Apakah itu obat Ranitidine?
Ranitidine merupakan salah satu jenis obat golongan H2 Histamine Blocker. Biasanya digunakan sebagai salah satu pilihan terapi untuk masalah kesehatan yang berkaitan dengan gangguan lambung dan sistem pencernaan.
Ranitidine bekerja secara kompetitif dalam memblok histamin pada reseptor-H2 dari sel-sel parietal lambung yang menghambat sekresi asam lambung. Ranitidine tidak mempengaruhi sekresi dari pepsin, pentagastrin-stimulated intrinsic factor secretion, dan gastrin serum.
Manfaat Ranitidine
Obat Ranitidine pada umumnya tersedia dalam bentuk obat oral dan suntikan intravenous (IV). Obat ini merupakan pilihan obat pada usia dewasa maupun anak – anak, dan memerlukan resep atau indikasi dokter dalam penggunaannya.
Beberapa manfaat yang didapatkan dari penggunaan obat ini, antara lain digunakan sebagai pilihan pengobatan dalam kasus ulkus duodenum, sindrom dispepsia, Zollinger-Ellison Syndrome, Gastroesophageal Reflux Disease (GERD), ulkus gaster, Erosive Esophagitis, NSAID-associated ulceration, Prophylaxis of acid aspiration during general anaesthesia, kondisi kelainan hipersekresi, infeksi Helicobacter pylori, dan Stress ulceration of upper gastrointestinal tract.
Dosis Ranitidine
Dosis dari obat ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu penyakit apa yang timbul, apakah ada riwayat alergi obat ini, respon tubuh seseorang terhadap pemberian obat ini, serta penyakit lainnya yang dapat bereaksi jika konsumsi obat Ranitidine.
- Ulkus gaster dan ulkus duodenum
- Oral
- Dosis dewasa: Awalnya, 300 mg setiap hari, pada dianjurkan malam hari sebelum tidur, atau 150 mg selama 4-8 minggu; 300 mg selama 4 minggu dapat digunakan pada ulkus duodenum. Dosis perawatan: 150 mg setiap hari, dianjurkan malam hari konsumsinya sebelum tidur. Dosis maksimal: 300 mg.
- Dosis anak usia 1 bln hingga 16 thn: 4-8 mg / kg sehari dalam 2 dosis terbagi. Dosis maksimal: 300 mg / hari. Durasi pengobatan: 4-8 minggu. Dosis saat perawatan: 2-4 mg / kg satu kali sehari. Dosis maksimal: 150 mg / hari.
- Oral
- Kelainan Hipersekresi
- Oral
- Dosis dewasa: 150 mg dua kali atau tiga kali sehari dengan dosis maksimal 6 gram per hari.
- Oral
- Dispepsia
- Oral
- Dosis dewasa: pada kondisi dispepsia kronis dapat diberikan 150 mg 2 kali sehari atau 300 mg sebelum tidur selama 6 minggu. Untuk pengobatan dispepsia jangka pendek, dosis dapat diberikan 75 mg maksimum 4 kali sehari. Sedangkan, untuk pengobatan penyakit dispepsia jangka pendek dilakukan maksimal selama 2 minggu.
- Oral
- Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
- Oral
- Dosis dewasa: 150 mg dua kali sehari atau 300 mg yang dikonsumsi sebelum tidur selama 8 minggu. Pada kasus GERD berat bisa diberikan 150 mg sebanyak 4 kali sehari selama 12 minggu.
- Dosis anak usia 1 bln hingga 16 thn: 5-10 mg/kg setiap hari, dapat dibagi menjadi 2 kali konsumsi. Dosis maksimum konsumsi 300 mg per hari.
- Oral
- Infeksi Helicobacter pylori
- Oral
- Dosis dewasa: 300 mg diminum sebelum tidur. Dapat pula digunakan 150 mg dua kali sehari yang dikombinasikan dengan antibiotik sebanyak 3 kali sehari selama 2 minggu.
- Oral
- Stress ulceration of upper gastrointestinal tract
- Intravenous
- Dosis dewasa: 50 mg IV lambat, lalu diikuti dengan pemberian 0,125-0,25 mg/kg/jam secara kontinu dalam bentuk infus. Setelah pasien dapat makan secara normal (melalui mulut), dosis dapat diganti menjadi 150 mg 2 kali sehari dalam bentuk obat oral.Dosis anak – anak: 1 mg/kg IV lambat selama 2 menit dengan jumlah pemberian 3-4 kali sehari. Atau, bisa diganti dengan dosis 0,125-0,25 mg/kg/jam secara kontinu dalam bentuk infus.
- Intravenous
- Zollinger-Ellison Syndrome
- Oral
- Dosis dewasa: dosis inisial dapat diberikan 150 mg, 2 kali dalam sehari. Dosis maksimal mencapai 6 gram per hari.
- Oral
Konsumsi obat ini dapat sebelum atau sesudah makan. Perlu diperhatikan sebaiknya dalam penggunaan obat ini Anda dapat mengikuti saran dari dokter yang merekomendasikan obat. Beritahukan kepada dokter bilamana Anda sedang menggunakan obat lain di luar dari obat Ranitidine ini.
Efek samping obat Ranitidine
Efek samping yang dapat ditimbulkan setiap obat dapat bereaksi berbeda-beda dan tergantung pada reaksi masing-masing individu. Jadi, penting untuk Anda mengetahui efek samping yang dapat ditimbulkan dari penggunaan obat Ranitidine, yaitu:
- Rasa tidak nyaman area perut hingga timbul nyeri perut
- Nyeri kepala / Pusing
- Mual hingga muntah
- Timbulkan ruam pada kulit
- Saat berkemih, urin dapat keruh
- Gangguan tidur (insomnia)
- Diare ataupun konstipasi
- Pusing kepala berputar atau vertigo
- Rasa terbakar pada area penyuntikkan obat dalam bentuk suntikan IV
Sebaiknya dapat segera hentikan pemakaian obat Ranitidine bila mengalami satu atau lebih efek samping seperti di atas. Segera konsultasikan dan lakukan pemeriksaan ulang dengan dokter yang memberikan anda obat tersebut sehingga dapat dipikirkan alternatif lain sebagai solusi masalah kesehatan Anda.
Penggunaan Ranitidine bagi ibu hamil dan ibu dalam masa menyusui
Pada ibu hamil, obat ini menurut US FDA (Food and Drugs Administration) Pregnancy termasuk dalam Kategori B, yang artinya studi pada binatang percobaan menunjukan tidak adanya suatu reaksi efek samping terhadap janin, namun untuk wanita hamil sendiri belum ada studi kontrolnya. Meskipun demikian, obat ini sebaiknya dipergunakan bila memiliki manfaat yang lebih besar dan juga yang diharapkan melebihi daripada besarnya risiko terhadap janin.
Data mengenai penggunaan obat ini terhadap ibu yang sedang dalam masa menyusui menunjukan bahwa ada obat ini dapat diekskresikan ke dalam kandungan ASI. Ranitidine diketahui memiliki efek dalam meningkatkan kadar prolaktin. Data mengenai galaktore atau efek buruk dengan menyusui belum ditemukan hingga saat ini. Namun, sebaiknya dalam penggunaan obat ini-pun dapat tetap mengikuti anjuran dari dokter selama masa kehamilan dan laktasi.
Peringatan penggunaan Ranitidine
- Obat ini sebaiknya dengan indikasi dokter dalam pemakaiannya bila Anda sedang hamil, atau sedang memiliki tanda kehamilan, dan ibu dalam masa laktasi.
- Penggunaan obat pada anak – anak sebaiknya dengan indikasi dokter, karena memerlukan perhitungan dosis yang jelas berbeda dengan dosis dewasa.
- Kontraindikasi pada pasien dengan riwayat acute porphyria.
- Hati – hati bila Anda memiliki riwayat gangguan ginjal, gangguan hati, pasien dengan riwayat keganasan, dan jika ada kondisi sulit menelan.
- Berikan informasi kepada dokter yang memeriksa Anda bila Anda sedang mengkonsumsi obat-obatan lain, baik secara rutin atau baru-baru saja, seperti obat propantheline bromide, antikoagulan coumarin, teofilin, diazepam, propanolol, ketoconazol, midazolam, antasida, dan glipizida.
- Jaga apa yang Anda makan atau minum, karena beberapa diantaranya dapat membuat kondisi semakin memberat walaupun sudah menggunakan obat ini. Contoh makanan / minuman yang perlu dihindari, seperti makanan asam, pedas, bersantan, ber-ragi, dan goreng-gorengan.
- Dilarang menghentikan dan mengganti dosis obat tanpa adanya indikasi dokter.
- Hentikan pemakaian bila timbul reaksi alergi obat ataupun suatu overdosis, dan segeralah ke dokter untuk memeriksakan diri.
Overdosis Ranitidine
Jika menggunaan obat Ranitidine secara berlebihan, sebaiknya segeralah menemui dokter Anda. Perhatikan tanda dan gejala, seperti hipotensi, dan perhatikan cara berjalan pasien (sempoyongan) bila mengkonsumsi obat ini dengan dosis yang lebih dari seharusnya.