Jika Anda pernah berpikir apakah bengkak, benjolan dan warna kulit pada daerah vagina Anda normal, maka Anda tidak sendiri. Bengkak dan benjolan pada vagina cukup umum terjadi khususnya selama masa-masa dimana Anda melahirkan dan ketika Anda bertambah usia.
Pada artikel berikut akan dibahas mengenai penyebab perubahan kulit pada daerah ini dan kapan sebaiknya Anda memeriksakan diri ke dokter.
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai benjolan pada vagina, Anda perlu mengetahui perbedaan dari vagina dan vulva. Ketika mendengar kata vagina, kebanyakan orang akan mengira bila kedua organ tersebut sama. Vagina dan vulva merupakan organ berbeda. Vulva adalah organ kewanitaan yang berada pada bagian luar.
Sementara vagina merupakan tuba muskular yang mengarah pada dinding rahim Anda, yang mana juga mengarah pada pembukaan rahim. Lapisan jaringan terluar pada vagina Anda merupakan membran mukus, sama seperti jaringan di dalam mulut dan hidung Anda. Benjolan dan bengkak pada permukaan vagina disebut dengan rugae.
Rugae mirip seperti lipatan jaringan berlebih ketika vagina mengalami peregangan. Selama berhubungan seksual dan melahirkan, rugae membuat vagina dapat melebar.
Vulva sendiri terdiri dari beberapa organ yaitu:
- Labia majora, yang merupakan bibir terlebar dari vulva Anda. Bagian terluar dari labia majora merupakan daerah dimana rambut pubik tumbuh. Kulit yang tidak berambut pada lipatan yang lebih dalam lebih lembut dan mengandung kelenjar minyak yang disebut dengan kelenjar sebum
- Jika Anda membuka labia majora Anda akan melihat labia minora Anda. Labia minora merupakan bibir yang lebih kecil dari kulit tipis yang mengelilingi pembukaan ke vagina Anda
- Kelenjar Skene dan Bartholin, yang menghasilkan mukus dan pelumas lain ditemukan di labia minora. Labia minora juga memiliki titik kecil berisi kelenjar minyak
Penyebab
Bengkak dan benjol pada vagina dan vulva Anda bisa jadi normal atau mungkin merupakan kondisi yang membutuhkan perhatian medis. Berikut ini merupakan sepuluh kemungkinan penyebab perubahan pada kulit pada vulva dan vagina Anda.
Kista Vulva
Vulva terdiri dari beberapa kelenjar seperti kelenjar minyak, Bartholin dan Skene. Kista dapat terbentuk jika kelenjar tersebut tersumbat. Ukuran kista dapat beragam namun seringnya seperti benjolan kecil dan keras. Kista jarang menyebabkan rasa sakit kecuali mereka terinfeksi.
Kista Vagina
Kista vagina biasanya tidak menyebabkan rasa sakit. Hal ini jarang menjadi hal gawat selama tidak menyebabkan rasa tidak nyaman saat berhubungan seks. Biasanya kista vagina perlu untuk dikeringkan atau diangkat dengan prosedur operasi.
Bintik Fordyce
Bintil Fordyce atau kelenjar sebum merupakan benjolan kecil berwarna putih atau kekuningan yang berada dalam vulva. Bintik ini juga dapat ditemukan di bubur dan pipi. Hal ini biasanya muncul pertama kali ketika masa pubertas dan bertambah seiring dengan waktu. Bintik ini tidak berbahaya dan menyebabkan rasa sakit
Varikositis
Varikositis merupakan pembuluh vena yang membengkak dan dapat terjadi di sekitar vulva. Hal ini terjadi sekitar 10 persen saat hamil atau seiring dengan bertambahnya usia.
Hal ini nampak seperti benjolan atau pembuluh Vena yang membengkak di sekitar labia majora dan minora. Anda mungkin tidak merasa sakit, namun terkadang hal ini dapat terasa berat, gatal atau berdarah.
Rambut yang Tumbuh ke Dalam
Mencukur rambut pubis dapat meningkatkan resiko terjadinya rambut pubis tumbuh ke dalam. Hal ini dapat menyebabkan terbentuknya benjolan kecil, bulat, kadang terasa sakit dan gatal. Benjolan dapat berisi nanah dan kulit di sekitar benjolan biasanya berwarna lebih gelap.
Label kulit vagina
Label kulit merupakan kelebihan kulit yang kecil dan menutupi bagian yang lain. Hal ini tidaklah berbahaya dan membuat rasa tidak nyaman selama tidak digaruk dan terkena sesuatu yang membuat iritasi. Jika hal ini membuat Anda cukup terganggu, Anda dapat meminta dokter untuk mengangkatnya dengan prosedur operasi atau laser.
Sklerosis Liken
Sklerosis liken merupakan kondisi kulit tidak wajar yang biasanya menyerang wanita yang telah melalui masa menopause. Hal ini paling sering terjadi pada vulva dan sekitar anus. Gejalanya dapat berupa:
- Gatal-gatal, biasanya cukup berat
- Bagian kulit yang tipis dan mengkilat dan mudah terkelupas
- Bintik putih pada kulit yang seiring dengan waktu berubah menjadi daerah kulit yang mengkerut dan tipis
- Berdarah atau memar
- Melepuh baik berisi darah atau tidak
- Terasa sakit saat buang air kecil atau selama berhubungan seks.
Herpes Kelamin
Herpes kelamin merupakan infeksi yang disebabkan oleh herpes simpleks virus. Herpes dapat menular melalui hubungan seks vaginal, oral atau anal. Sekitar satu dari lima orang Amerika menderita herpes kelamin.
Seringnya gejalanya cukup ringan pada mereka yang menderita herpes kelamin sehingga penderita tidak menyadari telah terinfeksi.
Kutil Kelamin
Kutil kelamin disebabkan oleh infeksi HPV. Virus ini menyebar melalui hubungan seksual melalui vagina atau anal. Virus ini lebih jarang menyebar melalui hubungan seks oral. Beberapa orang tidak menyadari memiliki kutil kelamin. Jika Anda memiliki gejala berikut kemungkinan Anda memiliki kutil kelamin:
- Sekelompok benjolan kecil berwarna pada kulit
- Bagian kulit terasa kasar, terkadang menyerupai kembang kol
- Terasa gatal dan terdapat rasa terbakar
Kanker
Kanker vulva jarang terjadi dan kanker vagina bahkan lebih jarang terjadi. Gejala dari kondisi pre-kanker dan kanker dapat berupa:
- Luka datar atau timbul atau benjolan pada vulva Anda
- Warna kulit yang mengelilingi daerah tersebut menjadi lebih terang atau gelap
- Sebagian daerah kulit menebal
- Gatal-gatal, sensasi panas dan terasa nyeri
- Luka yang tidak sembuh dalam beberapa minggu
- Pendarahan atau keputihan yang tidak wajar
Kanker vulva lebih sering terjadi pada wanita yang lebih tua dan wanita yang merokok. Anda juga memiliki resiko yang lebih tinggi jika Anda terinfeksi virus HPV. Kanker vulva dan vagina didiagnosis dengan mengambil jaringan dari lesi yang dicurigai dan diperiksa di bawah mikroskop.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.