Perimenopause adalah suatu periode yang mengarah kepada masa transisi alami menuju menopause. Karena itulah perimenopause menandakan berakhirnya masa reproduksi. Kondisi perimenopause juga biasa disebut dengan transisi menopause.
Setiap wanita mengalami perimenopause pada usia yang berbeda-beda. Tanda-tanda yang paling sering terlihat adalah siklus menstruasi yang tidak teratur. Yang biasanya dialami oleh wanita berusia 40-an. Namun, ada juga wanita yang mengalaminya di usia 30-an.
Selama masa perimenopause tingkat hormon estrogen wanita mengalami fluktuasi. Sehingga tidak menentu naik dan turunnya. Siklus menstruasi bisa jadi lebih panjang atau lebih pendek.
Dan setelah melewati 12 bulan berturut-turut tanpa menstruasi maka perimenopause berakhir dan Anda telah memasuki masa menopause.
Gejala Perimenopause yang Biasa Dialami Oleh Wanita
Selama masa transisi menopause terjadi, dapat dirasakan beberapa perubahan yang dialami oleh wanita. Terkadang perubahan tersebut memang tidak terasa dan juga terlihat dampaknya. Berikut beberapa perubahan yang terjadi ketika masa perimenopause.
Siklus
menstruasi menjadi tidak teratur
Periode
menstruasi jadi tidak bisa diprediksi. Lamanya jarak waktu menuju
menstruasi berikutnya bisa lebih panjang atau lebih pendek. Jika
gejalanya berdampak lebih bisa jadi Anda takkan mengalami menstruasi
hingga beberapa bulan.
Mengalami
hot
flashes dan
gangguan tidur
Hot
flashes adalah
gejala yang biasa dialami wanita saat perimenopause atau menopause.
Anda akan merasakan panas hingga berkeringat dan detak jantung
menjadi cepat. Hot
flashes juga
menyebabkan susah tidur di malam hari. Hal tersebut dipicu oleh
rendahnya tingkat estrogen ketika malam hari.
Mood
atau
suasana hati jadi mudah berubah
Perubahan
mood,
mudah merasa terganggu, hingga mengalami depresi dapat terjadi selama
perimenopause.
Penyebabnya juga bisa dikarenakan gangguan tidur yang terkait dengan
hot
flashes. Dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak terkait dengan
perubahan hormonall selama perimenopause.
Masalah
pada area kewanitaan dan kandung kemih
Ketika
kadar estrogen berkurang maka jaringan vagina Anda mungkin akan
kehilangan pelumasan dan elastisitas. Sehingga dapat menyebabkan rasa
sakit ketika melakukan hubungan seksual. Estrogen rendah juga dapat
membuat Anda lebih rentan mengalami infeksi saluran kencing.
Tingkat
kesuburan menurun
Saat
ovulasi menjadi tidak teratur, maka kemampuan untuk hamil juga ikut
menurun. Namun, selama masih mengalami menstruasi, kehamilan masih
mungkin terjadi. Jika Anda ingin menghindari kehamilan maka bisa
menggunakan alat kontrasepsi hingga Anda sudah tidak menstruasi lagi
selama 12 bulan.
Perubahan
fungsi seksual
Selama
perimenopause, gairah dan keinginan seksual dapat berubah. Namun jika
Anda memiliki keintiman seksual yang baik sebelum menopause,
kemungkinan kepuasan seksual Anda akan tetap berlanjut hingga melalui
masa perimenopause.
Mengalami
pengeroposan tulang
Seiring
menurunnya kadar estrogen, Anda pun mulai kehilangan massa tulang
lebih cepat. Karena pembentukan tulang baru membutuhkan waktu lebih
lama. Sehingga dapat meningkatkan risiko osteoporosis, yakni penyakit
yang menyebabkan tulang menjadi rapuh.
Mengalami
perubahan kadar kolesterol
Penurunan
kadar estrogen dapat menyebabkan perubahan yang tidak menguntungkan
dalam kadar kolesterol Anda. Di mana akan terjadi peningkatan
kolesterol low-density
lipoprotein (LDL)
atau kolesterol ‘jahat’, yang dapat menjadi penyebab risiko
penyakit jantung.
Pada saat bersamaan, kolesterol high-density lipoprotein (HDL) atau kolesterol ‘baik’ menurun pada banyak wanita seiring bertambahnya usia. Yang juga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.
Kapan Harus Mengunjungi Dokter
Ada yang mencari bantuan secara medis untuk mengatasi gejala perimenopause. Ada juga yang dapat mentolerirnya. Jika gejalanya sudah mengganggu kenyamanan Anda, baik itu hot flashes, perubahan mood atau perubahan fungsi seksual, maka waktunya memeriksakan ke dokter.
Umumnya dokter akan menyarankan gejala perimenopause diobati dengan cara melakukan terapi.
Terapi
hormon
Terapi
estrogen sistemik bisa dalam bentuk pil, skin
patch,
gel atau krim. Cara ini adalah yang paling efektif untuk
menghilangkan hot
flashes.
Estrogen juga dapat membantu mencegah keropos tulang.
Estrogen
vagina
Bertujuan
untuk mengurangi kekeringan vagina. Estrogen bisa diberikan langsung
ke vagina menggunakan tablet, cincin atau krim. Pengobatan ini dapat
membantu mengurangi kekeringan pada vagina, mengatasi ketidaknyamanan
dalam berhubungan seksual serta meredakan gejala buang air kecil.
Antidepresan
Antidepresan
tertentu yang terkait dengan jenis obat selective
serotonin reuptake inhibitor (SSRIs)
dapat mengurangi hot
flashes.
Antidepresan berguna untuk wanita yang tak dapat menggunakan estrogen
karena alasan kesehatan. Serta antidepresan juga dapat mengatasi
gangguan mood.
Gabapentin
(Neurontin)
Gabapentin
dapat mengobati kejang namun juga terbukti mampu mengurangi hot
flashes selama
perimenopause.
Obat ini juga dapat diberikan kepada wanita yang tidak dapat
menggunakan estrogen karena berbagai alasan kesehatan. Serta dapat
membantu meringankan migrain.
Malam dok, saya mau tanya kalau gejala penyakit jantung rematik apa saja ya? apa bisa didiagnosa dengan anamnesa, jika bisa, berapa persen tingkat keakuratannya terhadap kemungkinan menderitanya?