Pernikahan adalah salah satu keputusan yang paling berarti dalam kehidupan seseorang, karena pernikahan secara substansial memiliki hubungan dengan hampir setiap aspek kehidupan. Pernikahan bisa menjadi sumber cinta dan kebahagiaan. Namun, pernikahan juga dapat menyebabkan stres, kegelisahan atau sakit hati.
Banyak pernikahan begitu kacau sehingga akhirnya berakhir dengan perceraian.
Sebuah penelitian menunjukan bahwa kesejahteraan dan stabilitas pernikahan dapat memiliki dampak penting pada kesehatan seseorang.
Studi ilmiah baru-baru ini menemukan bahwa pernikahan memainkan peran konsekuensial terhadap risiko stroke, yang merupakan salah satu peristiwa medis yang dapat berpotensi mengubah kehidupan seseorang.
Sebuah studi tahun 2016 yang diterbitkan dalam The Journal of American Medical Association melaporkan bahwa menikah berkaitan dengan kelangsungan hidup yang lebih baik setelah stroke.
Hasil ini konsisten dengan beberapa temuan ilmiah lainnya yang menghubungkan pernikahan yang sehat dengan ketahanan hidup stroke dan bahkan dengan penurunan risiko terkena stroke. Yang mengejutkan, dampak pernikahan pada risiko stroke berlangsung selama beberapa generasi.
Dan, hal menarik lainnya adalah bahwa pernikahan tampaknya mempengaruhi pria dan wanita secara berbeda dalam hal risiko stroke.
Dampak Stroke pada hubungan pernikahan
Yang menarik, stabilitas pernikahan tidak hanya mempengaruhi risiko mengalami serangan stroke pada pasangan tersebut, tetapi juga dapat meningkatkan risiko stroke pada anak-anak.
Tetapi tidak hanya keadaan pernikahan mempengaruhi risiko stroke, stroke juga dapat mempengaruhi keadaan pernikahan suatu pasangan.
Stroke yang parah dapat menyebabkan perubahan kepribadian pada penderita stroke, sehingga dapat mempengaruhi kualitas dan kepuasan pernikahan suatu pasangan. Depresi adalah perubahan kepribadian yang paling umum terjadi setelah seseorang atau pasangannya mengalami stroke.
Perubahan kepribadian lain yang muncul pasca stroke termasuk hilangnya empati, hilangnya selera humor, dan bahkan perasaan cemburu yang baru berkembang.
Risiko Stroke setelah perceraian
Sebuah penelitian yang diterbitkan di Swedia melaporkan bahwa kejadian stroke meningkat dalam beberapa tahun pertama setelah pernikahan berakhir.
Resiko mengalami stroke meningkat akibat perceraian atau karena kematian pasangan. Meningkatnya resiko terserang stroke dapat terjadi pada pria dan wanita, tetapi risiko mengalami stroke pada pria lebih tinggi dibandingkan pada wanita pasca berpisah.
Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan meningkatnya risiko stroke akibat berakhirnya suatu pernikahan. Contohnya adalah kecemasan, kesedihan dan perawatan diri yang kurang.
Selain itu, perubahan gaya hidup setelah menikah mungkin berbeda untuk pria dan wanita, dan ini bisa menjelaskan tingkat stroke yang berbeda antara pria dan wanita setelah berakhirnya sebuah pernikahan.
Menariknya, pria yang belum pernah menikah tidak menunjukkan peningkatan tingkat stroke dibandingkan dengan pria pada usia yang sama, yang baru mengalami perceraian dengan pasangannya.
Risiko menderita Stroke pada pernikahan yang tidak bahagia
Perceraian dapat mempengaruhi terjadinya stroke secara berbeda pada pria maupun wanita. Pernikahan yang tidak bahagia juga dapat mempengaruhi pria dan wanita dengan cara yang berbeda. Investigasi dari The University of Colorado di Boulder melaporkan bahwa pernikahan yang tidak bahagia, dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke pada wanita, tetapi tidak pada pria.
Risiko Stroke pada anak pasca perceraian orang tua
Yang mengejutkan, perceraian memiliki dampak meningkatkan risiko stroke tidak hanya pada pasangan. Sebuah studi yang diterbitkan dalam International Journal of Stroke menyimpulkan bahwa perceraian orang tua selama masa kanak-kanak meningkatkan risiko stroke pada pria di usia dewasa sebanyak tiga kali lipat.
Stroke dapat menyebabkan terjadinya sejumlah perubahan neurologis, termasuk perubahan dalam kemampuan penderita stroke untuk memahami perasaan dan ekspresi wajah orang lain. Kurangnya respon sosial dan emosional yang tepat dari penderita stroke dapat sangat sulit dihadapi oleh pasangan penderita stroke.
Pernikahan memainkan peran besar dalam kehidupan seseorang. Maka bukan suatu hal yang mengherankan jika kualitas perkawinan dapat mempengaruhi risiko terjadinya stroke, yang merupakan penyakit yang disebabkan oleh interaksi sejumlah faktor sosial, emosional, dan kesehatan yang kompleks.
Sangat menarik bahwa kesejahteraan perkawinan dan perceraian mempengaruhi pria dan wanita secara berbeda - dan peningkatan risiko stroke lebih mempengaruhi anak laki-laki dibandingkan dengan anak-anak perempuan mereka.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.