4 Tanda dan Gejala PTSD yang Kerap Mengganggu dan Perlu Diatasi

Dipublish tanggal: Jul 14, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 3 menit
4 Tanda dan Gejala PTSD yang Kerap Mengganggu dan Perlu Diatasi

Menyaksikan atau mengalami sendiri berbagai kejadian buruk seperti kecelakaan, bencana alam, hingga tindak kejahatan tentu menyisakan trauma mendalam yang sulit dihilangkan. Pada kasus yang parah, kondisi ini bisa membuat seseorang terserang Post Traumatic Stress Disorder atau PTSD. Tak hanya sekadar memicu histeris dan trauma berkepanjangan, ada sejumlah gejala PTSD lainnya yang perlu diperhatikan. Lalu, bagaimana mengatasinya?

Apa itu PTSD?

PTSD adalah gangguan kecemasan yang membuat penderitanya tidak dapat melupakan dan tidak mau mengingat pengalaman traumatis ini. Bahkan, penderita PTSD cenderung berpikir negatif pada diri sendiri dan sekitarnya. Kondisi ini biasanya ditandai dengan rasa kesal yang memuncak, mimpi buruk, dan memiliki perasaan bersalah.

Sesuai dengan namanya, penyebab PTSD adalah rasa trauma yang besar setelah melihat atau mengalami sendiri pengalaman buruk. Misalnya kecelakaan, bencana alam, hingga pemerkosaan atau tindak kejahatan lainnya.

Selain itu, ada beberapa faktor lainnya yang dapat memicu PTSD, antara lain:

  • Mengalami trauma jangka panjang
  • Mengidap gangguan mental lain
  • Memiliki anggota keluarga yang terkena PTSD maupun gangguan mental lain
  • Kurangnya dukungan dari teman dan keluarga

Baca Juga: Anxiety dan Macam-Macam Jenisnya

Tanda dan gejala PTSD

Gejala PTSD yang muncul pada setiap penderita bisa berbeda-beda. Namun bagaimana pun, gejalanya tetap saja mengganggu aktivitas sehari-hari, terlebih yang berkaitan dengan lingkungan kerja atau orang lain. 

Gejala PTSD bisa muncul segera setelah kejadian berlangsung, tapi ada juga yang baru muncul beberapa bulan sesudahnya. Tanda dan gejala PTSD adalah sebagai berikut:

1. Ingatan yang mengganggu

Penderita PTSD sering kali terganggu dengan ingatan hal-hal buruk yang kerap muncul sewaktu-waktu. Contohnya, penderita selalu mengingat berbagai hal mengerikan dan kejadian tragis secara detil.

2. Menghindari pembicaraan soal kejadian traumatis 

Orang yang mengalami Post Traumatic Stress Disorder kerap menolak membicarakan atau bahkan sekadar memikirkan kejadian tersebut. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kegiatan maupun orang yang membuat ingatan tersebut muncul kembali.

3. Merasa putus asa untuk menghadapi masa depan

Penderita PTSD hanya mengingat aspek kejadian traumatis yang ia alami. Kondisi ini membuat ia kesulitan membina hubungan dekat dengan orang lain dan cenderung putus asa dengan kehidupan masa depannya.

4. Emosi tidak stabil

Dihantui rasa trauma setiap hari membuat penderita PTSD jadi mudah emosi. Perubahan emosi ini ditunjukkan dengan perbedaan reaksi fisik ataupun emosi seperti merasa waspada, sulit berkonsentrasi, hingga mudah terkejut.

Baca Selengkapnya: Masih Terbayang-bayang Trauma Masa Lalu? Berikut Hal yang Harus Dilakukan

Berbagai pengobatan PTSD yang dapat dilakukan

Sebagian besar penderita PTSD cenderung akan membaik setelah beberapa minggu tanpa diberi penanganan khusus. Namun, untuk pasien dengan gejala PTSD yang bertambah parah, pasien tersebut membutuhkan penanganan lebih lanjut, yakni dengan kombinasi terapi psikologis serta pemberian obat. 

Kombinasi penanganan tersebut diharapkan mampu membantu pasien dalam mengatasi gejala PTSD. Di antaranya dengan cara memperbaiki pola pikir mengenai diri sendiri serta orang lain, mempelajari cara untuk mengatasi keadaan, hingga mengatasi masalah yang berkaitan dengan masa lalu.

Berikut beberapa terapi psikologi yang diberikan untuk membantu meringankan gejala PTSD, antara lain: 

1. Terapi perilaku kognitif

Terapi perilaku kognitif (CBT) biasanya dilakukan sebanyak 8-12 sesi. Jenis terapi ini dilakukan untuk mengubah cara berpikir serta bertindak, sehingga pasien bisa lebih tenang dan percaya diri.

2. Terapi desensitisasi gerakan mata serta 

Terapi dengan cara menggerakkan mata ke samping serta mengikuti gerakan tangan berguna untuk meredakan gejala PTSD. Walaupun demikian, belum diketahui bagaimana cara terapi desensitisasi gerakan mata ini dapat mengatasi PTSD.

3. Terapi penyingkapan

Terapi penyingkapan bertujuan untuk membantu pasien menghadapi keadaan dengan tenang seperti semula setelah mengalami peristiwa traumatis.

4. Terapi kelompok

Terapi kelompok dapat membantu mengatasi gejala PTSD dari diri pasien dengan lebih efektif. Jenis terapi ini dilakukan dengan membicarakan pengalaman traumatis bersama dengan orang lain di dalam satu kelompok yang memiliki masalah sama, sehingga mereka bisa bertukar pikiran dan perasaan sampai merasa kembali tenang.

Baca Juga: Penyembuhan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) Melalui Terapi Brainwaves

Selain berbagai terapi di atas, ada pula obat-obatan yang dapat diberikan oleh dokter. Biasanya berupa antidepresan, digunakan untuk mengatasi masalah sulit tidur sekaligus meningkatkan konsentrasi.

Selain antidepresan, dokter juga dapat memberikan obat antiansietas. Jenis obat ini diberikan untuk jangka pendek guna mengurangi kecemasan penderita PTSD.

Setelah minum obat-obatan tersebut, pasien biasanya akan lebih tenang dan lebih mampu mengendalikan suasana hatinya. Yang tak kalah penting, diperlukan dukungan keluarga untuk memberikan semangat agar penderita sembuh dari gejala PTSD yang mengganggu.


17 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Raskind MA, et al. Trial of prazosin for post-traumatic stress disorder in military veterans. The New England Journal of Medicine. 2018;378:507.
Lifestyle changes recommended for PTSD patients. National Center for PTSD. http://www.ptsd.va.gov/public/treatment/cope/coping-ptsd-lifestyle-changes.asp.
What is posttraumatic stress disorder? American Psychiatric Association. https://www.psychiatry.org/patients-families/ptsd/what-is-ptsd.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app