Infeksi yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis atau agen infeksi lainnya seperti B.parapertussis, B.bronchiseptica, Mycoplasma pneumoniae maupun adenovirus. Pertusis sering disebut juga sebagai batuk rejan yang mengakibatkan infeksi bakteri pada paru-paru dan saluran pernapasan yang mudah sekali menular. Penularannya dapat terjadi melalui droplet cairan penderita pertusis lainnya baik anak-anak maupun dewasa.
Namun pertusis paling sering dialami oleh balita sekitar 60% dan dapat mengancam jiwa terlebih pada bayi yang belum menerima vaksin pertusis. Kondisi ini bisa mengakibatkan kekurangan oksigen dalam darahnya dan menimbulkan komplikasi lain seperti pneumonia, luka tulang rusuk, gagal nafas dan lainnya.
Mengenai Pertusis
Penyebab Pertusis
Pertusis merupakan bakteri gram negatif yang memiliki rata-rata masa inkubasi sekitar 6 hari. Setelah masuk di dalam tubuh, bakteri ini akan menyerang dinding saluran napas, melepas racun dan mengakibatkan pembengkakan pada saluran pernapasan. Oleh karena pembengkakan ini, seseorang yang mengalami pertusis akan mengalami kesulitan bernapas dan menghasilkan suara dengkingan panjang (whooping sound).
Gejala Pertusis
Masa inkubasi bakteri ini adalah 5-10 hari, akan tetapi dapat memanjang hingga 21 hari dengan rata-rata 7 hari. Berikut adalah tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh bakteri ini, termasuk:
- Stadium awal: Terjadi sekitar 1 hingga 2 minggu setelah masa inkubasi. Gejala umumnya adalah infeksi saluran pernapasan, bersin-bersin, hidung tersumbat, mata berair dan disertai dengan demam ringan.
- Stadium paroksismal: Terjadi sekitar 1-6 minggu setelah masa inkubasi. Gejala yang terjadi adalah batuk keras terus menerus dengan bunyi dengkingan panjang (whoop), rasa lelah dan muntah-muntah terutama pada bayi dan anak-anak. Komplikasi ke sistem saraf akibat hipoksia juga lebih sering terjadi pada bayi.
- Stadium penyembuhan: Terjadi beberapa minggu hingga bulan tergantung dari pengobatan yang diterima. Batuk akan menghilang secara bertahap.
Pengobatan Pertusis
Pada stadium awal, memang sangat sulit untuk memastikan diagnosis pertusis. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, melihat dari gejala-gejala dan melakukan pemeriksaan penunjang, seperti:
- Pengambilan sampel lendir nasofaring - untuk mendeteksi adanya bakteri B.pertussis dalam dahak.
- Uji immunofluorescent
- Pemeriksaan polymerase chain reaction(PCR)
- Tes darah - untuk menemukan adanya leukositosis dan limfositosis
- Pemeriksaan radiologi - untuk mendeteksi komplikasi paru-paru atau infeksi lainnya
Sedangkan pengobatan untuk mengatasi pertusis dapat diberikan dengan beberapa cara, meliputi:
- Obat-obatan
- Eritromisin: 40-50mg/KgBB/hari per oral, terbagi menjadi 4 dosis (maksimal 2 gram) dan diberikan selama 14 hari.
- Trimetoprim-Sulfametoksasol: 6-8mg/KgBB/hari per oral, terbagi menjadi 2 dosis (maksimal 1 gram).
- Terapi suportif: Menghindari faktor yang menimbulkan serangan batuk, pemberian cairan, oksigen dan nutrisi cukup.
- Untuk bayi berusia <6 bulan: Dianjurkan untuk dirawat inap karena dapat menimbulkan komplikasi serius seperti sianosis, apnea dan kejang-kejang.
Segera konsultasikan kepada dokter untuk penanganan dan dosis yang tepat. Hindari mengkonsumsi obat-obatan tanpa resep dan anjuran dari dokter karena dapat berdampak buruk bagi kesehatan.
Pencegahan Pertusis
Vaksin pertusis biasanya diberikan pada bayi atau anak-anak untuk mencegah terjangkitnya bakteri pertusis. Meskipun vaksin ini terbilang aman, akan tetapi dapat menimbulkan efek samping seperti demam, pembengkakan dan ruam kemerahan pada kulit. Berikut adalah pemberian vaksin pertusis pada anak-anak:
- Pada usia 2 bulan.
- Pada usia 4 bulan.
- Pada usia 6 bulan.
- Pada usia 1,5 sampai 2 tahun.
- Pada usia 5 tahun.
Selain anak-anak, ibu hamil juga dapat diberikan vaksin pertusis. Hal ini dapat berguna untuk mencegah penularan bakteri pertusis saat lahir. Pada umumnya, vaksin pertusis akan diberikan kepada ibu hamil dengan usia kandungan 28 hingga 38 minggu.