Jika Anda memiliki gejala alergi seperti gatal-gatal karena debu atau bulu hewan, mungkin selain rutin mengkonsumsi obat anti alergi, Anda mungkin akrab dengan obat-obatan golongan kortikosteroid.
Sebenarnya walaupun digunakan untuk mengurangi gejala alergi, obat-obatan kortikosteroid sebenarnya memiliki efek yang lebih besar hanya dari sekedar anti gatal. Obat-obatan corticostreoid adalah obat anti peradangan yang dapat digunakan hampir pada seluruh bagian tubuh. Salah satu obat-obatan kortikosteroid. yang mungkin akrab di telinga Anda adalah obat Prednisolone.
Mengenai Prednisolone
Golongan:
Obat resep
Kemasan:
Tablet, krim, salep, tetes mata, salep mata, suppositoria
Kandungan:
Kortikosteroid
Manfaat Obat Prednisolone
Seperti yang telah dibahas sedikit di atas, Prednisolone adalah kortikosteroid adrenal sintetis (kortison). Kortikosteroid adalah zat alami yang diproduksi oleh kelenjar adrenal yang terletak berdekatan dengan ginjal.
Kortikosteroid memiliki sifat anti-peradangan yang kuat, dan digunakan dalam berbagai kondisi termasuk:
- peradangan seperti radang sendi, radang usus, asma, bronkitis,
- ruam kulit akibat alergi
- alergi seperti asma atau peradangan pada hidung dan mata.
- mengatasi penyakit imun
- mengatasi sebagian jenis kanker
Berapa dosis Prednisolone yang biasa digunakan?
Prednisolone tersedia dalam beberapa sediaan seperti:
• Tablet: 5 mg.
•
Tablet (Disintegrasi): 10, 15, 30 mg
• Sirup atau Suspensi: 5, 10, 15, 20 atau 25 mg / 5 ml (sendok teh).
Kebutuhan dosis kortikosteroid bervariasi pada masing-masing orang dan penyakit yang diderita. Kisaran dosis awal yang biasa digunakan adalah 5 mg hingga 60 mg setiap hari tergantung pada penyakit yang diderita. Berikut adalah perkiraan dosis yang dapat digunakan dalam pemakaian prednisolone:
- Alergi dan peradangan: 5-60 mg per hari, dibagi dalam 2-4 jadwal konsumsi.Dosis perawatan sekitar 2,5-15 mg per hari.
- Asma: 40-60 mg per hari, dibagi ke dalam 1-2 jadwal konsumsi.
- Konjungtivitis (tetes mata) : 1-2 tetes pada mata yang sakit, sebanyak 2-4 kali sehari.
- Multiple sclerosis: 200 mg per hari untuk 1 minggu, dilanjutkan 80 mg per hari, selama 1 bulan
Dosis disesuaikan berdasarkan respon pasien. Secara umum, dosis efektif diupayakan serendah mungkin. Kortikosteroid yang diberikan dalam beberapa dosis sepanjang hari lebih efektif, tetapi juga memiliki risiko efek samping lebih besar daripada dosis yang diberikan satu kali satu hari.
Prednisolone harus diminum sesudah makan untuk mengurangi iritasi lambung dan usus.
Interaksi Prednisolone
Rifampin menurunkan kadar Prednisolone darah dengan meningkatkan kerusakan pada hati. Dosis Prednisolone mungkin perlu ditingkatkan untuk menghindari kegagalan terapi. Prednisolone memiliki efek variabel terapi warfarin (Coumadin). Tingkat koagulasi harus dipantau lebih dekat ketika antikoagulan dikombinasikan dengan Prednisolone.
Estrogen dapat meningkatkan kadar Prednisolone dalam darah . Ketika estrogen digunakan bersamaan dengan Prednisolone, efek samping dari Prednisolone harus dipantau. Prednisolone dan penggunaan obat kortikosteroid lainnya dapat meningkatkan kadar gula darah (glukosa). Oleh karena itu, mengurangi efek obat diabetes.
Aktivitas siklosporin dan Corticosteroid meningkat ketika kedua obat digabungkan. Akibatnya penggunaan kedua obat ini secara bersamaan dapat menimbulkan risiko kejang. Menggabungkan aspirin atau obat anti-inflamasi nonsteroid lainnya (NSAID) dan Corticosteroid meningkatkan risiko efek samping gastrointestinal.
Menggunakan secara bersamaan Corticosteroid dengan agen pengurang kalium (misalnya, diuretik) meningkatkan risiko kalium darah rendah (hipokalemia). Vaksin kurang efektif pada pasien dengan pengobatan Corticosteroid berkepanjangan karena Corticosteroid bisa menekan sistem kekebalan tubuh. Corticosteroid juga memungkinkan organisme yang terkandung dalam vaksin hidup yang dilemahkan untuk bereplikasi dan menyebabkan penyakit.
Efek Samping Prednisolone?
Efek samping Prednisolone tergantung pada dosis, durasi dan frekuensi pemberian. Penggunaan singkat Prednisolone yang diberikan beberapa hari hingga satu atau dua minggu biasanya ditoleransi dengan baik dengan sedikit efek samping dan walaupun muncul efek samping, biasanya hanya efek samping ringan.
Prednisolone dosis tinggi dalam jangka panjang biasanya akan menghasilkan efek samping yang dapat berpotensi serius. Efek samping dari Prednisolone dan Corticosteroid lainnya berkisar dari gangguan ringan hingga kerusakan permanen yang serius.
Efek samping termasuk :
• retensi cairan contohnya kaki yang membengkak
• penambahan berat badan,
• tekanan darah tinggi,
• kehilangan kadar kalium dalam darah,
• sakit kepala,
• kelemahan otot,
• pertumbuhan rambut di wajah,
• penipisan kulit dan mudah memar,
• glaukoma,
• katarak,
• ulkus peptikum,
• memperburuk diabetes,
• menstruasi tidak teratur,
• retardasi pertumbuhan pada anak-anak,
• kejang,
• gangguan psikis. (Gangguan psikis dapat mencakup depresi, euforia, insomnia, perubahan suasana hati, perubahan kepribadian, dan bahkan perilaku psikotik.)
Peringatan Dalam Pemakaian Prednisolone
Penggunaan prednisolone dalam jangka waktu yang lama dapat menekan kemampuan kelenjar adrenal tubuh untuk memproduksi kortikosteroid. Sehingga saat menghentikan penggunaan prednisolone secara mendadak dapat menyebabkan gejala kekurangan kortikosteroid, gejalanya seperti mual /muntah, dan bahkan syok. Oleh karena itu, penarikan prednisolon biasanya dicapai dengan penurunan dosis secara bertahap. Penggunaan Prednisolone dan kortikosteroid lain dalam jangka waktu yang lama dapat menutupi tanda-tanda infeksi dan merusak respons imun alami tubuh terhadap infeksi.
Pasien dengan kortikosteroid lebih rentan terhadap infeksi dan dapat mengembangkan infeksi yang lebih serius daripada orang yang sehat. Dengan mengganggu respon imun pasien, prednisolon dapat menghambat efektivitas vaksinasi. Prednisolone juga dapat mengganggu tes kulit tuberkulin dan menyebabkan hasil negatif palsu pada pasien dengan infeksi tuberkulosis.
Prednisolone merusak penyerapan kalsium dan pembentukan tulang baru. Pasien dengan pengobatan jangka panjang dengan prednisolone dan kortikosteroid lainnya dapat mennyebabkan penipisan tulang (osteoporosis) dan meningkatkan risiko patah tulang. Suplemen kalsium dan vitamin D dianjurkan untuk memperlambat proses penipisan tulang ini.
Pada beberapa pasien, obat yang digunakan untuk mengobati osteoporosis dapat diresepkan. Pada beberapa orang, penghancuran sendi besar (osteonekrosis) dapat terjadi saat menjalani perawatan dengan prednisolone atau kortikosteroid lainnya.
Penggunaan kortikosteroid harus disertai dengan resep dokter, arena efek samping yang ditimbulkan pun sangat besar. Oleh karena itu gunakan obat ini hanya sesuai dengan petunjuk dokter.