Apa itu sifilis?
Penyakit sifilis atau yang sering disebut raja singa adalah salah satu penyakit menular seksual (IMS) di mana sifilis disebabkan oleh infeksi bakteri. Kondisi ini bisa terjadi terutama jika melakukan hubungan seksual dengan penderita sifilis terlebih tanpa penggunaan pengaman (kondom).
Bakteri penyebab penyakit sifilis adalah Treponema pallidum. Gejala sifilis diawali dengan adanya luka di area kelamin, mulut, ataupun dubur tetapi tidak disertai rasa sakit. Oleh karena itu, penyakit sifilis seringkali tidak disadari, padahal penularan infeksi bakteri ini bisa saja sudah terjadi.
Booking Klinik STD via HonestDocs
Dapatkan diskon hingga 70% paket std hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!
Penyebab sifilis
Sifilis disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum. Bakteri ini masuk dan menginfeksi penderitanya melalui hubungan seksual terutama hubungan seksual yang berisiko tinggi seperti gonta-ganti pasangan, ataupun berhubungan seksual tanpa pengaman (kondom).
Selain itu, penyakit sifilis disebabkan oleh penggunaan jarum suntik secara bersamaan ataupun bergantian, termasuk alat kesehatan yang tidak steril, misalnya penggunaan narkoba, pembuatan tattoo, ataupun suntikan lainnya.
Baca juga: Mengetahui Perilaku Seksual Masyarakat Indonesia
Gejala sifilis
Perkembangan penyakit sifilis terbagi melalui 4 tahap, yaitu sifilis primer, sekunder, laten dan tersier. Masing-masing tahap menunjukkan tanda-tanda atau gejala tertentu seiring perkembangan penyakit. Pada tahap awal, gejala sifilis relatif ringan sehingga kebanyakan orang tidak menyadari bahwa dirinya mengidap penyakit ini.
Selain itu, terdapat pula sifilis kongenital yang merupakan jenis penyakit sifilis yang ditularkan dari ibu kepada bayi saat bayi dalam kandungan atau sesaat setelah dilahirkan.
Berikut adalah beberapa gejala sifilis sesuai tahap perkembangannya:
1. Sifilis primer
Pada tahap ini, penderita sifilis mulai menderita lesi atau luka pada kelamin atau sekitar anus, penis atau vulva. Lesi atau luka juga bisa terjadi di dalam dan sekitar mulut. Luka tersebut tidak menimbulkan rasa sakit dan hanya terlihat seperti luka bekas gigitan serangga.
Booking Klinik STD via HonestDocs
Dapatkan diskon hingga 70% paket std hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!
Pada 10 persen kasus ditemukan di jari tangan, oropharynx, lidah, ataupun payudara. Gejala ini terlihat pertama kali sekitar 10 hari setelah terinfeksi bakteri dan berlangsung kurang lebih dalam kurun waktu 1-3 bulan. Luka ini kebanyakan akan sembuh tanpa meninggalkan bekas jika penanganan segera dilakukan. Proses pemulihan penyakit sifilis sendiri biasanya sekitar 4-8 minggu.
2. Sifilis sekunder
Tahap sifilis sekunder umumnya berlangsung sekitar 2-10 minggu sebagai lesi awal dan berkembang hingga 3-4 bulan setelah infeksi. Gejala sifilis yang biasa muncul dapat berupa bercak merah atau ruam pada seluruh tubuh yang tidak gatal dan simetris pada kedua tubuh.
Pada tahap sekunder akan terlihat ruam merah pada tubuh penderita terutama pada telapak tangan atau telapak kaki. Pada tahap ini juga kemungkinan terjadi keluhan lain seperti sakit kepala, demam, penurunan nafsu makan, radang tenggorokan, nyeri sendi, dan kutil pada kelamin atau anus.
3. Sifilis laten
Setelah penderita melewati tahap sekunder, penderita sifilis akan merasa seakan-seakan sembuh. Hal ini terjadi karena pada tahap ini gejala sama sekali tidak terlihat. Namun sebenarnya, bakteri penyebab penyakit sifilis adalah Treponema pallidum masih tetap ada di dalam tubuh penderita.
Pada tahap sifilis laten biasanya berlangsung sampai sekitar 2 tahun dan sudah tidak menimbulkan gejala. Jika penderita sifilis tidak menyadari bahwa dirinya mengidap penyakit kelamin ini dan tidak segera melakukan pengobatan yang tepat, maka penyakit ini dapat berkembang ke tahap yang paling berbahaya, yaitu sifilis tersier.
4. Sifilis tersier
Pada sifilis tersier, infeksi bakteri bersifat progresif yang semakin lama makin parah. Penyakit sifilis akan mulai menimbulkan sejumlah gangguan kesehatan serius pada mata, otak, jantung, pembuluh darah, hati, tulang ataupun sendi. Akibatnya terjadi komplikasi pada organ tubuh tersebut.
Booking Klinik STD via HonestDocs
Dapatkan diskon hingga 70% paket std hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!
Beberapa penyakit yang pernah dilaporkan terjadi akibat komplikasi sifilis adalah kelumpuhan, kebutaan, demensia, bahkan stroke dan penyakit jantung.
Baca juga: Infeksi Bakteri dan Infeksi Virus, Ketahui Apa Bedanya?
Di luar 4 jenis gejala dan tahap perkembangan penyakit sifilis, terdapat pula sifilis kongenital. Penyakit ini dapat ditularkan oleh ibu kepada bayinya selama dalam kandungan ataupun pada proses persalinan.
Pada sifilis kongenital, gejala yang bisa terjadi pada bayi yang tertular dapat meliputi gangguan pendengaran, batang hidung yang rata, deformasi gigi dan pertumbuhan tulang yang tidak normal. Maka, ibu hamil menderita penyakit ini harus segera mendapatkan penanganan yang tepat. Sebabnya, sejumlah risiko seperti keguguran, bayi lahir prematur, atau bahkan bayi meninggal dalam kandungan bisa terjadi.
Risiko penularan penyakit sifilis
Risiko penularan sifilis paling rentan terjadi pada tahap primer dan sekunder. Pada tahap awal, gejala sifilis relatif ringan sehingga penderita kadang tidak menyadarinya. Akibatnya, tidak ada upaya untuk mencegah penularan penyakit ini.
Gejala sifilis yang terlihat dan dirasakan penderita tergantung dari tiap tahap perkembangan penyakit. Penyakit sifilis juga dikenal sebagai “the great imitator” karena gejala klinisnya menyerupai beberapa penyakit kulit lain.
Oleh karena itu, jika menyadari adanya tanda atau gejala sifilis, segera lakukan pemeriksaan kesehatan atau konsultasikan dengan dokter. Hal ini dapat membantu mencegah penularan ke pasangan dan mempercepat proses penyembuhan penyakit.
Pengobatan sifilis
Sebelum pengobatan, dokter akan melakukan beberapa tes pemeriksaan untuk memastikan apakah terdapat infeksi bakteri penyebab sifilis atau tidak. Tes yang dilakukan bisa berupa tes darah atau pengamatan visual dari cairan luka melalui mikroskop.
Untuk pengobatan sifilis, biasanya dokter akan memberikan resep obat antibiotik. Terapi lini pertama yang dilakukan untuk pengobatan sifilis adalah injeksi intramuskular antibiotik benzatin penicillin G. Antibiotik lain seperti ceftriaxone (antibiotik golongan cephalosporin generasi ketiga) juga dapat diberikan karena diketahui mempunyai efektivitas yang sama dengan antibiotik golongan penicillin.
Baca juga: Manfaat, Dosis, & Efek Samping Penicillin G
Sedangkan antibiotik doxycycline dan tetracycline biasanya diberikan pada pasien yang alergi terhadap antibiotik turunan penicillin. Akan tetapi, penggunaan antibiotik ini harus dihindari oleh ibu hamil karena obat antibiotik ini mempunyai efek buruk terhadap janin.
Doxycycline dan tetracycline juga dikontraindikasikan untuk bayi dan anak di bawah 8 tahun karena bisa menyebabkan gigi kuning, abu-abu, coklat hingga hitam.
Pengobatan sifilis biasanya berlangsung selama kurang lebih 14 hari, tetapi jumlah dosis dan lamanya terapi pengobatan tergantung dari hasil pemeriksaan dokter. Jika penyakit ini sudah mencapai tahap tersier atau pengobatan lebih dari 14 hari, maka prosedur pengobatan umumnya dilakukan melalui injeksi atau suntikan.
Pengobatan dengan antibiotik di atas hanya bisa membantu menghentikan infeksi bakteri penyebab penyakit sifilis, tetapi tidak bisa menyembuhkan gangguan kesehatan yang terjadi pada organ tubuh lain akibat komplikasi yang timbul. Dokter juga akan menyarankan untuk tidak melakukan hubungan intim terlebih dahulu sampai benar-benar sembuh.
Pencegahan sifilis
Untuk menghindari penyakit sifilis, maka lakukan hubungan seksual dengan aman menggunakan kondom serta tidak bergonta ganti pasangan. Meski hal itu tidak dapat menjamin sepenuhnya terhindar dari penyakit sifilis, tetapi termasuk cara terbaik untuk mencegahnya.
Baca juga: Cara Benar dan Aman Menggunakan Kondom
Faktor risiko lain, seperti penggunaan jarum suntik yang tidak steril juga harus dihindari untuk mencegah penyakit sifilis. Oleh karena itu, pastikan bahwa jarum suntik yang akan digunakan masih tersegel dengan aman dan hindari penggunaan secara bergantian dengan orang lain.
Lakukan juga tes pemeriksaan atau skrining penyakit menular seksual jika sudah aktif berhubungan intim terutama bagi orang yang memiliki faktor risiko tinggi terhadap penyakit sifilis.
Hai dok, nama saya Iman suherman…saya sudah pernah hepatitis A sekitar 2th yg lau, nah sekarang ini sepertinya mau kumat lagi, tolong infonya ya dok kira2 saya bisa sembuh total tdk? Thnks