak menganggapnya sebagai kondisi serius. Padahal apabila ditangani dengan segera, maka kelumpuhan bisa kembali membaik tergantung penyebab yang mendasarinya.
Mengenal Gejala Paralisis
Gejala kelumpuhan biasanya mudah untuk dikenali. Jika Anda mengalami paralisis, maka Anda akan kehilangan rasa di bagian tubuh tertentu. Terkadang rasa kesemutan, kebas atau mati rasa mendahului gejala paralisis. Selanjutnya, paralisis akan membuat bagian tubuh yang terkena menjadi sulit untuk digerakkan secara mandiri.
Paralisis Berdasarkan Lokasi
Paralisis dapat diklasifikasikan berdasarkan bagian tubuh yang terkena, apakah itu mempengaruhi hanya bagian tubuh tertentu (paralisis lokal) atau tubuh secara umum (paralisis umum).
Contoh paralisis lokal meliputi:
- kelumpuhan wajah - yang biasanya terbatas pada satu sisi wajah, baca juga: Wajah Lumpuh Sebelah
- kelumpuhan tangan
- kelumpuhan pita suara - pita suara adalah sepasang struktur berbentuk seperti pita yang terdiri dari jaringan dan otot yang berfungsi menghasilkan suara. Kelumpuhan biasanya hanya mempengaruhi satu pita suara, yang berarti bahwa seseorang masih mampu untuk berbicara, tetapi suaranya menjadi serak
Contoh paralisis umum meliputi:
- monoplegia - paralisis pada salah satu anggota tubuh
- hemiplegia - kelumpuhan terjadi pada lengan dan kaki pada satu sisi tubuh
- paraplegia - kelumpuhan pada kedua kaki, atau terkadang meliputi panggul dan beberapa anggota tubuh bagian bawah
- tetraplegia (juga dikenal sebagai quadriplegia) - palisis pada lengan dan kaki
Paralisis Sementara dan permanen
Terjadinya paralisis bisa berlangsung hanya sementara atau permanen.
- Bell's Palsy merupakan penyebab yang relatif umum dari kelumpuhan sementara yang menyebabkan kelumpuhan wajah sementara.
- Kadang-kadang kelumpuhan yang terjadi setelah stroke juga bisa bersifat sementara.
- Kelumpuhan yang disebabkan oleh cedera serius, seperti leher patah, biasanya permanen.
Kelumpuhan parsial atau lengkap
Berdasarkan tingkat keparahannya, paralisis dapat dibagi menjadi:
- parsial - hanya sebagian artinya masih ada beberapa fungsi otot dan sensasi; misalnya, jika seseorang masih dapat memindahkan satu kaki, atau masih merasa sensasi seperti dingin dan panas.
- lengkap - disebut juga paralisis total yaitu ketika fungsi otot dan sensasi di anggota badan yang terkena benar-benar hilang.
Paralisis spastik atau flaksid
Kelumpuhan dapat:
- paralisis spastik - ketika otot-otot yang mengalami kelumpuhan menjadi kaku atau kejang, dan bisa muncul gerakan-gerakan yang tidak terkendali
- paralisis flaksid (lembek) - ketika otot-otot di kaki yang terkena dampak menjadi lemah dan lunglai; selanjutnya otot-otot bisa mengerut
Orang dengan paralisis spastik sering mengalami kelemahan otot dengan kejang (kontraksi otot tak sadar). Sedangkan orang dengan flaccid paralysis sering mengalami kelemahan otot tanpa kejang.
Dalam beberapa kondisi, seperti penyakit motor neuron atau cerebral palsy, seorang pasien bisa mengalami episode kelumpuhan spastik diikuti oleh flaccid paralysis, atau sebaliknya.
Bagaimana kelumpuhan didiagnosis?
Diagnosis paralisis mudah untuk ditegakkan, terutama ketika Anda mengalami kehilangan fungsi otot yang jelas. Untuk bagian tubuh internal di mana kelumpuhan lebih sulit diidentifikasi, dokter mungkin menggunakan X-ray, CT scan, MRI scan, atau studi pencitraan lain.
Jika Anda mengalami cedera tulang belakang, maka diperlukan pemeriksaan myelography untuk menilai kondisi saraf di tulang belakang. Dalam prosedur ini, cairan khusus akan dimasukkan ke saraf di tulang belakang. Cara ini akan membantu dokter melihat saraf dengan lebih jelas pada sinar-X. Di samping itu, terkadang diperlukan juga pemeriksaan elektromiografi. Prosedur ini dilakukan untuk mengukur aktivitas listrik pada otot.
Penyebab Paralisis
Kelumpuhan bisa terjadi sejak lahir akibat kelainan bawaan. Di lain pihak, paralisis berkembang kemudian akibat kecelakaan atau penyakit tertentu. Stroke merupakan salah satu contoh penyakit yang sering menyebabkan kelumpuhan. Penyakit ini bertanggung jawab di hampir 30 persen kasus. Sedangkan cedera tulang belakang menyumbang sekitar 23 persen kasus. Multiple sclerosis menyebabkan sekitar 17 persen kasus.
Penyebab tersering paralisis adalah kanker, cedera tulang belakang, dan Multiple sclerosis
Penyebab paralisis lainnya:
- cerebral palsy. Kondisi neurologis (otak dan sistem saraf) yang mempengaruhi koordinasi dan gerakan anak. Cerebral palsy disebabkan oleh kerusakan otak, yang biasanya terjadi sebelum, selama atau segera setelah lahir.
- sindrom pasca polio. Merupakan kelumpuhan yang terjadi akibat infeksi virus polio, terutama pada anak-anak. Kondisi ini dapat dicegah dengan melakukan imunisasi polio.
- cedera otak atau cedera kepala. Benturan atau pukulan akibat kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab tersering. Cedera kepala bisa menimbulkan pendarahan otak sehingga fungsi gerak tubuh bisa terganggu sesuai daerah otak yang terkena.
- neurofibromatosis. merupakan kelainan genetik dimana pertumbuhan sel terganggu sehingga tumbuh tumor-tumor pada jaringan saraf. Umumnya tumor-tumor ini bersifat jinak dan bisa muncul di berbagai bagian dari sistem saraf, seperti otak, sum-sum tulang belakang hingga saraf-saraf tepi.
- cacat lahir. Misalnya gangguan pembentukan tulang belakang pada kasus sipina bifida.
- kanker. Kanker yang berkembang di otak dapat menyebabkan kelumpuhan, biasanya pada satu sisi tubuh.Kanker otak juga bisa terjadi akibat penyebaran kanker dari organ tubuh lainnya (metastasis) yang juga bisa menyebabkan kelumpuhan.
Langkah Pengobatan
Terapi atau pengobatan yang tepat akan tergantung pada penyebab kelumpuhan, serta gejala yang muncul. Misalnya, dokter mungkin merekomendasikan:
- operasi atau mungkin amputasi
- terapi fisik (fisioterapi)
- pekerjaan yang berhubungan dengan terapi
- alat bantu mobilitas, seperti kursi roda, tongkat, atau perangkat lain
- obat-obatan, seperti Botox atau pelemas otot, jika Anda memiliki paralisis spastik
Dalam banyak kasus, paralisis tidak dapat disembuhkan. Akan tetapi tim medis Anda dapat merekomendasikan berbagai perawatan, alat, dan strategi untuk membantu mengelola gejala.
Banyak orang yang mengalami kelumpuhan tidak pernah mendapatkan kembali fungsi gerak ataupun sensasi di daerah tubuh yang terkena. Meskipun begitu, dokter akan mengupayakan berbagai intervensi terapi, atau strategi lain untuk membantu meningkatkan kualitas hidup.
Misalnya, kursi roda, tongkat, atau perangkat robot pada tubuh memungkinkan Anda untuk bergerak secara independen. Terapis okupasi dan profesional lainnya dapat membantu memodifikasi benda-benda seperti pakaian, rumah, mobil, dan lain-lain agar sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan Anda.
Dokter mungkin juga merekomendasikan perubahan gaya hidup, obat-obatan, operasi, atau perawatan lainnya untuk membantu mengelola potensi komplikasi.
Tanyakan kepada dokter untuk informasi lebih lanjut tentang diagnosis spesifik, rencana pengobatan, dan prospek jangka panjang.
Malam dok, saya mau tanya kalau gejala penyakit jantung rematik apa saja ya? apa bisa didiagnosa dengan anamnesa, jika bisa, berapa persen tingkat keakuratannya terhadap kemungkinan menderitanya?