Sungguh kasihan memang saat melihat seorang bayi lucu menggemaskan yang terlahir dengan kondisi bibir sumbing. Dari situ, banyak dari kita yang bertanya-tanya kira-kira apa yang menjadi penyebab bibir sumbing.
Bibir sumbing, baik yang unilateral (hanya pada satu sisi bibir) ataupun yang bilateral (pada kedua sisi bibir), dapat diderita oleh bayi baru lahir apabila jaringan otot pada wajah dan mulutnya tidak menyatu dengan sempurna. Jaringan otot yang membentuk bibir dan langit-langit mulut janin akan mengalami proses penggabungan ketika usia kandungan masuk bulan kedua dan ketiga. Namun pada bayi yang menderita bibir sumbing, proses penyatuan tersebut tak pernah terjadi. Kalaupun tetap berlangsung, proses penyatuannya mungkin tidak sampai selesai sehingga masih menyisakan celah yang membuat tampilan bibir jadi kurang sempurna.
Kalau kondisi ini dibiarkan hingga bayi bertumbuh besar, maka cacat bawaan ini dapat membuat anak minder. Selain itu, bayi yang mengidap bibir sumbing juga akan mengalami kendala saat makan, minum, atau berbicara. Akibatnya mereka bisa mengalami underweight, kurang gizi, dehidrasi, dan lain sebagainya. Anak-anak ini juga berisiko terkena gangguan kesehatan lain seperti infeksi pendengaran atau masalah pada pertumbuhan giginya.
Penyebab Bibir Sumbing Pada Bayi Baru Lahir
Pada kebanyakan kasus, penyebab bibir sumbing tidak diketahui secara pasti. Inilah yang membuat kondisi ini tidak dapat dicegah. Namun, para ahli menduga kalau penyebab bibir sumbing yang paling umum adalah karena faktor keturunan yang mungkin dipicu juga oleh faktor luar.
Baik ibu atau ayah, masing-masing pihak ternyata berpotensi menurunkan gen yang dapat menyebabkan bibir sumbing. Bila ada anggota keluarga sebelumnya yang memiliki bibir sumbing, maka itu juga memperbesar kemungkinan janin mengalami hal yang sama. Selain itu, bayi laki-laki juga lebih berisiko memiliki bibir sumbing dibandingkan bayi perempuan. Penyebab genetik lain yang mungkin agak susah dihindari adalah sindrom malformasi, seperti Van der Woude syndrome atau sindrom DiGeorge (velocardiofacial syndrome). Kedua sindrom ini memiliki kesamaan gejala yaitu bibir sumbing.
Bicara soal faktor keturunan, mungkin tidak ada hal yang dapat kita lakukan untuk mengubahnya. Namun untuk faktor luar, untungnya masih ada tindakan pencegahan yang bisa dilakukan agar buah hati jangan sampai terlahir dengan bibir sumbing. Berikut merupakan beberapa perkiraan penyebab bibir sumbing pada bayi baru lahir:
1. Makanan & Minuman Yang Dikonsumsi Ibu Saat Hamil
Kebanyakan ahli menganggap bahwa konsumsi alkohol saat hamil (dalam bentuk apapun) dapat memicu terjadinya bibir sumbing pada buah hati. Penyebab lain bibir sumbing yang terkait dengan makanan adalah karena defisiensi vitamin, mineral, dan asam folat. Oleh karena itu, ketika mengandung, sebaiknya calon ibu rajin mengonsumsi sumber asam folat seperti brokoli, lobak, seledri, almond, jagung, bayam, alpukat, jeruk, strawberry, raspberry, dan pisang, agar tumbuh-kembang bayi tidak terhambat.
Baca juga: Sumber Makanan yang Mengandung Asam Folat
2. Obesitas
Wanita yang mengalami obesitas sebelum hamil digadang-gadang juga berisiko lebih tinggi dalam melahirkan bayi dengan bibir sumbing. Meskipun wajar berat badan bertambah saat hamil, namun sebaiknya tetap jangan berlebihan agar tidak sampai obesitas dan membahayakan tumbuh kembang janin.
3. Rokok
Ibu hamil yang merokok saat mengandung memiliki peluang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan bibir sumbing, ketimbang yang tidak merokok. Oleh sebab itu, ibu hamil sebaiknya tidak merokok ataupun menjadi perokok pasif. Kenakan masker bila terpaksa harus berhadapan dengan orang lain yang merokok.
4. Diabetes
Diabetes yang diderita seorang wanita dari sebelum mengandung dapat meningkatkan risiko bayi terlahir dengan bibir sumbing. Salah satu alasannya bisa jadi karena penyakit kencing manis dapat membuat proses penyatuan jaringan otot janin berjalan lambat.
5. Efek Samping Obat Tertentu
Wanita yang menggunakan obat tertentu untuk mengobati penyakitnya pada trimester pertama kehamilan, berisiko melahirkan bayi dengan bibir sumbing. Jenis obat-obatan yang dapat meningkatkan risiko bibir sumbing pada bayi antara lain:
- Obat jerawat yang mengandung accutane atau methotrexate
- Obat untuk penyakit epilepsi seperti topiramate atau asam valproik
- Obat untuk penyakit kanker
- Obat untuk penyakit radang sendi
- Obat untuk penyakit psoriasis
- Obat yang mengandung isotretinoin, asetosal, aspirin, rifampisin, fenasetin, sulfonamid, aminoglikosid, indometasin, asam flufetamat, ibuprofen, penisilamin, antihistamin, antineoplastik, serta kortikosteroid.
6. Virus
Penyebab bibir sumbing bisa disebabkan infeksi virus yang menyerang janin saat ia masih berada dalam kandungan.
7. Paparan Zat Kimia
Polusi atau paparan bahan kimia dari luar yang masuk ke dalam tubuh ibu hamil, entah lewat makanan atau saluran pernapasan, juga dapat menyebabkan bibir sumbing.
8. Penyakit
Apabila calon ibu sakit, maka kondisi kesehatan serta perkembangan janin juga akan terganggu. Oleh karena itu, segera periksakan ke dokter apabila calon ibu sakit saat hamil, karena penyakit tersembunyi bisa menjadi penyebab bibir sumbing.
9. Stres
Stres yang dirasakan ibu hamil memperbesar risiko bayi lahir cacat atau keguguran. Bayi bisa lahir prematur dan terganggu tumbuh kembangnya kalau ibu hamil merasakan tekanan yang besar.
10. Morning Sickness
Tenang, yang kami maksud di sini bukanlah setiap jenis morning sickness, tapi lebih kepada mual atau muntah yang terjadinya di luar batas. Mual atau muntah berlebihan dapat membuat tubuh ibu kekurangan gizi dan cairan, dan ini jelas tidak baik bagi perkembangan janin.
Oleh sebab itu, ketika ibu mengalami morning sickness berlebihan, ada baiknya ibu segera konsultasikan ke dokter. Dan jangan sampai enggan makan, karena bagaimanapun juga bayi tetap butuh nutrisi yang cukup agar dapat berkembang sempurna.
Setelah mengetahui beberapa penyebab bibir sumbing, mari kita lakukan upaya pencegahannya semaksimal mungkin agar bayi nantinya bisa terlahir sehat dan tak kekurangan suatu apapun.
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.