Apa itu penyakit lupus?
Penyakit lupus atau dalam dunia medis dikenal sebagai Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah sebuah penyakit autoimun di mana terjadinya peradangan sistem imun atau kekebalan tubuh yang menyerang sel, jaringan, dan organ tubuh sendiri. Pada kondisi normal, sistem imun akan melindungi tubuh dari infeksi. Akan tetapi pada penderita lupus, sistem imun justru menyerang tubuhnya sendiri.
Penyakit autoimun merupakan suatu penyakit di mana sistem kekebalan tubuh menyerang jaring-jaringan tubuh yang sehat seperti kulit, sendi, sel darah, paru-paru, otak, sumsum tulang belakang dan lainnya. Ketidakseimbangan imun, antibodi, dan darah dapat menimbulkan gejala yang bervariasi di beberapa bagian tubuh dan penyakit lain yang ikut menyertainya. Penyakit lupus cenderung sulit untuk didiagnosa dan memerlukan pengobatan dengan jangka panjang.
Penyebab penyakit lupus
Tidak sedikit orang terkena penyakit yang satu ini. Sekitar 10 dari 100.000 penduduk di dunia menderita penyakit lupus. Penyakit ini umumnya lebih banyak menyerang wanita pada usia antara 18-40 tahun.
Penyakit lupus terbentuk dari ikatan jaringan antibodi dan kompleks imun pada tubuh. Kondisi ini dipicu oleh masalah hormon (estrogen/prolaktin), genetik (riwayat keluarga), dan virus (Epstein Barr Virus).
Respon imun yang abnormal ini menyerang beberapa bagian tubuh sehingga menimbulkan inflamasi. Produksi Tumous Necrosis Factor (TNF) dan IFN-Alpha adalah mediator yang menyebabkan inflamasi pada sel dan jaringan. Inflamasi jangka panjang ini dapat memicu kerusakan organ tubuh.
Gejala penyakit lupus
Respon imun kompleks tersebut menyebabkan kerusakan jaringan dan organ tubuh karena inflamasi sehingga menimbulkan gejala. Berikut merupakan gejala penyakit lupus yang sering muncul dan dirangkum sesuai kriteria dari American College of Rheumatology (ACR).
- Bercak kemerahan di daerah kedua pipi yang berbentuk seperti kupu-kupu dan sedikit menonjol (Malar Rash/Butterfly Rash/ Discoid Rash).
- Bercak pada kulit yang gatal akibat sinar matahari (Fotosensitivitas)
- Sariawan di sekitar mulut (ulkus mulut)
- Rasa nyeri di persendian (arthritis)
Gejala lain sebagai pemicu penyakit yang berhubungan dengan lupus yaitu:
- Gangguan pada lapisan jantung dan rongga pleura (Perikarditis/pleuritis)
- Gangguan ginjal (Glomerulonefritis)
- Gangguan saraf (Kejang dan psikosis)
Gejala lain penyakit lupus seperti rasa lelah, sakit kepala, demam, nyeri dada, nyeri otot, gangguan pencernaan, anemia, bengkak pada kaki, pucat dan dingin pada ujung jari-jari tangan serta kaki (Raynaud Phenomenon), dan rambut rontok.
Pencegahan penyakit lupus
Risiko komplikasi penyakit lupus dapat dikurangi melalui langkah-langkah berikut:
- Berolahraga secara rutin
- Menjaga berat badan dalam batasan ideal dan sehat
- Menerapkan pola makan yang sehat dan seimbang
- Hindari makanan yang banyak mengandung lemak jenuh, gula, atau garam
- Perbanyak konsumsi buah dan sayur
- Berhenti merokok
- Membatasi konsumsi minuman beralkohol
Pengobatan penyakit lupus
Diagnosis penyakit lupus
Dokter melakukan pemeriksaan seperti pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat gejala apa saja yang muncul pada tubuh. Gejala utama seperti butterlfy rash dapat menjadi kunci utama dokter mencurigai adanya penyakit lupus sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk mengkonfirmasi diagnosis.
Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan antibodi, pemeriksaan darah lengkap, dan pemeriksaan imunologi juga akan dilakukan untuk memastikan hasil diagnosis.
- Pemeriksaan antibodi: Pemeriksaan Antinuclear Antibodies (ANA) merupakan salah satu pemeriksaan paling sensitif untuk menegakkan diagnosis penyakit lupus. Penyakit lupus murni tanpa keterlibatan obat-obatan pemicu lupus akan menghasilkan nilai positif pada pemeriksaan.
- Pemeriksaan darah lengkap: Dokter melakukan pemeriksaan darah untuk melihat apakah ada perubahan nilai sel darah putih. Pada penyakit lupus, sel darah putih seperti leukosit atau limfosit dan trombosit akan mengalami penurunan. Trombosit yang mengalami penurunan pertanda bahwa sistem kekebalan tubuh menurun.
- Pemeriksaan Imunologi: Pemeriksaan dengan Anti-dsDNA dapat membantu menegakkan diagnosis lupus meskipun kurang sensitif. Anti-dsDNA berguna untuk memonitor keganasan imun pada seseorang yang sudah didiagnosis penyakit lupus. Anti-dsDNA yang meningkat dapat dicurigai adanya inflamasi dan kerusakan organ lain. Pemeriksaan Anti-dsDNA dilakukan bersamaan dengan tes Anti-Sm. Nilai Anti-Sm dapat menjadi positif bila bersamaan dengan meningkatnya Anti-dsDNA.
Obat penyakit lupus
Pengobatan penyakit lupus dibagi sesuai tingkat keparahannya. Obat penyakit lupus adalah nonsteroid anti-inflamasi (NSAID), kortikosteroid, antimalaria, dan imunosupresan.
- Methotrexate (MTX). Methotrexate merupakan pilihan utama obat imunosupresan pada penyakit autoimun sekaligus obat pada pasien kemoterapi. Jenis obat imunosupresan lain yang dapat diberikan adalah azathioprine, cyclophosphamide, dan mycophenolate. Pemberian obat MTX dimulai dari dosis rendah. Obat ini memiliki efek samping berupa gangguan pencernaan, nyeri ulu hati, dan gangguan enzim liver
-
Obat Nonsteroid Anti-inflamasi (NSAID). Obat NSAID seperti aspirin atau parasetamol dapat digunakan bersamaan dengan obat MTX untuk mengurangi nyeri. Obat ini memiliki efek samping pada pencernaan sehingga seseorang dengan riwayat maag atau nyeri ulu hati, dosis pemberian obat ini perlu diperhatikan
- Kortikosteroid. Obat kortikosteroid berisi hormon steroid sebagai anti-inflamasi untuk menekan pusat inflamasi dan imunitas. Contoh obat kortikosteroid yang digunakan pada penyakit lupus yaitu predinisone dan metylprednisolone. Pemberian kortikosteroid jangka panjang dapat menyebabkan penumpukan cairan berlebih pada tubuh dan risiko hipertensi
- Cyclosporin. Cyclosporin adalah obat yang banyak digunakan pada transplantasi organ. Untuk penyakit lupus, obat ini bermanfaat sebagai imunosupresan untuk menurunkan aktivitas sistem imun
- Obat anti-malaria. Obat anti-malaria menjadi salah satu obat utama penyembuhan penyakit lupus karena dapat mengurangi bercak butterfly rash dan mengurangi kekambuhan. Contoh obat anti-malaria yang diberikan yaitu hidroksiklorokuin dan klorokuin
Selalu ikuti aturan pakai yang diberikan dokter. Dosis setiap obat perlu diperhatikan untuk menghindari efek samping yang mungkin timbul. Selain terapi obat-obatan, rehabilitasi dengan istirahat dan terapi fisik sangat bermanfaat untuk mempercepat proses kerja obat dalam menstabilkan imun tubuh dan mengurangi gejala.
Dok, selama ini saya mengonsumsi obat penggemuk badan yang dijual dipasaran, mungkin sudah bertahun-tahun. Pengaruhnya memang bagus. Dalam tiga bulan berat saya naik dari 49 kg ke 62 kg, badan saya fit, tidur teratur, dan kulit jadi lebih halus. Tapi, saat konsumsinya saya hentikan, saya mulai ke...